Semangat Pagi dari Timur Indonesia
PW Santo Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Inspirasi Bacaan Harian Rabu Pekan Biasa A/XXVI
“Masakan manusia benar di hadapan Allah saat ia berperkara dengan Allah?” Hal ini yang dikatakan oleh Ayub. Perkataan yang menunjukkan bagaimana kedalaman dan kualitas iman dari Ayub. Hari ini Ayub seolah ingin mengajarkan kepada kita mengenai bagaimana beriman kepada Allah. Selama ini kita bangga ketika disebut sebagai manusia yang beriman, manusia yang punya iman. Tetapi, apakah kita beriman yang sesungguhnya? Sungguhkah kita mengimani Yesus dan benar-benar sudah mampu mengikuti-Nya?
Saudaraku, kedalaman dan kualitas iman kita terkadang masih sangat jauh dari yang seharusnya. Iman bagi kita lebih hanya sekedar atribut dan identitas semata. Situasi dan keadaan tersebut biasanya terjadi karena kita beriman dengan alasan karena, supaya atau untuk. Cara beriman seperti ini biasanya tidak akan membawa kita kepada kesungguhan, kedalaman dan kualitas yang seharusnya. Ada semacam timbal balik, untung rugi, perhitungan ekonomis dari iman yang kita harapkan. Akhirnya kita mungkin menjadi taat, menjadi setia, mampu berserah tetapi seolah hanya untuk sogokan bagi Allah supaya hidup kita menjadi bahagia secara versi manusia, bukan versi Allah. Saat bahagia tidak terjadi, bahkan sebaliknya mengalami sakit, derita dan kesesakan seperti Ayub, taat, setia dan sikap berserah pun mudah hilang. Dalam bacaan Injil, ditegaskan bahwa ikut Yesus bukan untuk mengalami sejahtera dan mulia secara duniawi terlebih sejahtera dan mulia versi manusia. Ikut Yesus harus total, radikal, habis-habisan bahkan siap meninggalkan segalanya, juga keluarga.
Saudaraku, Ayub mengajarkan kepada kita bahwa beriman itu hendaknya semakin membawa kita kepada pemahaman yang lebih baik tentang Allah. Akhirnya memampukan kita juga untuk memahami rencana dan kehendak Allah. Apapun rencana dan kehendak Allah bagi hidup kita akan kita jalani dengan sukacita. Kita akan tetap beriman meskipun hidup terkadang tidak sesuai dengan ingin kita dan mau kita, harapan kita. Inilah kedalaman dan kualitas iman.
Semoga, kedalaman dan kualitas iman dari Ayub ini juga menjadi teladan bagi kita. Mari menjadi murid yang total, radikal dan habis-habisan mengikuti Yesus karena beriman bagi kita bukan lagi dengan alasan karena, untuk atau supaya hidup mengalami sejahtera dan mulia duniawi, melainkan semakin mengenal dan memahami rencana dan kehendak Allah bagi hidup kita.
Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ