Renungan Harian – Kamis, 02 Desember 2021
Hari Biasa, Pekan Adven I
Bacaan I : Yes 26:1-6
Bacaan Injil : Mat 7:21.24-27
Saudara-saudariku terkasih
Ada sebuah realitas yang sedang berkembang di daerah Asmat yang menimbulkan keprihatinan bagi sebagian besar petugas pastoral di Keuskupan Agats-Asmat. Realitas itu adalah munculnya isu Islamisasi masyarakat setempat oleh kaum pendatang yang beragama Islam. Cara yang dipakai untuk menarik simpati masyarakat Asmat agar bergabung masuk menjadi muslim adalah dengan membagi-bagikan sembako/bahan makanan atau dengan mengirim anak-anak asli Asmat untuk bersekolah di luar Asmat. Anak-anak yang dikirim keluar ini kemudian dimasukkan ke pesantren-pesantren yang kemudian secara perlahan “mencuci otak” anak-anak Asmat agar mereka berpindah keyakinan. Alhasil, ada banyak anak-anak Asmat yang kemudian mulai berpindah keyakinan dan memeluk agama Islam padahal awalnya mereka beragama Katolik.
Kenyataan ini memunculkan pertanyaan, dimanakah peran Gereja ketika melihat situasi ini? Apakah Gereja Katolik Asmat hanya diam saja melihat umatnya berpindah agama?
Kita sebenarnya tidak perlu mempersoalkan siapa yang benar dan siapa yang salah dalam situasi ini. Gereja Keuskupan Agats bukan tanpa usaha dalam mengajarkan dan menanamkan iman kekatolikan kepada umatnya. Berbagai upaya pastoral dijalankan dan dilaksanakan agar umat bisa mengerti dan memahami iman yang dimilikinya sejak lahir itu. Meskipun demikian, perlu disadari bahwa kualitas iman yang dimiliki oleh setiap orang berbeda-beda.
Injil Hari ini kembali mengingatkan kita seberapa kuat iman yang kita miliki. Jika kita memiliki iman yang kuat dan kokoh, maka kita tidak akan mudah tergoyahkan oleh berbagai tantangan dan kesulitan. AKan tetapi jika kita tidak memiliki iman yang kokoh dan kuat maka kita akan mudah roboh seperti seorang bodoh yang membangun rumahnya di atas pasir. Iman yang berkualitas adalah iman yang tahan uji dan iman yang selalu mengedepankan kehendak Allah. Jika dalam kehidupan kita sehari-hari, kita selalu berpegang pada perintah dan ajaran Yesus, maka kita akan selalu hidup dalam naungan kasih Allah. Akan tetapi, jika dalam kehidupan sehari-hari kita lebih mementingkan kehendak pribadi dan mengesampingkan kehendak Allah, maka kita akan senantiasa dirudung malapetaka. Kuliatas iman kita bukan ditentukan oleh orang lain, melainkan oleh diri kita sendiri.
Mari kita bertanya pada diri masing-masing, seberapa berkuaitasnya iman yang saya miliki. Apakah saya sudah melakukan kehendak Allah ataukah saya masih mementingkan kehendak diri sendiri? (RDLK)