Posted on: 01/05/2020 Posted by: RD Lucius Joko Comments: 0
Keuskupan Agats

Renungan 1 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Rabu Prapaskah A/V

Banyak manusia mengaku memiliki iman tapi lebih percaya terhadap hal lain di luar iman. Bahkan, saat hal di luar iman lebih menjanjikan dan meyakinkan bisa membuat hidup lebih baik, atau karena iman hidup justru terancam dan dalam bahaya, manusia tak segan menggadaikan imannya, bahkan meninggalkan imannya. Harta, tahta, dan tawaran keduniawian ternyata lebih disembah daripada Allah. Situasi seperti ini ada dan terjadi sungguh dalam hidup kita. Kita tidak mampu bersikap seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang berani melawan Nebukadnezar, Raja Babel yang menginginkan supaya mereka mengkhianati imannya dengan menyembah patung emas. Sadrakh, Mesakh dan Abednego memilih tetap setia demi iman kepada Allah meskipun harus menderita dan terancam mati.

Saudaraku, tanpa sadar kita pun lebih menyembah hal lain daripada Allah. Banyak hal di dunia ini bisa membuat kita meninggalkan iman juga menggadaikan iman. Kekayaan, kemewahan hidup, kedudukan dan kekuasaan, ilmu dan kepandaian, teknologi, dan sebagainya ternyata lebih kita sembah daripada Allah. Kita pun terkadang memilih membuang iman saat hidup merasa terancam karena iman, saat hidup merasa sulit maju karena iman. Kita tidak memiliki kesetiaan yang penuh dan teguh dalam beriman. Kita tidak siap dan berani untuk menderita apalagi sampai harus kehilangan nyawa demi iman. Saudaraku, bagaimana mungkin iman akan Allah memerdekakan dan menyelamatkan kita jika faktanya bukan Allah yang kita sembah? Sikap seperti ini sesungguhnya hanya membuat kita menjadi manusia yang tidak merdeka. Padahal, Yesus berkata: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku, dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Saudaraku, semoga kita mampu setia dengan penuh dan teguh demi iman kepada Allah, meskipun harus menderita bahkan mati.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 2 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Kamis Prapaskah A/V

Tidak mudah bagi Yesus memberikan pewartaan dan pemahaman tentang diri-Nya sebagai Mesias utusan Allah Bapa kepada orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi bahkan menganggap Yesus kerasukan setan sehingga ingin menangkap dan membunuh Yesus. Orang-orang Yahudi bersikap keras hati dan menolak mendengar suara Tuhan. Sikap ini semakin membuat mereka tak mampu menangkap tentang Yesus. Saudaraku, kita pun sering bersikap keras hati dan sulit mendengar suara Tuhan.

Dikatakan bahwa janji Tuhan kepada umat-Nya pasti terjadi dan terlaksana. Selama-lamanya Tuhan ingat akan janji-Nya. Semua janji Tuhan tertulis dalam firman-Nya, maka Yesus berkata, “Sungguh, barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Apakah itu sungguh terjadi? Bukankah selama ini kita sering mengeluh dan marah karena merasa janji-janji Tuhan itu hanya terjadi pada orang lain, janji Tuhan tidak pernah terjadi pada diri kita, dalam hidup kita. Kita merasa tetap menderita, tetap sengsara, tetap mengalami kegagalan, tetap hidup sulit dan susah, mengalami kehancuran, hidup dengan masalah-masalah besar dan berat, mengidap sakit keras dan lain sebagainya. Saudaraku, belum mampu merasakan janji Tuhan dalam segala kondisi dan situasi hidup berarti kita belum mampu hidup untuk menuruti firman Tuhan. Kita keras hati tidak mendengar dan melakukan firman-Nya. Mari membuang kekerasan hati kita, belajar mendengarkan, memahami dan melakukan firman Tuhan supaya kita sungguh mengalami janji Tuhan meskipun hidup kita terasa berbeban berat, menderita, gagal dan hancur.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 3 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Jumat Prapaskah A/V

Sesungguhnya telah banyak hal baik diperbuat dan dilakukan oleh Yesus. Bukti-bukti tindakan dan tanda-tanda keilahian yang terjadi di depan orang-orang Yahudi pun sangat nyata dan sulit dipungkiri. Tetapi, tetap saja orang-orang Yahudi ingin menangkap dan membunuh Yesus. Mereka berkata: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah, dan karena Engkau menyamakan diri-Mu dengan Allah, meskipun Engkau hanya seorang manusia.” Sikap orang-orang Yahudi telah dikuasai oleh kebencian dan kemarahan sehingga sulit menangkap warta kebenaran tentang diri Yesus sebagai Mesias. Kebencian dan kemarahan itu menghancurkan hati yang bersih dan merusak akal budi yang sehat.

Saudaraku, tanpa sadar kita pun sering memelihara kebencian dan kemarahan. Kita biarkan kebencian dan kemarahan menguasai hidup kita, bertahan lama bahkan sampai mengakar. Padahal saat manusia membenci dan marah, masalah bukan ada pada orang lain tetapi pada dirinya sendiri. Sikap membenci dan marah tak ubahnya memelihara suatu penyakit yang bisa menghancurkan dan mematikan. Kebencian dan kemarahan hanya membuat hati kita menjadi kotor dan busuk, membuat akal budi kita menjadi sakit. Kebencian dan kemarahan membuat kita tidak mampu melihat, merasakan dan mengalami kebaikan sesama, juga membuat kita selalu buta akan kebenaran. Semoga kita mampu hidup tanpa kebencian dan kemarahan yang merusak dan menghancurkan, sebaliknya semoga hidup kita selalu dikuasai oleh cinta kasih dan damai sehingga selalu mampu melihat, merasakan dan mengalami kebaikan, juga tidak buta terhadap kebenaran.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 4 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Sabtu Prapaskah A/V

Kematian Yesus yang memang diinginkan oleh para imam kepala dan orang-orang Yahudi adalah penggenapan janji Allah bagi manusia. Yesus akan mati untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai berai. Kematian Yesus adalah rencana dan kehendak Allah sebagai pemenuhan janji-Nya terhadap bangsa Israel dalam Nubuat Yehezkiel. Maka, kematian Yesus tidak akan menjadi sia-sia saat kita sebagai anak-anak Allah mampu hidup sebagai komunitas yang dikumpulkan dan disatukan oleh Roh Allah, bukan tercerai berai.

Faktanya, banyak manusia dan juga kita sendiri hidup dalam perpecahan, perseteruan, dan perang. Merasa berbeda sedikit dalam hal kecil saja kita memilih untuk tidak lagi berkumpul dan bersatu sebagai satu komunitas. Konteks bangsa Indonesia saat ini juga sedang mengalami hal ini. Beda pandangan, beda pilihan membuat manusia memilih untuk pecah, berseteru bahkan perang dalam berbagai cara. Bahkan, ditengah situasi wabah Covid-19 yang seharusnya kita semakin bersatu, bersinergi dan gotong-royong justru terus memanfaatkan situasi dengan memperkeruh dan menciptakan perpecahan, pertentangan dan sebagainya. Uniknya, komunitas keluarga kita pun terkadang tidak lepas dari perpecahan, perseteruan dan perang. Manusia tidak lagi hidup dalam Roh Allah yang mengumpulkan dan mempersatukan. Saudaraku, hendaknya kita mampu selalu hidup dalam persekutuan kasih. Mari, jadikan keluarga, komunitas-komunitas kita selalu hidup dalam Roh Allah yang menghasilkan cinta kasih, sukacita dan kedamaian.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 5 April 2020

Hari Minggu Palma

Awalnya Yesus dielu-elukan sebagai Raja. Tak lama setelah itu Yesus diolok-olok sebagai manusia yang menerima hukuman mati di salib. Minggu Palma yang kita rayakan ini memang untuk mengenangkan kisah sengsara Yesus, tetapi bukan untuk meratapi dan membuat hati kita bersedih. Peristiwa Palma kita rayakan juga untuk selalu menyadarkan hidup kita yang memang lebih sering mengolok-olok Yesus daripada mengelu-elukan-Nya.

Hidup kita yang mengolok-olok, menghina, mencela, dan menghujat Yesus dimaksudkan adalah karena kedosaan kita. Saat kita berdosa, lewat pikiran yang jelek, perkataan yang kotor, hati yang jahat dan perilaku yang menyesatkan, saat itulah kita sedang mengolok-olok, menghina, mencela dan menghujat Yesus. Seharusnya hidup kita adalah elu-elu, pujian, kemuliaan bagi Yesus. Hidup yang selalu terarah demi kemuliaan nama Tuhan. Salib tanda kehinaan telah diubah oleh Yesus menjadi tanda kemuliaan. Mari kita buat hidup kita menjadi tanda kemuliaan Tuhan. Milikilah pikiran yang selalu positif, perkataan yang lembut dan bersih, hati yang putih dan damai, juga kebenaran dalam berperilaku.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 6 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Senin Dalam Pekan Suci

Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus mengkritik Maria yang membasuh dan menyeka kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal harganya. Yudas merasa seharusnya minyak itu dijual saja dan uangnya dibagikan kepadaorang miskin. Yesus mengetahui hati Yudas bahwa sebenarnya ia tidak sungguh memperhatikan orang miskin tetapi karena ia sendiri adalah pencuri, selalu mengambil uang kas yang dipegangnya. Kisah ini sangat menarik karena terjadi juga dalam kehidupan menggereja. Banyak orang menjual kemiskinan orang lain, menjual kelemahan orang, menjual penderitaan sesama tetapi sesungguhnya hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Saudaraku, sikap seperti Yudas Iskariot adalah tindakan yang tidak baik. Melalui peristiwa ini kita diharapkan mampu melakukan hal tulus seperti Maria, siap dan rela berkurban apapun demi siapapun, terlebih bagi mereka yang miskin, sakit, menderita, kecil, lemah dan tersingkir. Bukan sebaliknya, terkadang kita menjadi pribadi-pribadi yang memanfaatkan kemiskinan, kelemahan dan penderitaan sesama demi keuntungan diri sendiri. Kita bukan menolong dan memberikan bantuan dengan ketulusan tetapi memanfaatkan situasi dan keadaan demi keuntungan diri, keuntungan mendapat nama baik, keuntungan mendapatkan pujian dan sanjungan, bahkan keuntungan mendapatkan materi. Saudaraku, semoga hidup kita mampu memiliki ketulusan dalam berbuat baik terlebih bagi saudara kita yang miskin, lemah, kecil menderita, sakit, tertindas, tersingkir dan sebagainya.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 7 April 2020

PW. Santo Yohanes Pembaptis de la Salle, Imam

Inspirasi Bacaan Harian, Selasa dalam Pekan Suci

Yudas Iskariot mengkhianati Yesus dan Petrus menyangkal Yesus. Melihat sikap dua murid ini pasti kita sedih, marah dan kecewa. Pengkhianatan Yudas Iskariot, bahkan hanya dengan 30 keping perak, telah membuat Yesus tertangkap dan akhirnya dihukum mati di kayu salib. Penyangkalan Petrus menegaskan dirinya yang selalu mencari aman, tidak berani membela dan mengakui Yesus yang saat itu sedang terancam. Saudaraku, sungguhkah kita pantas dan layak untuk sedih, marah dan kecewa terhadap sikap Yudas Iskariot yang mengkhianati dan Petrus yang menyangkal Yesus? Bukankah kita pun sering mengkhianati dan menyangkal Yesus juga?

Kita mengkhianati Yesus saat mengerti bahwa suatu tindakan itu jahat dan berdosa tetapi tetap kita lakukan. Saat kita mudah menyakiti sesama, saling memusuhi, hidup menolak dan menghancurkan cinta kasih, maka saat itu juga kita mengkhianati Yesus, saat kita bertindak jahat dan dosa kita serupa dengan Yudas Iskariot yang kerasukan Iblis. Kita pun sedang menyangkal Yesus saat kita tidak berani menjadi saksi-saksi kebaikan dan kebenaran. Saat nilai kebaikan dan kebenaran sedang terancam dan kita diam, membiarkan dan tidak berbuat apa-apa untuk membela nilai kebaikan dan kebenaran itu, maka kita sedang menyangkal dan tidak mengakui Yesus, yang adalah kebaikan dan kebenaran. Semoga kita semakin dikuatkan oleh Roh Allah, terlebih dalam Minggu Suci ini, untuk tidak lagi hidup sebagai pengkhianat dan penyangkal Yesus.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 8 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Rabu dalam Pekan Suci

“Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan! Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Pernyataan Yesus ini sangat tegas dan jelas ditujukan kepada Yudas Iskariot yang akan mengkhianati-Nya. Sebelumnya, Yudas Iskariot telah bersekongkol dengan para imam kepala untuk menjual dan menyerahkan Yesus dengan tiga puluh keping perak. Yudas Iskariot adalah simbol pribadi rakus dan tamak. Hidup yang berpusat pada diri sendiri, bukan Tuhan. Ia rela melakukan apapun demi kepuasan dan keuntungan dirinya. Bahkan, tega berkhianat dengan menjual Gurunya sendiri hanya demi tiga puluh keping perak. Bagi Yesus, pribadi seperti ini tak layak dilahirkan.

Saudaraku, terkadang dalam diri kita juga ada sikap dan sifat kerakusan dan ketamakan. Kita terus menerus ingin memuaskan keinginan-keinginan dan hawa nafsu diri kita bahkan meskipun dengan jalan yang sesat dan tidak sehat. Kita gunakan segala cara demi memuaskan kerakusan dan ketamakan kita. Hidup kita cenderung terpusat pada diri sendiri, bukan mengarah kepada Tuhan. Kita rakus dan tamak akan pujian, popularitas, kita rakus dan tamak akan kekuasaan, kedudukan dan kehormatan, kita rakus dan tamak akan harta kekayaan, kita rakus dan tamak dalam banyak hal. Kita lupa bahwa hidup harusnya mampu seperti Yesus yang selalu siap berkorban, lewat sengsara dan wafat-Nya demi orang lain. Inilah kehidupan yang bermakna dan berarti yaitu saat hidup berani berkorban bagi yang lain, berbagi untuk yang lain. Selama ini kita menolak berkorban, sulit berbagi terhadap sesama karena lebih sibuk bagaimana memuaskan kerakusan dan ketamakan kita dalam banyak hal. Jangan-jangan kita pun sebenarnya tidak pantas dilahirkan.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 9 April 2020

Kamis Putih

Pembasuhan kaki dan perjamuan terakhir. Dua peristiwa tentang cinta yang memberi makna mendalam dalam perayaan Kamis Putih. Lewat peristiwa pembasuhan kaki, Yesus ingin berpesan kepada kita bahwa kemuliaan paling tinggi akan kita dapatkan saat kita mampu merendahkan diri menjadi seorang pelayan, bahkan hamba dari segala hamba. Inilah kesejatian para pengikut Yesus Kristus, hidup sebagai pelayan dan untuk melayani. Kasih dalam pelayanan. Perjamuan terakhir atau Ekaristi merupakan peristiwa cinta yang memberi pesan tentang Yesus yang mengorbankan diri-Nya, tubuh dan darah-Nya bagi penebusan dosa manusia. Maka, diharapkan kita yang ditebus ini mampu menjadi manusia-manusia ekaristis.

Manusia ekaristis adalah manusia dengan karakteristik sebagai berikut, pertama, mampu menangkap bahwa dirinya adalah pribadi yang diambil, dipilih dan dipanggil. Pribadi yang istimewa, dikhususkan, bernilai dan berharga di mata Tuhan, sehingga harus menyadari bahwa tidak ada hidup yang sia-sia. Kedua, mampu menangkap bahwa dirinya adalah pribadi yang diberkati, penuh rahmat. Maka hendaknya hidupnya selalu memberkati dan merahmati, bukan sebaliknya hidup sebagai kutuk dan laknat. Ketiga, mampu memahami sebagai pribadi yang siap dipecah-pecah, siap hancur, siap menderita, siap sakit, siap berkorban apapun dan untuk siapapun. Yesus tidak menolak salib, tetapi berani menjalaninya demi keselamatan. Keempat, mampu menyadari sebagai pribadi yang siap dibagi-bagi, artinya hidup yang tidak lagi berpusat pada diri sendiri, melainkan hidup untuk orang lain. Nilai tertinggi dari sebuah kehidupan adalah ketika hidup mempunyai manfaat bagi orang lain dan juga alam semesta.

Semoga melalui perayaan Kamis Putih ini kita semakin menjadi pribadi yang mampu menangkap, merasakan dan mengalami cinta Allah sehingga hidup selalu terarah menjadi manusia ekaristis. Juga mencapai kemuliaan lewat hidup sebagai pelayan, hamba dari segala hamba. Hidup sebagai kasih dalam pelayanan.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 10 April 2020

Jumat Agung

Salib tanda kehinaan telah diubah oleh Yesus menjadi tanda kemuliaan dan keselamatan. Ia telah taat sampai wafat dan menjadi pokok keselamatan abadi bagi siapapun yang taat kepada-Nya. Jumat Agung ini kita mengenangkan sengsara dan wafat Kristus demi penebusan dosa kita. Ia rela menderita sampai mati di kayu salib karena cinta-Nya bagi umat manusia. Peristiwa ini mengajak kita untuk melihat ke dalam diri sendiri, apakah selama ini kita juga memiliki ketaatan iman dan keberanian menderita karena iman?

Ketaatan iman kita masih rapuh dan lemah. Kita hanya taat di saat ingin mendapat. Kita hanya taat di saat mengharap selamat. Taat untuk mendapat dan taat untuk selamat. Saat tidak mendapat dan tidak selamat maka kita menolak untuk taat. Kita pun tidak berani mengalami derita salib seperti Yesus. Kita tidak tahan dan tidak setia terhadap salib yang berat dan menyusahkan meskipun hal itu akan membawa kemuliaan dan keselamatan. Saat gagal, saat hancur, saat sakit, saat terpuruk, kita mengeluh dan marah, kecewa dan putus asa terhadap Tuhan. Kita memilih untuk meletakkan, pergi menjauh dari derita salib hidup, bahkan mencari jalan keselamatan lain di dunia yang semu.

Saudaraku, iman yang kita miliki hanya akan berbuah keselamatan saat kita mampu taat sampai wafat sekaligus berani menanggung derita salib hidup kita. Inilah jalan kemuliaan dan keselamatan.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 11 April 2020

Sabtu Suci/Vigili Paskah

Dalam Vigili Paskah kita disuguhi bacaan-bacaan dalam liturgi sangat lengkap. Paling tidak ada tujuh bacaan sebelum bacaan epistola dan Injil. Kitab Kejadian mengenai penciptaan, Kitab Kejadian mengenai perjanjian Allah dengan Abraham, Kitab Keluaran mengenai Musa yang dipilih untuk memimpin pembebasan bangsa Israel, dan beberapa Kitab para Nabi seperti Yesaya dan sebagainya. Tetapi biasanya dipilih tiga bacaan sebelum bacaan epistola dan Injil. Hal ini dimaksudkan supaya dalam Vigili Paskah ini kita semua mampu merenungkan dan menyadari sungguh bahwa misteri iman, yaitu sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus adalah penggenapan dan pemenuhan seluruh karya dan rencana keselamatan Allah bagi manusia sejak awal mula. Cinta Allah yang begitu besar bagi manusia telah tergenapi dalam diri Yesus Kristus yang menderita sengsara, wafat dan kini telah dibangkitkan.

Saudaraku, kebangkitan Yesus Kristus adalah cahaya yang menghalau kegelapan, membebaskan kita semua dari kegelapan dosa. Manusia yang seharusnya mati telah menemukan dan memperoleh hidup. Maka, mari berseru “Alleluya” dengan mantap dan penuh sukacita karena janji keselamatan Allah bagi manusia telah tergenapi dan terpenuhi. Tidak ada lagi kegelapan karena telah menjadi terang, tidak ada lagi kehampaan, ketakutan dan kecemasan karena telah menjadi cinta dan harapan, tidak ada lagi kesedihan karena telah menjadi sukacita. Semoga meskipun Paskah tahun ini kita rayakan secara luar biasa karena wabah pandemi Covid-19, kita pun tetap yakin, optimis dan positif bahwa selalu ada rencana dan karya keselamatan yang indah, yang tepat dan terbaik bagi manusia. 

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 12 April 2020

Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan

“Kristus Bangkit, Kristus Mulia mari kita wartakan,” sepenggal bait telah dinyanyikan dengan penuh semangat dan sukacita. Juga ucapan “Selamat Paskah” yang datang dari banyak sanak dan sahabat begitu mewarnai Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan. Menjadi sebuah pertanyaan bagi kita sungguhkah kita percaya atau mengimani kebangkitan itu? Apa kita sungguh memiliki dan menghidupi iman akan kebangkitan itu sehingga kita layak bersukacita dalam suasana hari paskah?

Iman akan kebangkitan itu seharusnya mengubah, membentuk dan membangun. Percaya akan kebangkitan berarti menjadi pribadi yang siap diubah, dibentuk dan dibangun menjadi manusia baru yang lebih baik. Manusia baru yang meninggalkan manusia lama yang tidak baik. Tidak lagi bertahan dan memelihara kedosaan, tidak lagi menjadi budak roh jahat atau setan melainkan kembali menjadi anak-anak Allah, semakin serupa dan menyatu dengan Kristus, hidup oleh Roh Kristus sendiri. Inilah makna paskah yang sesungguhnya. Tidak mau diubah, tidak mau dibentuk, tidak mau dibangun menjadi pribadi yang lebih baik maka itu menjadi tanda pribadi yang tidak percaya dan tidak menghidupi iman akan kebangkitan. Semoga perayaan paskah kebangkitan Tuhan semakin menjadikan kita pribadi-pribadi yang siap diubah, dibentuk dan dibangun oleh Roh Tuhan.

Saudaraku, paskah tahun 2020 ini memang berbeda karena kita rayakan di dalam situasi dan keadaan yang menyedihkan dan memprihatinkan akibat pandemi global dari Covid-19. Tetapi, semoga dengan merayakan paskah kebangkitan Tuhan dalam situasi seperti ini kita tidak kehilangan arti dan makna paskah itu sendiri. Buang segala ketakutan kita, kekhawatiran kita, kesedihan kita, keputusasaan kita. Mari menjadi manusia-manusia paskah yang pantas dan layak bersukacita atas hari paskah kebangkitan Tuhan.

Selamat Paskah. Halleluya.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 13 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Senin dalam Oktaf Paskah

Peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus adalah sebuah fakta kebenaran. Banyak kesaksian dan juga penampakan yang dialami oleh para murid dan perempuan-perempuan. Uniknya, dalam Injil hari ini ada cerita di mana saat para penjaga makam melaporkan semua peristiwa tentang Yesus yang bangkit kepada imam-imam kepala, sesaat sesudah berunding dengan tua-tua, imam-imam kepala tersebut memberi sejumlah besar uang kepada para serdadu penjaga makam Yesus itu supaya mengatakan bahwa jenazah Yesus dicuri oleh murid-murid Yesus sendiri pada waktu malam hari. Ya, fakta kebenaran tentang kebangkitan dimanipulasi menjadi cerita dan berita yang bohong.

Saudaraku, tak jarang dalam kehidupan ini kita juga memiliki sikap seperti imam-imam kepala. Kita sering memanipulasi kebenaran menjadi sebuah kebohongan. Terlebih saat peristiwa atau berita kebenaran itu akan merugikan kita, menghancurkan kita, mengalahkan kita dan sebagainya, kita berjuang bagaimana memanipulasinya menjadi sebuah kebohongan. Kita lupa bahwa hidup kita yang percaya tentang iman akan kebangkitan seharusnya selalu mampu mewartakan peristiwa atau berita kebenaran sebagai tetap sebuah kebenaran meskipun akan merugikan kita, mengalahkan kita atau bahkan menghancurkan harapan kita. Mari berhenti memanipulasi kebenaran menjadi sebuah kebohongan. Semoga kita yang memiliki iman akan kebangkitan ini semakin mampu menjadi pribadi yang teguh untuk terus mewartakan peristiwa kebenaran apapun itu, di mana pun dan kepada siapapun.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 14 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Selasa dalam Oktaf Paskahl

Dampak atau pengaruh dari berita bohong, berita palsu atau berita hoax ternyata sangat luar biasa. Kebenaran yang dimanipulasi sebagai sebuah kebohongan ternyata mampu membuat manusia bisa kehilangan akal sehat bahkan imannya sendiri. Situasi ini sungguh dialami oleh para murid dan khususnya Maria Magdalena dalam bacaan Injil. Maria Magdalena sedih dan lebih percaya bahwa jenazah Tuhan Yesus diambil atau dicuri orang dari kubur sebagai manipulasi kebenaran oleh imam-imam kepala dan orang Yahudi. Maria menjadi sulit melihat, mengalami dan percaya tentang kebangkitan Tuhan Yesus sebagai sebuah kebenaran.

Saudaraku, dalam kehidupan nyata mungkin saja kita mengalami apa yang dialami oleh Maria Magdalena. Kita sedih bahkan menjadi takut, cemas dan khawatir karena lebih percaya dan terhasut dengan berita-berita palsu, berita bohong, berita hoax yang diciptakan sebagai akibat memanipulasi kebenaran. Kita seolah menjadi kehilangan akal sehat dan iman kita. Dalam peristiwa Injil, Yesus akhirnya menampakkan diri kepada Maria Magdalena sehingga membuat Maria Magdalena percaya akan kebangkitan Tuhan sebagai suatu kebenaran. Hal ini hendaknya menjadi kekuatan kita juga bahwa kebenaran itu tidak akan pernah kalah, kebenaran tidak akan pernah hilang, kebenaran tidak akan pernah musnah atau mati. Kebenaran akan selalu mencari dan menemukan jalan untuk mengalahkan kebohongan, keburukan apapun. Saudaraku, mari menjadi bijaksana dan terus membuka hati bagi Tuhan supaya kita tidak lagi mudah terhasut oleh berita palsu, berita bohong, berita hoax yang melemahkan akal budi dan iman kita.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 15 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Harian Rabu dalam Oktaf Paskah

Dalam keadaan kacau, hancur, sedih, kecewa, putus asa dan hilang harapan, dua murid Emaus kembali ke tempat asalnya. Semua keinginan dan harapan pribadi mereka telah hancur karena Yesus wafat di salib. Pikiran, mata, dan hati mereka telah menjadi lumpuh dan rapuh untuk mengenali dan mengalami Tuhan. Iman menjadi goyah dan payah, tidak lagi tangguh dan utuh.

Saudaraku, peristiwa dua murid Emaus sering kita alami. Saat keinginan dan harapan pribadi kita tidak terjadi atau terwujud sering kita menjadi merasa kacau, hancur, sedih, kecewa, putus asa dan hilang harapan. Seolah hidup tidak berguna lagi, tidak bermakna lagi. Saat seperti ini kita sedang mengalami kerapuhan dan kelumpuhan pikiran, mata dan hati dalam mengenal dan mengalami Tuhan. Iman kita sedang goyah dan payah. Dua murid Emaus membuka rumah mereka supaya Yesus mau hadir dan tinggal, maka oleh peristiwa itu mereka akhirnya kembali mengenal dan mengalami Tuhan. Saudaraku, saat situasi hidup kita sedang kacau, hancur, sedih, putus asa dan hilang harapan seharusnya kita juga membuka “rumah” kita supaya Yesus hadir dan tinggal. Yesus yang akan membuat pikiran, mata dan hati kita tidak lagi menjadi lumpuh dan rapuh. Yesus akan mengubah iman kita yang goyah dan payah kembali menjadi tangguh dan utuh. Ya, dengan membuka “rumah” kita, kita akan kembali mengenal dan mengalami Tuhan.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 16 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Kamis dalam Oktaf Paskah

Dua murid dari Emaus bersaksi kepada para murid tentang kebenaran bahwa Tuhan Yesus telah bangkit setelah menderita dan wafat di kayu salib. Saat itu Yesus pun menampakkan diri kembali kepada mereka semua. Kehadiran Yesus semakin menegaskan dan menguatkan kesaksian tentang kebenaran kebangkitan oleh dua murid dari Emaus tersebut. Tidak hanya itu, kehadiran Yesus semakin membuat para murid mengerti tentang Kitab Suci. Tuhan mau selalu hadir bagi siapapun yang berani bersaksi tentang kebenaran. Kita pun hendaknya mampu menjadi saksi-saksi kebenaran atau agen-agen kebaikan dalam kehidupan nyata.

Faktanya, kita sering menghindar, menjauh, menolak, tidak mau ambil resiko untuk menjadi saksi-saksi kebenaran dan agen-agen kebaikan. Saat nilai kebenaran itu dinodai, dihancurkan, dikhianati, dilecehkan dan sebagainya ternyata sering kita takut untuk bersaksi sehingga hanya diam dan tidak peduli. Sejauh tidak menyentuh dan merugikan kehidupan pribadi sendiri, lebih baik diam dan tidak peduli. Saudaraku, sikap diam dan tidak peduli ini hanya membuat kejahatan semakin berkuasa dan merajalela. Jangan takut bersaksi untuk kebenaran, jangan takut menjadi agen-agen kebaikan, karena Tuhan sendiri akan selalu hadir memberikan kekuatan dan penegasan atas nilai kebenaran dan kebaikan yang kita perjuangkan.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 17 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Jumat dalam Oktaf Paskah

Bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Hampa dan kosong. Demikianlah situasi Petrus dan murid-murid lain sesudah kematian Yesus yang begitu hina di kayu salib. Mereka pun akhirnya memutuskan kembali kepada kehidupan lama mereka, yaitu menjadi nelayan, penjala ikan. Awalnya tidak ada hasil tangkapan ikan yang mereka dapat. Yesus datang menyapa mereka. Mereka mendengarkan dan melakukan apa yang Yesus perintahkan, dan akhirnya membiarkan Yesus bertindak atas hidup mereka. Mereka pun menangkap banyak ikan. Peristiwa pandemi global Covid-19 yang kita alami saat ini mungkin juga membawa kita kepada situasi seperti para murid. Kita bingung, hampa, kosong, putus harapan dan sebagainya. Apakah kita mau menyerah kalah dengan keadaan ini? Atau tetap yakin di dalam iman dengan mendengarkan dan melakukan apa yang menjadi perintah Tuhan sekaligus membiarkan Tuhan bertindak atas hidup kita?

Saudaraku, terkadang saat hidup kita sedang dalam masalah dan beban yang berat, kita juga menjadi bingung, tidak tahu harus melakukan apa, hidup menjadi hampa dan kosong. Di tengah pandemi global Covid-19 ini banyak diantara kita dan sesama mengalami situasi seperti para murid. Biasanya hidup kita menjadi tidak berbuah, tidak produktif, tidak menghasilkan hal yang bermanfaat, kering, tak bergairah dan akhirnya mati. Kita cenderung mengandalkan kekuatan dan perasaan kita, kita menjadi sulit menangkap dan mengalami Tuhan. Bagaimana mungkin hidup yang seperti ini mampu menjadi saksi-saksi kebenaran dan agen-agen kebaikan? Saudaraku, belajarlah untuk selalu peka terhadap sapaan Yesus, lakukanlah apa yang Yesus perintahkan, dan biarkan Yesus bertindak atas hidup kita. Hal tersebut akan membuat hidup kita kembali berbuah, produktif, bermanfaat bagi banyak orang, tidak layu dan tidak kering, kembali bergairah. Mari terus yakin dan percaya dalam iman bahwa situasi memprihatinkan akibat Covid-19 ini akan cepat berlalu dengan mewujudkan diri kita sebagai pribadi yang terus siap mendengar dan melakukan perintah Tuhan sekaligus membiarkan Tuhan bertindak atas hidup kita.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 18 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Sabtu dalam Oktaf Paskah

Tidak mudah bagi Yesus membuat para murid dan pengikut-Nya segera percaya akan misteri kebangkitan. Yesus tidak hanya satu kali menampakkan diri dan membuat tanda-tanda kepada para murid dan pengikut-Nya. Para murid dan pengikut-Nya yang degil dan lamban hati akhirnya menjadi percaya, bahkan sesudahnya mereka semua sungguh total dan habis-habisan tanpa rasa takut menjadi saksi-saksi kebangkitan Tuhan.

Dalam kehidupan nyata, kita pun sering mengalami dan menjumpai banyak manusia degil dan lamban hati akan kebenaran. Di tengah pandemi global Covid-19 ini juga sepertinya kita dan mungkin banyak manusia lain mengalami kedegilan dan lamban hati. Kita tidak ikuti himbauan pemerintah dengan berbagai alasan, kita melakukan “panic buying”, menyalahkan dan menuntut kinerja pemerintah dan instansi terkait. Kita bahkan justru menjadi manusia yang lebih egois dan tidak peduli dengan situasi sekitar. Akhirnya, banyak nilai kebenaran yang seharusnya kita lakukan tidak mampu ditangkap dan dialami sehingga hidup pun seolah selalu melawan, menghambat dan menghancurkan nilai kebenaran itu. Saudaraku, oleh Yesus kita diminta menjadi saksi-saksi kebenaran yang total dan habis-habisan. Jangan sampai kebenaran selalu dilawan, dihambat bahkan dihancurkan hanya karena hati yang degil dan lamban. Mari berjuang total dan habis-habisan sebagai saksi-saksi kebenaran di dunia ini sehingga manusia yang degil dan lamban hati berkurang.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 19 April 2020

Minggu Paskah II (Minggu Kerahiman Ilahi)

Tomas tidak serta merta percaya tentang kebangkitan Yesus. Ia tidak mau percaya sebelum ia sendiri melihat dan membuktikan sendiri. Tomas menjadi percaya setelah Yesus menampakkan diri dan menunjukkan luka-luka dalam tubuh-Nya. Dengan penuh kedalaman iman, Tomas mengucapkan, “Ya, Tuhanku dan Allahku.” Sikap Tomas bisa kita katakan sebagai sikap kritis terhadap iman. Tetapi sikap kritis Tomas membuat ia semakin memiliki kedalaman iman. Tomas semakin memiliki kedewasaan iman dan spiritualitas yang matang. Bagaimana dengan kita?

Kita pun terkadang memiliki sikap kritis atas iman. Terlebih saat hidup kita merasa tidak dirahmati, tidak dalam berkat-Nya, merasa gagal, merasa hancur dan sebagainya. Kita menjadi putus asa dan pesimis dalam pertanyaan apa itu iman, untuk apa iman, mengapa beriman dan sebagainya. Bisa jadi dalam situasi hidup seperti sekarang ini dimana seluruh aspek kehidupan kita sedang luluh lantah akibat pandemi global covid-19, kita pun mulai kritis terhadap iman. Dimana Tuhan selama ini, mengapa Tuhan membiarkan ini terjadi, dan sebagainya. Sayangnya, sikap kritis kita tidak seperti Tomas, sikap kritis kita membuat kita semakin krisis. Kita menjadi pribadi yang mengalami krisis iman. Spiritualitas kita bukan semakin matang melainkan semakin mentah, iman kita tidak menjadi dewasa melainkan semakin kekanak-kanakan, iman kita bukan semakin mendalam tetapi semakin dangkal. Cirinya jelas, hidup semakin banyak mengeluh, semakin mudah menyalahkan situasi, keadaan dan orang lain, senang menyebarkan ketakutan dan kecemasan, menularkan sikap pesimis dan putus asa, bahkan sifat semakin egois dan tidak peduli dengan sesama. Saudaraku, hendaknya kita beriman supaya semakin memahami Tuhan secara lebih mendalam, dan saat kita ingin memahami apapun tentang Tuhan secara lebih mendalam adalah supaya kita semakin beriman. Mari menjadi pribadi dengan iman yang dewasa, dengan spiritual yang matang.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 20 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Senin Biasa Minggu Paskah II

Paskah, hari raya kebangkitan Tuhan adalah tanda kemenangan. Kebangkitan Tuhan sebagai pendamaian dosa, bukan hanya dosa kita tetapi dosa seluruh dunia. Manusia oleh roh telah dilahirkan kembali. Hidup baru, semangat baru, habitus baru. Sungguhkah lewat Paskah yang kita rayakan ini kita adalah manusia-manusia yang dilahirkan kembali?

Bagi banyak manusia, paskah terkadang hanya sekedar sebuah ritual perayaan keagamaan. Dirayakan sekaligus dilewatkan begitu saja tanpa bekas. Kita tidak sadar bahwa lewat paskah ini kita telah lahir kembali. Roh membuat kita menjadi manusia baru. Hendaknya kita pun memiliki hidup yang baru, hidup yang menjadi baik, semangat baru dalam kebaikan, habitus baru yaitu sikap dan tindakan yang semakin baik. Jika ini semua belum terjadi, tanda bahwa paskah bagi kita tidak punya makna dan arti. Jika sebelum Paskah dan sesudah Paskah tidak ada perubahan hidup dari yang jahat menjadi baik, dari yang hitam menjadi putih, dari yang gelap menjadi terang maka itu tanda bahwa kita belum dilahirkan kembali oleh roh. Semoga paskah kali ini sungguh membuat kita menjadi manusia yang dilahirkan kembali oleh roh sehingga hidup menjadi baru, memiliki semangat baru, dan mempunyai habitus baru yang lebih baik.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 21 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Selasa Minggu Paskah II

Kumpulan orang yang telah percaya akan Yesus hidup sehati sejiwa, hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Ada habitus baru yang tercipta yaitu tidak ada seorangpun berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Mereka hidup saling memberi, saling mencukupi, saling melengkapi. Tidak ada seorangpun dari mereka mengalami kekurangan. Saudaraku, inilah salah satu habitus baru yang seharusnya ada dalam kehidupan menggereja kita sesudah paskah, kebangkitan Tuhan. Sungguhkah, kita sebagai manusia Paskah yang percaya bahwa Anak Manusia telah ditinggikan supaya manusia yang percaya akan memeroleh kebahagiakan kekal telah mewujudkan hidup sehati sejiwa, hidup dalam persekutuan kasih?

Selama ini kita masih sulit hidup untuk saling memberi, saling mencukupi dan saling melengkapi. Kita belum mampu hidup dalam persekutuan kasih sebagai ciri dasar dan utama sebagai murid Yesus. Dalam banyak hal kita cenderung memiliki sikap egosentris, ego sektoral, juga ego pastoral. Kita cenderung sibuk dengan kepentingan diri kita sendiri dan kelompok kita sendiri. Bahkan dalam tubuh gereja pun tak jarang terjadi sikap saling tidak peduli, tidak mau tahu, apatis dan sebagainya. Mau sampai kapan? Saudaraku, jika situasi yang terjadi demikian, berarti kita belum mengalami hidup penuh kasih karunia yang melimpah-limpah. Saat kita masih sulit saling memberi, sulit saling mencukupi, sulit saling melengkapi, berarti kita belum mengalami paskah, kebangkitan Tuhan. Dalam situasi kondisi keprihatinan akibat wabah Covid-19 ini, kita semakin diharapkan untuk mampu hidup sehati sejiwa, hidup dalam persekutuan kasih yang saling memberi, saling mencukupi dan melengkapi. Inilah ciri pribadi yang mampu melihat dan mengalami keselamatan Paskah. Pribadi yang melihat dan mengalami Anak Manusia ditinggikan supaya siapapun yang percaya akan beroleh hidup yang kekal.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 22 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Rabu Pekan Paskah C/II

Terang telah datang kepada dunia, tetapi manusia lebih memilih kegelapan. Ciri manusia yang memilih terang adalah hidup dalam kebaikan dan kebenaran, sebaliknya ciri manusia yang memilih kegelapan adalah hidup dalam kejahatan dan keburukan. Bagaimana kehidupan kita sehari-hari? Ada dalam terang atau dalam kegelapan?

Saudaraku, kita telah ditebus oleh Kristus lewat sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Dahulu kita hidup dalam kegelapan akibat dosa, tetapi saat ini hendaknya kita hidup dalam terang karena kebangkitan Kristus. Sayangnya, manusia cenderung memilih hidup dalam kegelapan. Keburukan dan kejahatan terus dilakukan karena membuat manusia itu merasa aman, nyaman dan tentram secara duniawi. Inilah keselamatan semu. Situasi ini membuat manusia sulit menerima terang. Manusia tidak rela hidup dalam terang karena akan kehilangan rasa aman, nyaman dan tentram duniawi tadi. Manusia lupa untuk hidup dalam terang, dalam kebaikan dan kebenaran yang membawa kepada keselamatan sejati, terwujud dalam karakteristik hidup yang penuh cinta, menjadi pembawa sukacita, dan menjadi pencipta kedamaian. Semoga kita tidak lagi memilih kegelapan karena kita adalah manusia terang yang ingin mengalami keselamatan sejati, bukan keselamatan semu.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 23 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Kamis Pekan Paskah II

Penuh keberanian, keyakinan yang sungguh, pantang mundur dan pantang menyerah menjadi sikap para rasul saat bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus yang bangkit. Ya, para rasul menjadi saksi-saksi iman yang total, radikal, habis-habisan dan hancur-hancuran, padahal sikap-sikap tersebut dapat mengancam dan membahayakan hidup para rasul saat itu. Kesaksian iman para rasul membuat kita mampu mengakui Allah adalah benar, membuat kita memperoleh hidup dan juga mengalami keselamatan kekal. Apakah kita juga mampu menjadi saksi-saksi iman yang total, radikal, habis-habisan dan hancur-hancuran seperti para rasul?

Menjadi saksi-saksi iman masa kini hendaknya kita wujudkan lewat sikap hidup kita sehari-hari. Pertama, terus berjuang dan berusaha hidup dalam kebenaran sebagai wujud mampu mengakui Allah adalah benar. Saat hidup kita selalu ada dalam dosa dan kesalahan itu tanda bahwa kita tidak mengakui Allah adalah benar. Kedua, milikilah sikap dan tindakan sehari-hari untuk terus mewujudkan dan menciptakan aura kehidupan bukan aura kematian, karena oleh kesaksian para rasul kita memperoleh hidup. Jangan sampai kita sebagai pribadi yang mengimani kebangkitan Kristus justru sering menampakkan aura kematian seperti hidup yang pesimis, putus asa, tanpa harapan, memelihara kebencian dan dendam, menciptakan perselisihan dan permusuhan. Ketiga, milikilah hidup yang selalu mengarah dan menuju kepada keselamatan kekal, bukan kebinasaan kekal. Ciri hidup yang menuju kepada keselamatan kekal adalah hidup yang sungguh dipersembahkan demi kemuliaan Allah, bukan kemuliaan dunia dan dirinya. Pikiran, perkataan, perasaan, dan perilaku kita hendaknya sungguh hanya demi kemuliaan Allah. Saudaraku, mari menjadi pribadi seperti para rasul yang berani bersaksi tentang iman akan kebangkitan dengan total, radikal, habis-habisan dan hancur-hancuran. Inilah yang akan membawa kita semakin mampu mengakui Allah adalah benar, kita pun akan memeroleh kehidupan dan keselamatan kekal.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 24 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Jumat Pekan Paskah II

“Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah.” Demikian pernyataan seorang Farisi dalam Mahkamah Agama yang bernama Gamaliel, seorang ahli Taurat yang sangat dihormati banyak orang. Pernyataan ini bukan saja akhirnya menyelamatkan para rasul dari hukuman atas kesaksian iman mereka akan kebangkitan Kristus tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa kesaksian para rasul tentang iman kebangkitan Kristus adalah sesuatu yang berasal dari Allah. Kesaksian para rasul tentang Kristus adalah sebuah kebenaran dari Allah, datang dari Allah sehingga tidak dapat dihancurkan dan binasa. Apakah kita masih terus meragukan dan sulit percaya terhadap iman akan kebangkitan ini? 

Saudaraku, sekitar 2000 tahun lebih iman akan Kristus semakin tumbuh, kokoh dan berkembang. Meskipun banyak sekali ancaman, tantangan dan perlawanan, tetapi Gereja Katolik sebagai buah iman akan Kristus tetap kokoh bersatu, tidak tercerai berai dan binasa. Inilah tanda nyata bahwa kesaksian para rasul tentang iman akan kebangkitan Kristus sungguh sesuatu yang berasal dari Allah bukan dari manusia. Seharusnya tidak ada lagi alasan bagi kita untuk terus meragukan bahkan sulit percaya terhadap iman akan kebangkitan Kristus ini. Saudaraku, mari menjadi pribadi yang selalu yakin dan percaya bahwa iman akan kebangkitan Kristus lewat kesaksian para rasul sungguh berasal dari Allah. Iman yang selalu tumbuh berkembang, kokoh dalam persekutuan, tidak tercerai berai dan hancur binasa. 

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 25 April 2020

Pesta Santo Markus, Penulis Injil

“Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa percaya akan dibaptis dan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: Mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbiicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” Inilah amanat perpisahan dari Yesus kepada para murid sebelum Ia naik ke surga. Saudaraku, kita yang telah dibaptis dan mengaku percaya, apakah sungguh tanda-tanda itu ada pada diri kita?

Tanda pertama adalah mampu mengusir setan. Maksudnya bukan menjadi pemburu hantu, bukan seperti dukun atau paranormal yang mungkin menyembuhkan orang kerasukan dan sebagainya. Mengusir setan artinya mampu selalu menang melawan godaan-godaan jahat dalam diri kita. Setan selalu ingin manusia berbuat kejahatan dan menjauh dari jalan Tuhan. Apakah sungguh kita sudah mampu mengusir godaan roh jahat dalam diri kita? Tanda yang kedua, berbicara dengan bahasa-bahasa baru. Sering diartikan bicara dalam bahasa Roh. Maksudnya bukan mampu bicara dalam bahasa Roh yang terkadang justru sulit dipahami, tetapi siapapun yang percaya maka hidupnya selalu menggunakan bahasa kasih. Pribadi yang selalu hadir sebagai cinta bagi sesama dan alam semesta. Tanda yang ketiga, memegang ular dan minum racun maut tetapi tidak mati. Maksudnya adalah bahwa pribadi yang percaya adalah pribadi yang selalu mampu hidup dalam hati yang damai. Pribadi yang tidak hidup dalam kebencian, kemarahan dan dendam akibat peristiwa buruk, peristiwa pahit di masa lalu. Pribadi yang mampu mengatasi segala luka batin dan sudah selesai dengan dirinya sendiri, tidak hidup dalam kesedihan, penyesalan dan keputusasaan yang berlarut-larut. Pengalaman dan peristiwa sepahit apapun dalam hidupnya bukan menjadi alasan untuk mati imannya. Lalu, tanda yang keempat bagi orang percaya adalah mampu menyembuhkan orang sakit. Tentu saja bukan seperti dokter, tetapi maksudnya adalah pribadi yang selalu mampu menyembuhkan “sakit” spiritual sesama. Sakit yang paling sakit di dunia ini adalah ketika menjadi pribadi yang tidak dianggap, ditolak, dibenci, dimusuhi dan sebagainya. Orang yang percaya harus hadir bagi mereka, memberi kesembuhan dengan menerima, menemani, merangkul, mengampuni, menganggap ada, memperlakukan sesama secara manusiawi terlebih kepada mereka yang lemah, miskin, kecil, sakit, tertindas dan sebagainya.

Saudaraku, sungguhkah tanda-tanda sebagai orang percaya tadi ada dalam diri kita? Jika tidak apakah artinya kita mengkhianati pembaptisan kita? Dan artinya kita juga belum mampu memberitakan Injil kepada segala makhluk sebagai tugas perutusan kita? Semoga, kita terus mampu berjuang untuk hidup sebagai Injil yang hidup dengan tanda-tanda yang menyertai sebagai orang yang percaya. 

Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 26 April 2020

Minggu Paskah III

Ada sebuah perubahan situasi yang dialami oleh dua orang murid dari Emaus. Situasi mereka sebelum mengalami Yesus dalam percakapan dan perjamuan adalah situasi yang takut, hancur, gelap, lesu, putus asa dan tak bergairah. Inilah situasi bodoh dan lamban hati. Namun, sesudah mengalami Yesus dalam percakapan dan perjamuan, saat itu hati mereka menjadi berkobar-kobar, tercerahkan, penuh semangat, keyakinan dan harapan. Hal ini ditunjukkan secara nyata saat mereka segera bangun dan kembali menuju Yerusalem dari Emaus meski mereka baru tiba di Emaus dengan jarak tujuh mil jauhnya. Inilah situasi paskah. Bagaimana dengan diri kita sendiri?

Saudaraku, saat ini kita sedang ada dalam situasi yang menyedihkan dan memprihatinkan karena pandemi global Covid-19. Kita pun sudah mulai merasa lelah, gelap, hancur, saling menyalahkan, saling curiga, apatis dan tidak peduli, putus asa dan tidak bergairah. Ya, kita tanpa sadar juga masuk dalam situasi bodoh dan lamban hati. Hendaknya kita mampu untuk ikut ambil bagian dalam percakapan dan perjamuan dengan Yesus seperti yang dialami dua murid dari Emaus. Percakapan dengan Yesus adalah sebuah wujud nyata apakah dalam situasi pandemi global ini kita lebih dekat dengan sabda-Nya, kita lebih sering membaca kitab suci saat banyak waktu di rumah? Perjamuan dengan Yesus adalah sebuah wujud nyata apakah selama pandemi global ini kita tetap setia mengikuti Ekaristi meskipun secara online, meskipun komuni yang harus kita terima bukan komuni fisik tetapi komuni spiritual? Jangan-jangan kita justru tidak setia lagi terhadap Ekaristi dengan berbagai alasan yang seolah masuk akal.

Saudaraku, dalam Kisah Para Rasul, Petrus mengutip kalimat dari Daud yang berbunyi: “Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorai, bahkan tubuhku akan diam dengan tentram. Sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan orang kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan, Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu.” Rasanya, inilah yang harus kita lakukan dan alami di tengah pandemi global Covid-19 ini, mengalami percakapan dan perjamuan dengan Yesus sehingga situasi bodoh dan lamban hati kita sungguh berubah menjadi hati yang berkobar-kobar, inilah situasi paskah. Gelap menjadi terang, letih lesu menjadi semangat bergairah, putus asa menjadi penuh harapan, kematian menjadi kehidupan. 

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 27 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Senin Pekan Paskah III

Selalu ada konspirasi jahat, kesepakatan busuk dan persekongkolan sadis untuk menghentikan kebaikan dan kebenaran iman. Hal ini juga yang dialami oleh Stefanus. Stefanus yang penuh karunia dan kuasa, mengadakan mukjizat dan tanda-tanda di antara banyak orang sebagai tanda kebenaran iman akan Kristus ternyata tetap dihentikan, ditolak dan dimusnahkan oleh orang-orang Yahudi. Lewat fitnah dan tudingan jahat, mereka menangkap dan menyerahkan Stefanus sebagai orang yang menghujat Allah, namun kesaksian Stefanus sesungguhnya tidak pernah menjadi sia-sia.

Saudaraku, percayalah bahwa kesaksian kita akan iman yang terwujud dalam kebaikan dan kebenaran hidup juga tidak akan pernah sia-sia. Bertahan dalam kebaikan dan kebenaran adalah jalan menuju keselamatan abadi, kehidupan kekal. Hal inilah yang ditegaskan oleh Yesus dalam Injil. Banyak orang mengikuti Yesus untuk mendapatkan makanan yang dapat binasa. Inilah gambaran manusia yang beriman tetapi hanya untuk meraih kemuliaan duniawi yang sifatnya semu, sementara, bisa hilang, musnah dan hancur. Mereka beriman supaya punya kedudukan dan kuasa, beriman supaya mulia dan terhormat, beriman supaya sukses dan punya harta banyak, dan sebagainya. Saat semua ini tidak terwujud maka mereka berhenti beriman, mereka meninggalkan iman. Saudaraku, semoga kita memiliki iman untuk mampu bersaksi lewat hidup yang selalu bertahan dalam kebaikan dan kebenaran, karena itulah yang membawa kita kepada keselamatan abadi dan kehidupan kekal.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 28 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Selasa Pekan Paskah C/III

Stefanus akhirnya harus wafat dirajam sebagai martir demi mempertahankan kebenaran iman. Sungguhkah kematian seorang saksi iman berarti sebuah kekalahan dari nilai kebenaran? Sungguhkah kebenaran bisa kalah oleh kejahatan? Pada kenyataannya, kematian Stefanus sebagai martir tidak pernah menjadi sia-sia. Kebenaran tidak pernah bisa musnah dan hancur. Kebenaran akan menemukan jalan kemenangan. Iman akan Yesus Kristus sebagai sebuah kebenaran tetap bertahan sampai detik ini.

Saudaraku, sering kita pun merasa kejahatan seolah lebih berkuasa daripada kebenaran. Kita merasa lelah, marah dan mungkin juga hilang harapan saat kejahatan menari-nari di hadapan kita. Tak jarang banyak kebenaran seolah harus kalah oleh kejahatan. Hari ini kita kembali disadarkan dan diyakinkan bahwa seharusnya kita semakin berani menjadi saksi-saksi kebenaran untuk mampu mengalahkan kejahatan. Apa yang dilakukan Stefanus sampai wafat sebagai martir hendaknya menjadi semangat kita juga untuk terus bertahan sebagai saksi-saksi kebenaran. Kebenaran tidak akan pernah kalah, kebenaran akan selalu menemukan jalan kemenangannya.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 29 April 2020

PW Santa Katarina dari Siena, Perawan dan Pujangga Gereja

Inspirasi Bacaan Harian, Rabu Pekan Paskah A/III

Setelah kematian Stefanus, ternyata hambatan dan tantangan untuk menyebarkan kesaksian iman akan Kristus tidak berhenti, bahkan semakin parah dan dahsyat. Para wanita dan anak-anak tak luput dari pengejaran dan penganiayaan karena memilih bertahan dalam iman. Saudaraku, mengapa Stefanus dan juga para pengikut Yesus Kristus begitu berani dan tangguh bertahan dalam iman mereka? Jelas hidup mereka hancur, hidup mereka susah, hidup mereka menderita bahkan sampai kehilangan nyawa.

Memiliki dan menjadi milik Kristus. Inilah jawaban mengapa Stefanus dan para pengikut Yesus Kristus begitu berani dan tangguh. Saat manusia bisa mengalami rasa memiliki dan menjadi milik Kristus maka tidak ada lagi yang ditakuti, dikhawatirkan, dicemaskan. Yesus adalah roti hidup, lambang keselamatan kekal. Selama ini, jika kita mudah menyerah, mudah mengalah, mudah mundur bahkan meninggalkan iman akan Kristus, itu adalah tanda kita belum mampu merasa memiliki dan menjadi milik Yesus Kristus. Kita belum mampu merasa dan mengalami Yesus Kristus sebagai roti hidup yang menyelamatkan. Semoga semangat Stefanus dan para pengikut Kristus saat dalam pengejaran dan penganiayaan menjadi kekuatan bagi kita dalam hidup sehari-hari.

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 30 April 2020

Inspirasi Bacaan Harian, Kamis Pekan Paskah A/III

Sida-sida dari Ethiopia itu percaya dengan segenap hati dan akhirnya dibaptis oleh Filipus. Sida-sida Ethiopia yang menjadi percaya dan dibaptis menjadi gambaran manusia yang terpanggil dan terpilih untuk mengenal Allah. Allah ternyata memanggil dan memilih, juga menarik manusia untuk akhirnya percaya kepada-Nya bukan dengan syarat-syarat duniawi. Siapapun yang mampu mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa maka ia akan mampu melihat dan mengalami Bapa.

Saudaraku, kita yang jelas sudah terpanggil dan terpilih terkadang justru terkesan tidak memiliki kebanggaan sebagai murid Kristus. Dalam hidup kita cenderung sering mengkhianati makna baptisan kita. Kita tidak lagi mampu melihat dan mengalami Allah dalam kehidupan sehari-hari. T

Akhirnya, tak jarang justru kita hidup bersekutu dengan roh jahat lewat pikiran yang jahat dan negatif tentang sesama, lewat perkataan yang menyakitkan dan menyudutkan sesama, lewat perasaan yang selalu membenci dan dendam, juga lewat tindakan kita yang merugikan dan menghancurkan sesama. Baptis yang seharusnya menyelamatkan, lebih sering kita nodai dan membuat kita kehilangan keselamatan. Semoga Yesus Kristus sebagai roti hidup sungguh menguatkan kita supaya kita kembali berada dalam jalan keselamatan, bukan jalan kebinasaan. 

Tuhan memberkati

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

Leave a Comment