Keuskupanagats.or.id, Asmat – Kita mungkin pernah merasakan kebahagiaan tersendiri saat bisa tampil lebih unik, menarik walaupun bukan dengan benda-benda mahal dan bermerek. Hal itupun dirasakan oleh kontingen Keuskupan Agats saat tampil satu panggung parade Salib IYD bersama perwakilan Orang Muda Katolik (OMK) se-Indonesia di Palembang.
Dengan balutan pakaian adat khas Asmat, Kontingen Keuskupan Agats tampil ikonik dan memukau saat defile maupun penutupan acara Indonesian Youth Day (IYD) III Palembang dari 26 – 30 juni 2023 lalu.
Penampilan mereka diperindah dengan aksesori seperti kalung, gelang, rok dan penutup dada perempuan yang terbuat dari daun sagu. Bukan hanya itu, anyaman daun sagu dan akar kayu atau kulit kuskus yang diberi hiasan bulu burung cendrawasih atau kasuari terlihat bertengger di atas kepala. Mereka juga merias tubuh berupa corak dan gambar garis warna merah, putih, dan hitam.
Bukanya anak anak muda ini merasa minder karena tampil dengan bahan alami pada event Nasional itu, namun justri sebaliknya, mereka merasa lebih terhormat dan percaya diri dengan penampilan tersebut.
“Kami tampil bukan sekadar sebagai orang muda Keuskupan Agats, namun lebih dari itu kami mau menunjukan kepada peserta lain tentang budaya Asmat. Inilah kami dan kami bangga,” ungkap Pastor Anes Laritembun.
Selain itu, Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Agats, RD. Alexander Lukas Lega Sando kepada Komsos mengaku, selama perhelatan IYD, kontingen yang dipimpinanya menjadi pusat perhatian bahkan tak jarang banyak yang ingin mengabadikannya dengan berfoto bersama.
“Teman teman kita ini seperti menjadi idola baru atau primadona, karena banyak orang yang meminta foto. Bukan hanya di Palembang tetapi sejak kami di Jakarta, maupun di Karawaci – Tanggerang,” Tandas Pater Luky. (*Peter Letsoin)
Editor: RD Lorenz Kupea
sayang banget dengan teman-teman dari Keuskupan Agats
belum bisa move on :’)