Gereja dan seluruh umat Keuskupan Agats sungguh diliputi sukacita dan kegembiraan. Harapan dan kerinduan untuk memiliki seorang imam yang baru dan dalam penantian yang cukup lama, pada akhirnya terwujud. Dari Kesukupan Agats, lahirlah 3 imam baru dan 2 diakon yang baru. Siapakah para imam dan diakon yang baru ditahbiskan?
Tuhan memanggil setiap orang menuju satu tujuan yang sama dengan cara yang unik. Pastor Inno Nurmalay Pr, Pastor Yohanes Laritembun Pr, Pastor Lorens Kupea Pr, Diakon Abel dan Diakon Yanto adalah orang-orang yang dipanggil untuk mengikuti Tuhan secara khusus yaitu sebagai imam. Pengalaman keterpanggilan ini dialami oleh mereka secara berbeda-beda.
Pastor Inno adalah seorang putera asli Tanimbar (Maluku). Ia lahir, dibesarkan dan hidup bersama orang tuanya di desa Alusi Batjasi, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Keinginannya untuk menjadi seorang pastor telah muncul sejak ia masih berada pada bangku pendidikan SD.
Pastor Anes adalah juga seorang putera asli Tanimbar. Ia dibesarkan dan hidup bersama kedua orang tuanya di desa Debut, Kabupaten Maluku Tenggara. Sudah sejak kecil, ia telah memiliki keinginan untuk menjadi imam.
Pastor Lorens adalah seorang putera asli Flores. Ia dibesarkan dan hidup bersama kedua orang tuanya di Sulawesi Tengah, tepatnya di Kabupaten Banggai Laut. Keinginannya untuk menjadi pastor muncul ketika ia menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA. Diakon Yanto adalah putera asli Flores. Ia lahir, dibesarkan dan hidup bersama dengan kedua orang tuannya di Flores, NTT.
Keinginannya untuk menjadi pastor mulai muncul pertama kali ketika ia menamatkan pendidikan di bangku SMA dan mulai menjelajahi pulau Papua. Diakon Abel adalah putera asli suku Asmat kedua yang menerima tahbisan Diakon setelah Pastor pertama suku asli Asmat yaitu Pastor Moses Amiset, Pr. Pengalaman keterpanggilan menjadi pastor dialaminya saat menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA.
Pastor Inno dan Pastor Anes adalah teman seangkatan sejak SMP. Mereka masuk SMP Seminari St Yohanes Maria Vianney Saumlaki sejak tahun 2002 dan melanjutkan jenjang selanjutnya pada SMA Seminari St. Yudas Thadeus Langgur. Pada tahun 2008, mereka melamar untuk menjadi calon imam projo Keuskupan Agats dan kemudian diterima untuk memulai perjalanan awal yang disebut masa perkenalan (MAPER) selama 1 tahun.
Meskipun berbeda angkatan, perjalanan yang sama dijalani pula oleh Diakon Abel dan Diakon Yanto. Perjalanan keterpanggilan untuk menjadi seorang imam cukup panjang dan dituntut oleh Hukum Kanonik untuk menjalani suatu program seminari yang selain berisi studi filsafat dan teologi sampai lulus, juga mencakup suatu program formasi yang meliputi pengarahan rohani, berbagai retret, pengalaman apostolat – semacam Kuliah Kerja Nyata (bdk. Kan. 1032).
Pada hari Minggu, 2 Februari 2020 tepat pada Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah, secara resmi ketiga Diakon ditahbiskan menjadi Imam dan dua frater ditahbiskan menjadi Diakon oleh Yang Mulia Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito, OFM. Perayaan tahbisan tersebut berlangsung di Gereja Katolik Paroki Kristus Raja Mbait pada pukul 08.30-12.30 WIT.
Sebelum berkat penutup, Yang Mulia, Mgr. Aloysius Murwito, OFM sebagai Uskup Keuskupan Agats mengumumkan secara resmi tempat tugas yang baru dari para tertahbis di hadapan seluruh umat yang hadir dalam perayaan tahbisan. Pastor Inno mendapat tugas perutusan untuk mengikuti kuliah lanjut untuk mendalami salah satu bidang dalam ilmu Teologi di Roma. Pastor Lorens diutus untuk menjadi pastor paroki di Paroki Yamasj, dan Pastor Anes diutus untuk menjadi pastor paroki di Paroki Basim.
Sementara itu, Diakon Yanto diutus untuk menjalani tahun diakonalnya di paroki Senggo, sedangkan Diakon Abel diutus untuk menjalani tahun diakonalnya bersama umat di paroki Kamur. Tugas perutusan ini diterima oleh para imam baru serta para diakon baru dengan semangat dan penuh sukacita. Setelah berakhirnya perayaan ekaristi, semua umat berarak bersama para tertahbis menuju aula paroki Kristus Raja Mbait untuk melanjutkan acara ramah tama.