Posted on: 26/08/2021 Posted by: RD Lorenz Kupea Comments: 0
Keuskupan Agats

Oleh: RD. Laurensius A. Kupea

Konsili Suci melihat betapa pentingnya pendidikan di dalam kehidupan dan pengaruhnya yang besar dalam perkembangan serta kemajuan sosial dalam masyarakat dewasa ini.  Manusia sebagai makhluk sosial sadar akan martabatnya sendiri dan tugas-tugas yang diembannya sehingga membuat mereka ingin berperan serta secara aktif dalam kehidupan sosial masyarakat di mana mereka hidup. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat memberikan kemudahan kepada manusia dalam menjalin relasi kebersamaan baik dengan bangsa lain maupun dengan bangsa sendiri. oleh karena itu, pendidikan menjadi hal penting dan dimana-mana orang berupaya untuk memajukan karya pendidikan. Di mana-mana jumlah murid bertambah dengan pesat sehingga sekolah-sekolah diperbanyak dan diperluas dan disempurnakan. Lembaga-lembaga lainnya  juga dibangun. Banyak eksperimen-eksperimen baru dan metode-metode baru dalam pendidikan diolah bahkan banyak usaha raksasa dilaksanakan untuk memberikan pendidikan kepada semua orang. Memang disadari bahwa masih banyak anak-anak dan muda-mudi yang belum mengecap pendidikan dan masih banyak pula orang yang belum menikmati pendidikan yang memadai.

Gereja merupakan salah satu lembaga yang juga turut berperan serta dalam memajukan pendidikan semua orang. Oleh karena itu, Gereja lewat konsili Suci menegaskan beberapa azas dasar mengenai pendidikan. Asas dasar ini menurut konsili suci harus dikembangkan terus baik oleh Gereja maupun masyarakat dewasa ini agar pendidikan dapat dirasakan oleh semua orang dan dapat berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat.

Pokok-pokok Pikiran Konsili Vatikan II tentang Pendidikan

  • Pendidikan: Hak semua orang

Konsili suci menekankan bahwa pendidikan merupakan hak setiap orang. Tujuan pendidikan dalam arti sesungguhnya ialah mencapai pembinaan pribadi manusia dalam perspektif tujuan terakhirnya dan demi kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat, mengingat bahwa  manusia termasuk anggotanya dan bila sudah dewasa ikut berperan menunaikan tugas kewajibannya.

Dengan mengikuti serta menggunakan berbagai perkembangan ilmu pengetahuan, perlulah anak-anak dan kaum remaja dibantu untuk menumbuhkan kemampuan intelektual dan juga kehidupan moral mereka.

Begitu pula Konsili suci menyatakan, bahwa anak-anak dan kaum remaja berhak didukung agar mereka mampu belajar menghargai dengan suara hati yang lurus nilai-nilai moral, serta dengan tulus menghayatinya secara pribadi demi perkembangan kehidupan mereka menuju kesempurnaan.

  • pendidikan Kristen

Pendidikan Kristen yang dimaksudkan disini adalah pendidikan yang diberikan kepada semua orang kristen. Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan kristen bukan hanya pendewasaan pribadi manusia, melainkan terutama hendak mencapai kedewasaan penuh, supaya mereka yang telah dibaptis tahap demi tahap dan dari hari ke hari makin mendalami misteri keselamatan, dan juga makin menyadari kurnia iman yang telah mereka terima. Dengan demikian, mereka  belajar bersujud kepada Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran (lih. Yoh. 4:23), terutama dalam perayaan Liturgi. Selain itu mereka juga dibina agar mampu menghayati hidup mereka  sebagai manusia baru dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati (Ef 4:22-24) supaya dengan demikian mereka mencapai  kedewasaan penuh, serta tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (lih. Ef 4: 13), dan ikut serta mengusahakan pertumbuhan Tuibuh mistik. Kecuali itu  hendaklah  umat beriman menyadari panggilan mereka,  dan melatih diri untuk memberi kesaksian tentang harapan yang ada dalam diri mereka (lih. 1 Ptr. 3:15) serta mendukung perubahan dunia menurut tata-nilai Kristiani.

  • Mereka yang bertanggungjawab atas pendidikan
  • Orang tua

Orangtua dalam sebuah keluarga mempunyai kewajiban untuk memberikan kehidupan kepada anak-anaknya khususnya dalam pendidikan mereka. Oleh karena itu, konsili suci mengatakan bahwa orangtua mempunyai tugas yang maha berat yaitu sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Tugas orangtua dalam mendidik anak tidaklah mudah, mereka harus menciptakan suatu lingkungan yang sedemikian rupa sehingga pendidikan kepribadian dan sosial anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik dan utuh. Oleh karena itu, keluarga merupakan sekolah pertama dimana anak belajar hal-hal yang dibutuhkan sebelum berbaur dengan masyarakat luas.

  • Masyarakat

Selain keluarga, masyarakat juga mempunyai peranan yang penting dalam pendidikan generasi muda. Masyarakat dalam hal ini negara mempunyai tugas dan dan wewenang dalam mengatur pendidikan generasi-generasi muda bangsa. Konsili Suci menyatakan bahwa Negara mempunyai kewajiban untuk memajukan pendidikan angkatan muda dengan berbagi cara seperti melindungi tugas dan hak para orangtua yang berperanserta dalam pendidikan serta memberikan bantuan kepada mereka. Sesuai azas subsidiaritas dalam pembagian tugas, apabila pendidikan yang diberikan oleh orangtua dan masyarakat dirasa tidak mencukupi, maka negara bertanggungjawab untuk melengkapi karya pendidikan tanpa mengesampingkan kehendak para orangtua. Selain itu, sejauh dituntut oleh kepentingan umum, negara mendirikan sekolah dan lembaga sendiri.

  • Gereja

 Gereja, seperti halnya keluarga dan masyarakat mempunyai peranan yang tidak kalah penting dalam karya pendidikan. Hal ini bukan saja karena Gereja dianggap oleh masyarakat sebagai lembaga yang mampu mendidik, melainkan yang utama adalah karena Gereja mempunyai kewajiban untuk mewartakan jalan keselamatan kepada semua orang dan menjadi penyalur hidup Kristus kepada orang-orang beriman serta membantu mereka untuk mencapai kepenuhan hidup. Dengan demikian, Gereja memberikan pendidikan kepada putera-puterinya atas dasar semangat Kristus agar dapat meresapi seluruh kehidupan mereka dengan semangat itu.

  • Aneka upaya untuk melayani pendidikan kristen
    •  Sekolah-sekolah Katolik

Sekolah-sekolah katolik merupakan perwujudan dari kehadiran Gereja di dunia pendidikan. Sama seperti sekolah lainnya, sekolah katolik pun mengejar tujuan-tujuan budaya dan menyelenggarakan pendidikan manusiawi kaum muda. Meskipun demikian, sekolah katolik memiliki perbedaan yang mencolok dari sekolah-sekolah non katolik. Perbedaan inilah yang menjadi ciri khasnya sekolah katolik yakni menciptakan lingkungan hidup bersama di sekolah, yang dijiwai semangat Injil, kebebasan dan cita kasih, dan membantu kaum muda agar dalam mengembangkan kepribadiannya. Tambahan pula, ciri khas dari sekolah katolik yakni mengarahkan seluruh kebudayaan manusia kepada perwataan keselamatan, oleh karena itu pengetahuan hendaknya diterangi dengan iman.

Meski memiliki ciri khas yang membedakannya dengan sekolah lainnya, sekolah katolik harus membuka diri bagi kemajuan dunia modern, mendidik para siswanya agar dengan efektif mengembangkan kesejahteraan umum, dan menyiapkan mereka dalam pengabdian demi meluasnya kerajaan Allah. Upaya ini menunjuk pada kerasulan eskternal dari umat beriman yang merasul di dalam dunia. Mereka diharapkan dapat merasul di tengah dunia demi keselamatannya, layaknya garam di dalam sayuran dan ragi di dalam adonan.

Sumbangsih yang diberikan oleh sekolah katolik antara lain, menyiapkan umat Allah dalam melaksanakan misinya di tengah dunia dan menunjang dialog antara gereja dan masyarakat yang menguntungkan kedua pihak. Untuk menunjang hal ini maka Gereja berhak mendirikan dan mengurus segala macam sekolah pada semua tingkatan. Namun perlu diperhatikan bahwa pelaksanaan hak ini merupakan dukungan kuat bagi perlindungan kebebasan suara hati dan hak-hak para orang tua, serta juga sangat menunjang kemajuan kebudayaan.  

Perkembangan dan kemajuan dari sekolah katolik sangat ditentukan oleh peranan para guru. Inilah hal utama yang harus disadari oleh mereka. Oleh karena itu, seorang guru di sekolah katolik hendaknya disiapkan sungguh-sungguh, agar ia dapat membagikan ilmu pengetahuan profan maupun keagamaan kepada peserta didik dan mahir dalam mendidik anak-anak dengan penemuan-penemuan zaman modern. Selain itu, cinta kasih harus menjadi ikatan interpersonal antara warga sekolah (guru dan siswa)  dan hendaknya mereka dijiwai oleh semangat merasul. Dengan demikian mereka memberi kesaksian tentang Kristus Sang Guru satu-satunya melalui perihidup dan tugar mengajar mereka. Para guru dituntut pula untuk dapat bekerja sama dengan para orang tua, terutama dalam seluruh pendidikan memperhatikan perbedaan jenis serta panggilan khas pria dan wanita dalam keluarga dan masyarakat, seperti yang ditetapkan oleh Penyelenggaraan ilahi. Mereka juga diharapkan agar dapat membangkitkan kemampuan para siswa untuk dapat mandiri. Tak hanya sampai di situ, setelah mereka tamat sekolah, para guru tetap mendampingi mereka dengan nasehat-nasehat, dan sikap bersahabat. Pelayan para guru ini adalah sungguh-sungguh suatu karya kerasulan dan pengabdian yang sejati kepada masyarakat, yang sangat diperlukan dan menjawab kebutuhan zaman.

Selain pentingnya peranan kaum awam, konsili menegaskan bahwa peranan orang tua pun tak kalah pentingnya. Di sekolah katolik, orang tua berkewajiban menanggung kelangsungan sekolah anaknya, dan bekerja sama dengan pihak sekolah demi kepentingan peserta didik.

  • Berbagai macam sekolah katolik

 Meskipun berbeda tingkatan dan jenisnya karena situasi setempat, sekolah-sekolah katolik sedapat mungkin membentuk diri sesuai dengan citra sekolah katolik itu. Oleh karena itu Gereja sangat menghargai kehadiran sekolah-sekolah katolik di daerah misi yang masih muda, yang juga menampung para siswa non-katolik. Pendirian sekolah-sekolah katolik harus menjawab kebutuhan-kebutuhan zaman yang semakin maju dan modern. Oleh karena itu pendirian sekolah katolik alangkah baiknya berdasarkan tingkatan atau jenjangnya, tapi juga berdasarkan jenisnya (kejuruan, teknik dan umum). Tapi perlu didirikan pula lembaga-lembaga untuk mendidik  kaum dewasa (pendidikan nonformal), pengembangan bantuan-bantuan sosial, serta penampungan para penyandang cacat. Serta didirikan pula  sekolah-sekolah untuk mempersiapkan guru-guru pendidikan agama dan keguruan lainnya.

 Konsili menganjurkan kepada seluruh anggota Gereja  supaya tidak melewatkan pemberian manapun dalam membantu sekolah-sekolah Katolik untuk semakin sempurna dalam menjalankan tugasnya, terutama dalam menanggapi kebutuhan-kebutuhan mereka khususnya bagi mereka yang miskin dan menderita, mereka yang kekurangan kasih sayang dan juga bagi mereka yang masih jauh dari kurnia iman.  

  • Fakultas dan universitas Katolik

Selain memberi perhatian kepada sekolah-sekolah, Gereja juga concern pada fakultas-fakultas dan universitas-universitas. Gereja mengharapkan serta menghendaki agar tiap fakultas dan universitas-universitas mendalami bidang studinya yang menjadi kekhasan dalam fakultas dan universitas tersebut. Diharapkan juga tiap fakultas dan universitas memberi perhatian kepada masalah-masalah aktual zaman ini dan terus mengembangkan lembaga-lembaga yang berfungsi memajukan penelitian ilmiah. Dengan begitu fakultas dan universitas katolik yang ada tidak saja berkembang secara kuantitas tetapi lebih diharapkan unggul dalam kualitas. Walaupun demikian fakultas dan universitas mudah dijangkau oleh tiap orang. artinya bahwa fakultas dan universitas itu terbuka bagi para mahasiswa yang memiliki harapan besar untuk belajar.

Karena pentingnya generasi muda dalam perkembangan bangsa, masyarakat dan Gereja maka diharapkan disediakannya pelayanan bagi mereka yang berada di universitas katolik maupun yang bukan. Agar pelayanan tersebut berjalan efektif dan efisien maka hendaknya dibangun pusat pelayan di sekitar fakultas dan universitas yang dilengkapi dengan tenaga-tenaga yang telah dipersiapkan agar dapat melaksanakan pendampingan yang tetap. 

  • Fakultas Teologi

Fakultas teologi mendapat perhatian karena dalam kegiatan-kegiatannya Gereja menyiapkan para mahasiswanya untuk 1) menjadi pelayanan imam saja,  tetapi juga 2)Untuk mengajar dan  untuk mengembangkan teologi lewat penelitian-penelitian yang mendalam yang menggunakan sarana dan metode-metode yang mutakhir. Dengan begitu pengertian yang mendalam tentang Perwahyuan kudus bisa diperoleh, makin penuh dan terbuka pusaka kebijaksanaan kristen warisan para leluhur, makin berkembang dialog dengan saudara-saudari yang terpisah dan dengan umat beragama lain, dan masalah-masalah yang timbul dari kemajuan ilmu pengetahuan mendapat jawabannya.

  • Pentingnya Sekolah

Sekolah mempunyai makna yang istimewa di antara segala upaya pendidikan. Keistimewaan sekolah tidak hanya terletak dalam upayanya untuk terus-menerus mengembangkan kemampuan rasio peserta didik, tapi juga dalam dimensi-dimensi kehidupan manusia lainnya. Dimensi-dimensi lain yang mengungkapkan keistimewaan sekolah diupayakannya berdasarkan misinya, antara lain; menumbuhkan kemampuan memberikan penilaian yang cermat, memperkenalkan harta warisan budaya yang telah dihimpun oleh generasi-generasi masa silam, meningkatkan kesadaran akan tata-nilai, menyiapkan siswa untuk mengelola kejuruan tertentu, memupuk rukun persahabatan antara para siswa yang beraneka watak-perangai maupun kondisi hidupnya, dan mengembangkan sikap saling memahami.

            Tambahan pula, sekolah merupakan suatu pusat kegiatan maupun kemajuan. Sebagai pusat kegiatan, di sekolah para siswa dan guru terlibat dalam aktifitas belajar-mengajar, bermain, bekerja, berolahraga, berorganisasi, dan berdoa serta dalam kegiatan kesenian. Sementara sekolah sebagai pusat kemajuan, sekolah diharapkan mampu menciptabarukan sesuatu baik dalam bentuk ide, sikap dan tindakan, tetapi juga dalam bidang teknologi dan komunikasi.  Namun demi mencapai hal ini perlu dilibatkan pula pihak-pihak tertentu secara bersamaan, seperti: keluarga, para guru, berbagai macam perserikatan yang bertujuan memajukan  kehidupan manusia yang berbudaya, lembaga-lembaga kemasyarakatan dan keagamaan, masyarakat sipil bahkan seluruh umat manusia.

            Dengan demikian keterpanggilan seseorang untuk membantu para orangtua dalam pendidikan adalah suatu pengalaman yang sangat indah tetapi juga sesuatu yang berat karena mengandung resiko. Mengapa demikian? Pertama, menjadi penanggung jawab bersama para orang tua adalah sebuah panggilan yang indah karena mereka yang melibatkan dirinya dalam dunia pendidikan menunaikan kewajibannya sebagai wakil-wakil masyarakat. Kedua, panggilan ini menjadi hal yang memberatkan karena dalam dunia pendidikan diperlukan bakat-bakat khusus/skill, persiapan yang amat matang, kesetiaan dan kesediaan tiada hentinya untuk membaharui dan menyesuaikan diri. 

            Dengan demikian, sekolah menjadi sangat penting dan bermakna karena menumbuhkan semua dimensi kemanusiaan bukan hanya aspek rasionalnya melainkan juga aspek spiritualnya sehingga sekolah menjadi pusat kegiatan dan kemajuan yang melibatkan segenap keluarga manusia.

  • Kewajiban dan hak-hak orangtua

Saluran kehidupan anak-anak berasal dari keluarga dalam hal ini orangtua. Orangtua menjadi pendidik pertama dan utama dalam perkembangan diri anak. Orangtua mempunyai kewajiban dan hak utama untuk mendidik anak-anak mereka.  Sehubungan dengan hal itu, orang tua sungguh-sungguh mempunyai kebebasan dalam memilih dan menentukan sekolah-sekolah yang baik untuk anak-anak mereka. 

Selain kewajiban dalam mendidik anak tentu juga harus diimbangi dengan hak-hak bagi orangtua (keluarga). Dalam hal ini, orangtua/keluarga sebagai warga masyarakat haruslah mendapat perhatian dari pemerintah sebagaimana diatur dalam perundang-undangan. Pemerintah mengusahakan agar setiap warga negara bisa berpartisipasi dan menciptakan hidup yang lebih berbudaya. Pemerintah memiliki kewajiban untuk  melindungi dan membela kebebasan para warganegara tanpa mengesampingkan keadilan dalam pemerataan, misalnya subsidi-subsidi yang negara bagikan sedemikian rupa bisa dirasakan oleh mereka yang layak mendapatkannya. Dengan bantuan pemerintah,  para orangtua bisa menggunakan hak-hak mereka selaku warga negara dan  dengan kebebasan sepenuhnya mampu memilihkan bagi anak-anak mereka sekolah-sekolah menurut suara hati mereka.

Negara wajib menjamin hak anak-anak atas pendidikan sekolah yang memadai, mengawasi kemampuan para guru serta menjaga mutu studi, memperhatikan kesehatan para murid, dan pada umumnya meningkatkan seluruh sistem persekolahan, sambil menerapkan prinsip subsidiaritas, dan karena itu dengan menghindari segala macam monopoli persekolahan.  (sebab monopoli itu bertentangan  dengan hak-hak asasi pribadi manusia, kemajuan seta pemerataan kebudayaan sendiri juga, kehidupan bersama para  warganegara dalam damai, serta kemacam-ragaman yang sekarang ini berlaku di banyak masyarakat.)

Konsili suci mendorong umat beriman, supaya rela memberi bantuan untuk menemukan metode-metode pendidikan serta sistem pengajaran yang cocok dan untuk pembinaaan  guru-guru yang mampu mendidik kaum muda sebagaimana mestinya, begitu pula dengan bantuan mereka- terutama melalui perserikatan orang tua – ikut menopang seluruh peranan sekolah dan terutama penyelenggaraan pendidikan moral.

  • Pendidikan moral dan keagamaan di sekolah

Gereja sadar akan tugasnya yang berat yaitu menyelenggarakan dengan tekun pendidikan moral dan agama semua putera-puterinya. Kita melihat bahwa ada begitu banyak orang katolik yang bersekolah di sekolah-sekolah non Katolik. Oleh sebab itu Gereja harus hadir dengan perhatian dan bantuan khusus bagi mereka, terutama melalui kesaksian hidup orang yang mengajar  dan membimbing mereka (peserta didik). Hal ini tidak berarti bahwa di sekolah-sekolah Katolik, pendidikan moral dan keagamaan diabaikan. Dalam hal ini, Konsili memberi perhatian khusus bagi siswa-siswi Katolik yang berada di sekolah non Katolik.

Gereja juga mengingatkan orang tua akan tugas mereka untuk mengatur (kalau perlu menuntut) agar putera-puterinya menerima perhatian dan bantuan itu dan maju dalam pendidikan terlebih pendidikan kristen agar terjaga keseimbangan antara pendidikan kristen (Katolik) dengan pendidikan profan. Gereja memberikan apresiasi bagi mereka yang memperhatikan dan membantu keluarga-keluarga agar  pendidikan anak disemua sekolah dapat diberikan sesuai dengan azas-azas moral dan agama masing-masing.

Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa pendidikan moral dan keagamaan itu sangat penting baik itu di sekolah-sekolah Katolik, maupun di sekolah-sekolah non Katolik yang mempunyai murid yang beragama Katolik.  

  • Koordinasi di bidang persekolahan

Kerjasama dalam berbagai tingkatan dilihat begitu mendesak dan penting baik dalam skala yang kecil maupun dalam skala yang besar. Masyarakat dunia dengan adanya kerjasama-kerjasama yang dibangun, menjadi lebih terbuka dan makin berkembang. Perkembangan tersebut dari hari ke hari semakin pesat. Pesatnya perkembangan menuntut orang untuk dapat mengikuti setiap arus perkembangan yang terjadi. Untuk dapat berkembang, disadari  bahwa kerjasama dalam berbagai hal sangat dibutuhkan.  Tentu saja kerjasama antar individu atau kelompok lebih terarah kepada kesejahteraan bersama. Demikian juga hal  yang sama terjadi dalam dunia persekolahan. Kerjasama antar sekolah diberbagai tingkatan dilihat makin mendesak dan sangat penting untuk mencapai kesejahateraan. Kerjasama itu dibutuhkan demi kesejahteraan segenap masyarakat.

Sekolah-sekolah Katolik juga sebagai bagian dari dunia persekolahan sedapat mungkin saling membangun dan mempererat koordinasi dan kalau dirasa perlu, dikembangkan kerja sama dengan sekolah-sekolah yang lain.  

Berkat koordinasi dan kerjasama yang lebih erat itu, terutama di kalangan lembaga-lembaga akademis, maka akan tercipta hasil-hasil yang lebih melimpah dan berkualitas. Maka hendaklah di setiap universitas,  berbagai fakultas yang ada saling membantu, sejauh kekhususan masing-masing mengizinkannya. Universitas-universitas sendiri hendaknya berpadu maksud dan menjalin kerja sama, dengan bersama-sama menyelenggarakan berbagai kegiatan misalnya kongres-kongres internasional, berbagi tugas di bidang penelitian ilmiah, mengadakan pertukaran hasil-hasil penelitian, mengusahakan pertukaran dosen-dosen untuk sementara waktu, dan mendukung usaha-usaha lain, yang dapat meningkatkan kerja sama.

Daftar Pustaka

Dokumen Konsili Vatikan II; ”Gravissimum Educationis” (Sumber utama).

Leave a Comment