Renungan 1 Januari 2020
Hari Raya Maria Bunda Allah
Yesus Kristus yang hadir bagi dunia melalui Perawan Maria adalah sungguh Allah sungguh manusia. Merayakan Hari Raya Maria Bunda Allah menjadi salah satu bentuk wujud iman kita akan hal tersebut. Maria sungguh adalah Bunda Allah karena Maria mengandung Yesus Kristus, Allah yang telah turun ke dunia dalam rupa manusia yang lemah. Inilah ajaran dari iman kita. Banyak yang menolak dan sulit percaya tentang ajaran ini. Dalam kalangan internal Gereja Katolik sendiri perdebatan tentang Yesus itu Allah atau hanya manusia saja sangat panjang sampai harus diputuskan lewat konsili Efesus. Ya, dengan sebuah keputusan bahwa Yesus Kristus adalah sungguh Allah sungguh manusia. Maka, selanjutnya Maria sebagai Bunda Yesus adalah juga sebagai Bunda Allah. Bagaimana sikap kita terhadap ajaran iman ini? Apakah kita juga meyakini benar bahwa Yesus Kristus sungguh Allah dan sungguh manusia?
Saudaraku, Allah begitu Sempurna, Maha segala-galanya. Apapun dan bagaimana pun Allah bisa membuat semua terjadi dan melakukan semuanya. Allah mau hadir dalam rupa Yesus Kristus, menjadi manusia lemah dan terbatas seperti kita hanya karena kasih-Nya yang dalam dan luas, tanpa batas dan tanpa syarat itu. Sudah banyak cara pewartaan tentang Allah dan keselamatan lewat para nabi-Nya, tetapi manusia tetap sulit menerima dan memahami Allah. Allah ingin lebih dikenal dan dipahami oleh manusia supaya manusia mampu juga memahami Allah dalam rencana dan karya keselamatan-Nya bagi dunia, sehingga manusia mampu menjadi rekan kerja Allah yang baik di dunia ini. Ya, lewat Yesus Kristus, Putera-Nya sendiri yang diutus menjadi manusia Allah menyatakan Diri-Nya kepada manusia. Saudaraku, pemahaman iman yang baik dan benar akan membawa kita kepada sikap iman yang baik dan benar pula. Maka, milikilah pemahaman iman yang baik dan benar supaya sikap hidup kita yang berdasarkan kualitas iman kita adalah sebuah kebaikan dan kebenaran.
Tuhan memberkati
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 2 Januari 2020
PW St. Basilius Agung dan Gregorius dari Nazianze, Uskup dan Pujangga Gereja
Siapa menolak Anak berarti menolak Bapa. Barangsiapa menyangkal Yesus sebagai Kristus, dia adalah seorang pendusta. Barangsiapa menyangkal baik Bapa maupun Anak, dia adalah antikristus. Di atas adalah beberapa pernyataan dari Surat pertama Rasul Yohanes. Rasul Yohanes ingin menegaskan sungguh bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang hadir bagi dunia dalam rupa manusia. Yesus Kristus adalah cara Allah hadir dan menyatakan diri bagi manusia. Ini bukan karangan fiksi, bukan kisah dongeng, bukan cerita takhayul, melainkan sebuah keyakinan dan kebenaran iman. Bapa dan Anak adalah satu. Mengakui Anak berarti memiliki Bapa, dan mengakui Bapa berarti memiliki Anak. Karena Yesus hadir dan ada bagi dunia, maka kita mengenal dan melihat Allah. Apa yang telah Yesus Kristus ajarkan kepada kita tentang segala sesuatu adalah ajaran yang benar, bukan dusta.
Yohanes pembaptis dari awal juga telah mewartakan dan menegaskan tentang siapa Yesus Kristus itu. Yesus adalah Mesias yang dinanti-nantikan untuk mendatangkan pembebasan dan keselamatan bagi dunia yang berdosa. Saudaraku, sering iman kita menjadi rapuh, lemah dan goyah saat digoncang oleh ajaran-ajaran dan pernyataan yang sesat juga menyesatkan. Kita mudah terombang-ambing oleh banyaknya pernyataan yang menggoyahkan iman. Pernyataan-pernyataan seperti Yesus bukan Tuhan, Yesus hanya manusia biasa, Yesus tidak wafat disalib, Yesus tidak dibangkitkan. Juga fenomena ditemukan makam dan tulang Yesus, ditemukan makam dan tulang Maria. Semua bertujuan untuk menyesatkan. Sangat perlu bagi kita untuk terus memiliki pemahaman yang sungguh baik dan benar tentang iman supaya sekali lagi sikap hidup kita menampakkan kebenaran dari iman tersebut. Mari hidup oleh kebenaran iman sehingga iman kita tidak mudah rapuh, goyah, terombang-ambing dan hancur karena kesesatan. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 3 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Jumat dalam Masa Natal
“Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi, sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia; dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah. Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis. Setiap orang yang tidak berbuat kebenaran tidak berasal dari Allah; demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.” Pernyataan Rasul Yohanes dalam suratnya ini begitu lugas dan tegas. Yohanes ingin menyadarkan kita tentang identitas kita sebagai anak-anak Allah, bukan anak-anak Iblis. Adapun tanda dari anak-anak Allah adalah tidak berbuat dosa, melakukan kebenaran dan mengasihi saudaranya. Sedangkan, jika kita belum mampu melalukan kebenaran dan berbuat kasih kepada saudara, berarti kita tidak berasal dari Allah, yang berarti juga kita memilih untuk menjadi anak-anak Iblis.
Yohanes Pembaptis telah menunjukkan kebenaran kepada para muridnya saat Yesus lewat di depan mereka. Ia mengatakan, “Lihatlah Anak Domba Allah.” Murid Yohanes ini mengikuti Yesus dan tinggal bersama dengan Dia. Salah satu murid Yohanes itu adalah Andreas. Andreas inilah yang akhirnya juga mengatakan kepada Petrus saudaranya, “Kami telah menemukan Mesias.” Sejak saat itu Petrus dan Andreas mengikuti Yesus sebagai murid-Nya. Saudaraku, bukankah karena iman kita kepada Yesus Kristus itu kita juga telah menemukan Mesias? Lalu mengapa kita tidak segera mengikuti Dia dan tinggal bersama dengan Dia? Kita lebih senang terlepas dan jauh dari Yesus Kristus karena memilih berdosa, tidak berbuat kebenaran, juga tidak memiliki kasih bagi saudara kita. Sekali lagi kita hanya sibuk terus menerus hidup untuk melawan kodrat dan identitas kita sebagai anak-anak Allah. Kita lebih nyaman dan merasa aman menjadi anak-anak Iblis. Saudaraku, mari mengikuti Yesus dan tinggal bersama-Nya. Milikilah intimasi dengan Dia, belajarlah mengasihi dari Dia, belajarlah mengampuni dari Dia, juga belajarlah untuk menjadikan hidup ini sebagai cinta, berkat dan rahmat bagi yang lain, juga dari Dia. Ya, semua itu karena kita adalah anak-anak Allah, bukan anak-anak Iblis. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 4 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Sabtu dalam Masa Natal
“Dan kamu tahu bahwa Kristus telah menyatakan diri-Nya untuk menghapus segala dosa. Karena itu setiap orang yang tetap berada dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan mengenal Yesus.” Ini adalah penegasan dari Rasul Yohanes dalam surat pertamanya kali ini. Kita disadarkan sekaligus diteguhkan bahwa iman kita akan Yesus Kristus hendaknya selalu memampukan kita untuk tidak lagi hidup dalam dosa. Siapapun yang hidup dalam Dia maka akan selalu berbuat kebenaran. Hidup dalam kebenaran berarti tidak berdosa. Bahkan, oleh Yesus kita diangkat dan disucikan menjadi anak-anak Allah. Apakah kita menyadari dan bersukacita atas rahmat ini?
Yesus Kristus sebagai Tuhan, Allah yang hadir bagi dunia hendaknya bukan untuk diragukan lagi, bukan untuk dipertanyakan lagi. Kehadiran-Nya adalah penggenapan sempurna dari janji-janji Allah, firman yang menjadi manusia. Faktanya, hidup kita justru seringkali gagal ada dalam Dia. Kita tidak memilih untuk terus bersatu dengan Yesus. Kita masih mudah jatuh dan terus berbuat dosa. Kita mengabaikan hidup dalam kebenaran. Kita melawan kodrat kita sebagai anak-anak Allah yang telah diangkat dan disucikan berkat kehadiran Yesus Kristus. Saudaraku, mari terus berjuang dan berusaha menjadi seperti Yesus Kristus, serupa dengan diri-Nya, hidup dalam Dia, supaya kita tidak lagi berbuat dosa karena sungguh kita melihat dan mengenal Dia. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 5 Januari 2020
Hari Raya Penampakan Tuhan
Yesus Kristus adalah terang. Dialah cahaya kebenaran yang menerangi dunia. Kegelapan diubah menjadi terang. Maut dan kematian diubah menjadi rahmat dan kehidupan. Yesus Kristus sebagai cahaya kebenaran datang bukan hanya untuk kelompok atau golongan tertentu, melainkan cahaya kebenaran bagi seluruh dunia. Dalam kehidupan kita, sikap paling normal dan sederhana bagi manusia saat ada dalam kegelapan adalah bergerak, bangkit dan berusaha untuk mencari, mendekati dan mendapatkan cahaya itu. Ini juga sikap yang ada dalam diri para Sarjana dari Timur atau Tiga Orang Majus. Bhaltasar, Gaspar dan Melkhior dikenal sebagai ahli perbintangan. Mereka menjadi gambaran manusia yang bergerak, segera bangkit, berusaha untuk mencari, mendekati dan mendapatkan cahaya kebenaran saat mendengar berita tentang kelahiran dan kehadiran Yesus bagi keselamatan dunia.
Jauh berbeda dengan Herodes. Kabar berita tentang lahirnya Sang Juru Selamat sebagai cahaya kebenaran justru membuat hidupnya merasa terancam, tidak aman dan nyaman lagi. Hidup Herodes yang selama ini dikuasai oleh kegelapan merasa terganggu dan terusik. Herodes tidak tenang, penuh kecemasan dan kekuatiran. Herodes membenci cahaya terang itu dan ingin memusnahkan serta menghancurkan cahaya kebenaran itu. Ini gambaran sikap manusia yang sudah merasa nyaman dan aman dalam hidup yang dikuasi kegelapan. Manusia ini tidak bergerak, tidak segera bangkit, tidak pernah berusaha mencari, mendekati dan mendapatkan cahaya kebenaran. Manusia ini senang bertahan dalam kegelapan.
Saudaraku, bagaimana sikap hidup iman kita sejauh ini? Tuhan telah menampakkan diri bagi dunia. Tuhan telah hadir sebagai cahaya kebenaran yang menyinari dunia yang gelap. Mari mengikuti sikap para Sarjana dari Timur yang langsung bergerak, segera bangkit, berusaha mencari, mendekat dan mendapatkan cahaya kebenaran itu, bukan bersikap seperti Herodes yang justru selalu merasa aman dan nyaman hidup dalam kegelapan, membenci dan selalu ingin menghancurkan cahaya kebenaran. Semoga Hari Raya Penampakan Tuhan membawa kita kepada suatu perubahan hidup untuk mampu mencintai cahaya kebenaran sekaligus terus berjuang melepaskan diri dari belenggu kegelapan.
Tuhan memberkati
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 6 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Senin sesudah Penampakan Tuhan
Ada roh baik, ada roh jahat. Dalam hal ini penting bagi manusia untuk mampu membedakan mana roh baik, yaitu Roh yang berasal dari Allah, Roh Kristus sendiri, dan mana roh jahat, roh yang bukan berasal dari Kristus, melainkan dari antikristus. Oleh Rasul Yohanes dalam suratnya yang pertama dijelaskan bahwa Roh baik adalah Roh yang berasal dari Allah yang mengakui Yesus Kristus sebagai Anak Allah. Siapapun yang tidak mengakui Yesus Kristus, maka itu adalah roh antikristus. Banyak manusia mencari pembenaran-pembenaran bagi perbuatannya; boleh membenci karena yang dibenci orang jahat, boleh menyingkirkan karena yang disingkirkan orang aneh, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, Yohanes ingin supaya kita mampu menguji roh-roh tersebut supaya kita semakin mampu hidup dalam roh kebenaran, bukan hidup dalam roh yang menyesatkan.
Kemampuan kita untuk terus hidup dalam roh kebenaran membawa kita selalu hidup di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita. Keadaan ini akan nampak dari sikap dan perilaku hidup kita sehari-hari. Manusia yang selalu hidup dalam roh kebenaran dan bersatu dalam Kristus biasanya selalu memelihara persaudaraan dalam kasih, mengutamakan cinta kasih dan menjalankan cinta kasih dalam hidupnya. Sebaliknya, manusia yang hidup dalam roh yang menyesatkan biasanya menghancurkan persaudaraan, mengutamakan permusuhan dan perpecahan, tidak mau hidup dalam kasih. Selanjutnya, manusia yang hidup dalam roh kebenaran biasanya mampu menyembuhkan, bukan menyakiti dan melukai. Menyembuhkan artinya memiliki kasih dan pengampunan. Menyakiti dan melukai artinya selalu hidup dalam kebencian dan permusuhan. Saudaraku, semoga hidup kita memiliki kemampuan akan pembedaan roh itu supaya kita selalu hidup dalam roh kebenaran. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 7 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Selasa Sesudah Penampakan Tuhan
Masih saja dan terus menerus kita diminta untuk hidup saling mengasihi. Kasih itu berasal dari Allah, maka siapapun yang hidup saling mengasihi, berasal dari Allah. Sebaliknya, siapapun yang tidak saling mengasihi, bukan berasal dari Allah. Kasih dari Allah itu sendiri telah dinyatakan di tengah-tengah manusia lewat kehadiran Putera-Nya Tuhan kita Yesus Kristus. Inilah wujud kasih, yaitu pemberian diri yang total. Kasih akan terwujud saat siapapun mampu memberikan dan berbagi sesuatu dari dalam dirinya. Faktanya, masih saja kita selalu gagal untuk hidup saling mengasihi. Apa yang membuat kita selalu gagal untuk hidup saling mengasihi?
Kasih itu pemberian yang total. Seperti Allah sendiri menunjukkan tanda kasih-Nya lewat pemberian diri-Nya sendiri, yaitu Yesus Kristus yang hadir di tengah-tengah dunia sebagai Sang Juru Selamat. Injil juga mengisahkan tentang Yesus yang memberi makan orang banyak sebagai wujud kasih. Saudaraku, jangan berbicara kasih ketika kita belum mampu keluar dari kepentingan diri kita sendiri. Kasih tidak akan pernah terwujud dalam diri manusia-manusia yang egois dan selalu mengutamakan kepentingan dirinya sendiri. Kasih sekali lagi adalah pemberian. Kasih itu adalah sesuatu yang keluar dari diri kita untuk kita bagikan kepada yang lain. Memberikan dan berbagi sesuatu dari diri kita tidak melulu harus uang dan materi, tetapi bisa hal lain seperti ide dan pemikiran, waktu dan tenaga, kehadiran dan penghiburan, dan sebagainya. Mari memulai hidup tidak egois dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi supaya kita akhirnya mampu melakukan perbuatan kasih, mampu hidup saling mengasihi. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 8 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Rabu Sesudah Penampakan Tuhan
“Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yakni kalau kita mempunyai keberanian yang penuh iman pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. Di dalam kasih tidak ada ketakutan, sebab ketakutan mengandung hukuman, dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” Kutipan di atas adalah bagian terakhir dari Surat Pertama Rasul Yohanes pada bacaan hari ini. Kasih akan menjadi sempurna saat hidup kita tidak lagi ada dalam ketakutan, kekhawatiran dan kecemasan. Sebaliknya, jika dunia yang kita diami ini masih terus saja membuat kita mengalami ketakutan, kekhawatiran dan kecemasan, maka kasih kita belum sempurna karena kita belum memiliki keberanian yang penuh iman.
Manusia yang mampu berbuat kasih secara sempurna memang hanya manusia yang mengalami kepenuhan kasih dari Allah itu. Manusia seperti ini tidak lagi hidup dalam ketakutan duniawi, kekhawatiran duniawi, juga kecemasan duniawi. Hidupnya hanya terus memperlihatkan hidup yang penuh cinta dan sukacita, sekaligus sikap optimis dalam iman dan harapan. Hari ini kita diingatkan, selama hidup dan diri kita masih dikuasai oleh ketakutan, kekhawatiran dan kecemasan lahiriah dan duniawi, maka sejatinya kasih kita belum sempurna. Kita mengingkari Allah yang ada dalam diri kita dan kita yang ada dalam diri Allah. Karena Yesus Kristus, kita menjadi manusia-manusia cinta dalam kepenuhan kasih Allah yang telah bebas dari hukuman, bukan lagi manusia-manusia yang ada dalam hukuman dosa. Saudaraku, mari kita sempurnakan kasih kita dengan tidak lagi memiliki ketakutan, kekhawatiran juga kecemasan lahiriah dan duniawi. Sempurnakan kasih kita karena kita selalu memiliki keberanian dalam iman. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 9 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Kamis sesudah Penampakan Tuhan
“Roh Tuhan ada pada-Ku oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Kalimat di atas merupakan penegasan Yesus tentang diri-Nya. Ia hadir sebagai wujud kasih Allah bagi dunia. Tindakan nyata kasih Allah terlihat dari hidup Yesus yang selalu menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, memberitakan pembebasan kepada para tawanan, memberikan penglihatan bagi orang buta, membebaskan yang tertindas. Dialah teladan kasih yang nyata. Ya, kasih itu nyata saat ada tindakan bagi sesama. Rasul Yohanes lebih tegas lagi mengatakan, “Siapapun yang mengatakan mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, dia adalah seorang pendusta.” Bisa diartikan, manusia yang tidak mampu mengasihi saudaranya berarti tidak mengasihi Allah.
Banyak di sekitar kita atau mungkin kita sendiri hidup bukan untuk saling mengasihi, tetapi menghancurkan dan mematikan kasih itu. Parahnya lagi mengaku paling beriman, paling kenal Tuhan, paling mencintai Tuhannya tetapi setiap hari saling menyakiti, setiap hari saling mencaci dan menghujat, setiap hari selalu menjelekkan dan menjatuhkan, setiap hari selalu menyebar kebencian dan permusuhan. Apakah ini identitas kita sebagai pengikut Yesus Kristus? Saudaraku, mari belajar dan terus belajar bagaimana mengasihi saudara dan sesama kita. Kita ini berasal dari Allah yang adalah kasih, jadi misi hidup kita adalah menyalurkan kasih Allah itu lewat tindakan mengasihi saudara dan sesama kita. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 10 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Jumat Sesudah Penampakan Tuhan
Manusia telah diberi kesaksian oleh Allah. Kesaksian dari Allah ini adalah tentang Anak-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian di dalam dirinya bahwa Allah telah mengaruniakan kepada kita hidup yang kekal, dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak Allah, ia memiliki hidup. Barangsiapa tidak memiliki Dia, ia tidak memiliki hidup. Yesus Kristus adalah hidup bagi manusia. Saat diri kita lepas atau terpisah dari Yesus Kristus berarti kita tidak memiliki hidup. Kita memilih ada dalam kematian.
Hidup berarti manusia mengalami kepenuhan cinta, penuh sukacita, penuh keyakinan, penuh optimis dan harapan dalam Tuhan. Mati berarti manusia kehilangan cinta, dalam kesedihan, merasa disingkirkan, penuh keluhan dan menyalahkan diri, dalam keputusasaan, tanpa harapan, pesimis. Saudaraku, kita justru lebih sering ada di dalam situasi kematian daripada di dalam situasi kehidupan, padahal kita telah diberi kesaksian dari Allah tentang Yesus Kristus yang memberi kita hidup. Ya, selama ini kita memilih menjauh dan melepaskan diri dari Yesus sumber kehidupan itu sehingga kita ada dalam situasi kematian. Belajarlah seperti orang kusta yang ditahirkan Yesus. Situasi kematian yang dialaminya ingin ia ubah menjadi situasi kehidupan. Ia percaya sungguh dan menyerahkan total seluruh hidupnya kepada Yesus untuk disembuhkan, dan akhirnya ia disembuhkan. Semoga hari demi hari kita menjaga diri kita untuk selalu ada di dalam situasi kehidupan, bukan situasi kematian. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 11 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Sabtu Sesudah Penampakan Tuhan
“Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil.” Inilah jawaban Yohanes Pembaptis saat terjadi pertikaian antara murid Yohanes dan orang Yahudi yang menanyakan tentang penyucian. Mereka menjadi bingung dan mempertentangkan karena Yohanes dan Yesus sama-sama memberikan pembaptisan. Baptisan mana yang lebih menyucikan. Saudaraku, sering dalam kehidupan ini kita senang sekali membandingkan dan mempertentangkan rahmat atau berkat. Terkadang ada pertanyaan mengapa hidup orang lain tampak lebih diberkati sedangkan hidup kita yang selalu taat dan berdoa terlihat kurang diberkati. Orang-orang yang kelihatannya jauh dari Tuhan hidup bahagia, sukacita dan menyenangkan, sedangkan diri kita yang selalu berjuang untuk dekat dengan Tuhan justru hidup dalam kesedihan, penderitaan dan beban yang sulit tanpa henti. Ini fakta dan realita.
Hari ini kita disadarkan dan diteguhkan lewat sikap Yohanes. Ia menjadi pribadi yang mampu menerima berkat dan rahmat Allah yang ada dalam dirinya. Yohanes tidak pernah merasa hidupnya tidak dan kurang diberkati karena kehadiran Yesus. Yohanes justru memberikan hidupnya menjadi kesaksian atas Yesus sebagai Mesias. Daripada kita terus membandingkan berkat Tuhan bagi diri kita dan orang lain, lebih baik bagi kita untuk saling memberkati satu sama lain. Doa menjadi sarana dan jalan kita untuk saling memberkati. Bahkan, doa-doa kita mampu menghapuskan dosa sesama kita yang tidak mendatangkan maut. Semoga mulai saat ini kita lebih mampu selalu berbagi berkat daripada membandingkan dan mempertentangkan berkat dari Tuhan. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 12 Januari 2020
Pesta Pembaptisan Tuhan
Ketika Yesus berdoa, setelah Ia dibaptis, terbukalah langit, “Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan.” Pembaptisan Tuhan Yesus menjadi tanda tentang identitas Yesus sendiri. Dia adalah Anak yang begitu dikasihi oleh Allah. Allah sungguh berkenan kepada-Nya. Identitas Yesus ini sekaligus menjelaskan juga apa yang menjadi tugas misi kehadiran Yesus bagi manusia. Saudaraku, kita semua juga telah menerima rahmat pembaptisan. Tetapi, apakah kita telah sadar akan identitas sebagai manusia yang dibaptis sehingga juga sadar akan tugas misi hidup sebagai manusia Katolik? Ya, banyak di antara kita tidak sadar dan tidak memahami tentang rahmat pembaptisan ini. Kita tidak tahu identitas dan tugas misi kita sebagai manusia Katolik.
Pembaptisan yang kita terima jelas memberikan rahmat; penghapusan atas dosa asal, selanjutnya kita diangkat sebagai anak-anak Allah, lewat pembaptisan kita diserupakan dengan Kristus, diterima sebagai anggota Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik. Dengan identitas seperti di atas kita memiliki tugas misi untuk mampu menjadi terang dan garam bagi dunia. Sayangnya, kita tidak pernah sadar tentang identitas sebagai manusia yang dibaptis. Kita tidak hidup layaknya anak-anak Allah yang penuh cinta dan sukacita. Kita tidak sungguh menyatu dengan Kristus dalam pikiran, hati, perkataan dan perbuatan. Kita juga sering tidak merasa sebagai bagian dari anggota Gereja. Kita tidak pernah peduli dengan aktivitas dan kegiatan menggereja. Situasi seperti ini akhirnya membuat kita tidak pernah mampu menjalankan tugas misi atau perutusan kita, yaitu menjadi terang dan garam bagi dunia. Saudaraku, mari berjuang dan berusaha untuk menyadari identitas sebagai manusia yang dibaptis sehingga mampu menjalankan tugas misi hidup kita. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 13 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Senin Pekan Biasa A/I
Sesudah Yohanes Pembaptis ditangkap, Yesus bersabda, “Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” Sesudah itu Yesus mulai mencari dan memanggil murid-murid pertama, Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes, kata-Nya, “Mari, ikutlah Aku, dan kalian akan Kujadikan penjala manusia.” Para murid pertama itu semua langsung mengikuti Yesus tanpa syarat dan tanpa kompromi. Mereka segera meninggalkan situasi hidup yang lama dan mengikuti Yesus secara total.
Saudaraku, dalam tugas perutusan-Nya, Yesus mengajak kita semua menjadi rekan kerja-Nya. Kita juga telah dipanggil dan dipilih menjadi murid-murid-Nya untuk ikut serta dalam tugas misi-Nya bagi dunia. Sayangnya kita berbeda dengan murid Yesus seperti Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes yang tanpa syarat dan tanpa kompromi mengikuti Yesus. Kita justru terkadang masih penuh dengan syarat dan penuh kompromi untuk menjadi murid Yesus. Kita masih selalu berpikir untung dan rugi, kita terkadang masih terjatuh pada situasi suka dan tidak suka, nyaman dan tidak nyaman. Hal ini membuat kita tidak pernah mampu total radikal, habis-habisan dan hancur-hancuran menjadi murid Yesus. Kita masih saja setengah hati mengikuti Kristus. Kita bukan menjadi rekan kerja Yesus dalam menjalankan misi-Nya tetapi justru menjadi penghambat dan penghalang tugas misi-Nya. Saudaraku, mari belajar menjadi murid Yesus Kristus yang total radikal, habis-habisan dan hancur-hancuran. Jadikan hidup kita sebagai rekan kerja Yesus dalam menjalankan misi keselamatan bagi dunia. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 14 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Selasa Pekan Biasa A/I
Orang-orang takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Kalimat ini melukiskan situasi saat Yesus mengajar dalam rumah ibadat di kota Kapernaum. Keadaan semakin menakjubkan saat Yesus berhasil mengeluarkan roh jahat yang merasuki salah seorang yang ada di rumah ibadat tersebut. Lebih menarik lagi, ada pernyataan dari orang yang kerasukan itu tentang Yesus, “Aku tahu siapa Engkau, yakni yang kudus dari Allah.”
Saudaraku, kata atau sabda Yesus begitu berkuasa. Pengajaran dari Yesus begitu penuh kuasa. Hal ini terjadi karena apa yang diajarkan oleh Yesus itulah yang Ia lakukan. Apa yang Yesus sabdakan itulah yang Yesus jalani. Apa yang Yesus wartakan itulah yang Yesus hidupi. Bagaimana dengan diri kita sendiri? Bukankah kita lebih pandai berkata-kata tanpa bukti, berbicara tanpa kenyataan, berwarta tanpa fakta. Ya, kita senang menggunakan kata-kata untuk mengajar dan menggurui banyak orang padahal kita sendiri tidak melakukan apa yang kita ajarkan, kita tidak menjalani apa yang kita katakan, kita tidak menghidupi apa yang kita wartakan. Saudaraku, bagaimana kita mengajarkan dan mewartakan kebenaran jika selalu ada dalam situasi ini? Kita tidak akan pernah berhasil melawan roh jahat dalam hidup kita karena kebenaran yang kita katakan tidak kita lakukan, tidak kita jalani dan tidak kita hidupi. Mari terus belajar untuk mampu mengatakan tentang kebenaran karena memang kita melakukan, menjalaninya dan menghidupinya. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 15 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Rabu Pekan Biasa A/I
Pernah ada sebuah penegasan dari Paus Fransiskus bahwa Yesus Kristus bukan Allah yang menyamar menjadi manusia, melainkan sungguh Allah yang menjadi sungguh manusia. Ya, Yesus sungguh menjadi sama seperti kita manusia, manusia yang juga mengalami dan merasakan sakit dan penderitaan, bahkan kematian. Kehadiran Yesus sebagai manusia adalah suatu ketetapan Allah. Hal ini supaya kita sebagai manusia semakin mampu mengalami kehadiran Allah secara nyata. Hidup Yesus menjadi wujud hidup sebagai panggilan dari Allah, seperti yang juga dialami oleh Samuel. Seperti Yesus, Samuel mampu menjalankan hidup panggilan dari Allah karena datang dan melakukan kehendak Allah.
Saudaraku, hidup Yesus yang hadir nyata dalam rupa manusia dan Samuel yang menanggapi panggilan Allah hendaknya menjadi teladan bagi hidup kita. Melalui Yesus Kristus dan Samuel, kita diajarkan tentang bagaimana menjalani hidup sebagai sebuah panggilan dari Allah. Hidup sebagai sebuah panggilan dari Allah adalah hidup yang selalu memiliki ketaatan dan kesetiaan, siap dan mampu berkorban, juga hidup yang selalu menjadi berkat bagi sesama. Faktanya, hidup kita adalah kebalikan dari hidup sebagai sebuah panggilan dari Allah. Kita bukan taat dan setia, tetapi mudah ingkar dan hidup dalam kepalsuan iman. Kita sulit melakukan pengorbanan. Kita masih lebih senang ditolong daripada menolong, lebih senang diberi daripada memberi. Kita juga masih sulit hidup untuk menjadi berkat bagi sesama karena masih disibukkan dengan keegoisan mengutamakan kepentingan sendiri. Saudaraku, situasi ini tanda kita belum mampu menjalankan tugas sebagai pribadi yang dipilih dan dipanggil oleh Allah. Saudaraku, hidup kita adalah sebuah panggilan dari Allah. Mari selalu datang untuk melakukan kehendak-Nya sehingga kita sungguh hidup dalam ketaatan dan kesetiaan, mampu berkorban dan menjadikan hidup sebagai berkat bagi dunia. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 16 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Kamis Pekan Biasa A/I
“Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku,” adalah kata-kata dari orang kusta yang berlutut di hadapan Yesus memohon kesembuhan. Yesus pun menjawab, “Aku mau, jadilah engkau tahir!” dan seketika itu juga lenyaplah penyakit orang kusta tersebut. Saudaraku, tidak ada penundaan, tidak ada syarat berbelit-belit, tidak ada birokrasi yang menyusahkan saat Yesus menyembuhkan orang kusta. Kasih dan kebaikan selalu Yesus berikan saat itu juga, seketika itu juga. Yesus sebagai gambaran Allah yang hadir nyata bagi manusia sesungguhnya tidak pernah menunda kasih dan kebaikan-Nya.
Hidup kita terkadang masih sulit untuk berbuat seperti apa yang Yesus lakukan. Kita cenderung menunda kasih dan kebaikan, bahkan merasa lelah berbuat kasih dan kebaikan. Kita terkadang penuh persyaratan dan birokrasi yang rumit untuk menyalurkan kasih dan kebaikan. Sebagai manusia yang dipanggil dan dipilih oleh Allah, bahkan diangkat sebagai anak-anak Allah, sudah seharusnya kita hidup untuk selalu menyebarkan kasih dan kebaikan itu. Misi hidup kita adalah berbagi kasih dan kebaikan bagi siapa pun, kapan pun dan di mana pun. Misi kita adalah menjadikan kasih dan kebaikan itu menguasai hidup seluruh dunia. Maka, jangan lagi kita menjadi pribadi-pribadi yang senang menunda untuk berbuat kasih dan kebaikan, jangan pernah lelah berbuat kasih dan kebaikan, apalagi sampai penuh persyaratan dan birokrasi yang rumit. Kita dipilih dan dipanggil supaya hidup kita menjadi kasih dan kebaikan bagi dunia. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 17 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Jumat Pekan Biasa A/I
Kabar tentang Yesus semakin tersebar. Banyak orang mencari-Nya. Hal ini karena Ia sungguh berkuasa untuk menyembuhkan segala penyakit dan mengampuni dosa. Sayangnya, apa yang telah diperbuat oleh Yesus tidak disukai oleh para ahli Taurat. Yesus justru dianggap menghujat Allah karena kuasa yang ada pada diri-Nya. Kasih, pengampunan, kebaikan dan kebenaran yang Yesus lakukan tidak mampu dilihat oleh pikiran dan hati para ahli Taurat yang buta. Namun, situasi ini tidak pernah membuat Yesus kecewa dan berhenti mewartakan kasih dan pengampunan, tidak membuat Yesus berhenti melakukan kebaikan dan kebenaran. Bagaimana dengan hidup kita?
Saudaraku, seringkali kita pun mengalami situasi seperti Yesus. Sebagai murid-Nya kita berjuang untuk selalu belajar mewartakan kasih dan pengampunan. Kita berusaha terus berbuat kebaikan dan kebenaran setiap hari. Sayangnya, kita mudah kecewa dan akhirnya berhenti mewartakan kasih dan pengampunan, berhenti bertindak kebaikan dan kebenaran saat merasa segala yang telah kita perbuat tidak disukai, tidak diterima, tidak dihargai, tidak dinilai dan sebagainya. Akhirnya kita pun melakukan kasih dan pengampunan, juga kebaikan dan kebenaran untuk hal-hal tertentu saja, orang-oramg tertentu saja, kelompok-kelompok tertentu saja. Hal ini terjadi karena selama ini kasih dan pengampunan, kebaikan dan kebenaran yang kita lakukan belum total, belum utuh, masih dengan syarat dan pamrih. Saudaraku, mari belajar dari Yesus yang tidak pernah berhenti dan kecewa mewartakan kasih dan pengampunan, berhenti berbuat kebaikan dan kebenaran meskipun ditolak dan tidak disukai, bahkan dianggap menghujat Allah. Sadari bahwa mewartakan kasih dan pengampunan, berbuat kebaikan dan kebenaran dimana pun, kapan pun dan kepada siapapun adalah identitas kita sebagai murid Yesus.
Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 18 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Sabtu Pekan Biasa A/I
“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit! Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa!” Kata-kata ini begitu tegas dan lugas sebagai jawaban atas pertanyaan ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi. Mereka seolah tidak rela Yesus makan minum bersama orang berdosa dan pemungut cukai sesaat sesudah memanggil Lewi, seorang pemungut cukai, untuk mengikuti Dia. Saudaraku, situasi saat itu juga banyak terjadi di saat ini. Kita yang seharusnya bersikap seperti Lewi justru tanpa sadar memilih bersikap seperti ahli Taurat.
Saudaraku, Yesus yang menjadi sama seperti kita memiliki tugas mewartakan kabar gembira dan membawa pembebasan bagi banyak orang berdosa. Lewi adalah karakter manusia yang sadar akan kelemahan dan kedosaannya. Ia mengakui dan menyadari hal itu. Maka, saat Yesus memanggilnya, ia segera bangkit dan mengikuti Yesus. Berbeda dengan ahli Taurat, mereka adalah karakter manusia yang tidak pernah mampu melihat dan menangkap kebenaran. Sebaliknya, mereka selalu merasa menjadi manusia paling benar dan paling suci tanpa dosa. Mereka merasa menjadi wakil-wakil Tuhan di dunia ini. Jelas yang mengalami keselamatan adalah Lewi, sedangkan para ahli Taurat tidak. Saudaraku, milikilah karakteristik manusia seperti Lewi supaya kita mampu menangkap ajakan pertobatan untuk mengalami keselamatan di dalam Yesus.
Tuhan memberkati
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 19 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Minggu Biasa A/I
“Lihatlah, Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.” Inilah pernyataan Yohanes Pembaptis saat Ia melihat Yesus menuju kepadanya untuk dibaptis. Yohanes Pembaptis tidak pernah bertemu dengan Yesus sebelumnya tetapi mampu mengenal, menangkap dan mengalami Yesus Sang Juru Selamat. Kualitas iman, yaitu taat setia, terbuka dan berserah, juga intimitas Yohanes Pembaptis dengan Allah yang diwujudkan lewat hidupnya inilah yang membuat Yohanes Pembaptis mampu menangkap, mengenal dan mengalami Yesus. Bagaimana dengan diri kita?
Saudaraku, tak jarang kita merasa sudah mampu menangkap, mengenal dan mengalami Yesus. Faktanya tidak. Hal ini tampak saat hidup kita sendiri tidak mampu mencerminkan hidup sebagai pribadi yang mampu menangkap, mengenal dan mengalami Yesus seperti Yohanes Pembaptis. Jika Yohanes taat setia, ternyata kita masih sering mengkhianati Allah. Jika Yohanes terbuka dan berserah, ternyata kita justru terus egois dan memaksakan kehendak kita pada Allah. Jika Yohanes punya relasi intim dengan Allah, ternyata kita seringkali meninggalkan Allah. Saudaraku, mari belajar dari Yohanes untuk mampu menangkap, mengenal dan mengalami Yesus sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Mari menjadi pribadi yang taat setia, terbuka dan berserah, intim dengan Allah. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 20 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Senin Pekan Biasa A/II
“Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa.” Demikianlah jawaban Yesus atas teguran sinis orang-orang Farisi kepada-Nya. Jawaban Yesus ini sesungguhnya ingin menunjukkan dan menegaskan kepada kita tentang makna puasa yang sesungguhnya. Puasa hendaknya dilakukan bukan karena sekedar kewajiban atas hukum agama seperti yang selalu dilakukan orang Farisi. Bagaimana dengan kita?
Saudaraku, puasa adalah bentuk tindakan mati raga dan silih. Maka, puasa hendaknya dilakukan pada saat yang tepat, cara yang benar dan tujuan yang jelas. Saat yang tepat contohnya seperti yang dilakukan oleh murid Yohanes Pembaptis. Mereka berpuasa karena sedang berkabung atas kematian Yohanes. Cara yang benar ditampakkan lewat cerita tentang puasa orang Farisi yang dilakukan hanya demi memenuhi kewajiban agamanya. Berpuasa tetapi selaligus menghakimi yang tidak berpuasa. Merasa paling benar dan suci karena kewajiban puasa dijalankan. Puasa seperti ini juga pasti tanpa tujuan jelas. Tindakan puasa hendaknya punya tujuan supaya hidup kita semakin dekat dengan Allah, semakin mencintai Allah dan akhirnya mampu menjadi cinta bagi alam dan sesama. Semoga mulai saat ini jika kita berpuasa, kita mampu berpuasa pada saat yang tepat, dengan cara yang benar dan untuk tujuan yang jelas. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 21 Januari 2020
PW St. Agnes, Perawan dan Martir
Inspirasi Bacaan Harian Selasa Pekan Biasa A/II
“Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah Tuhan, juga atas hari Sabat.” Demikianlah jawaban akhir Yesus kepada orang-orang Farisi yang mengecam murid Yesus yang tidak menaati hari Sabat. Saudaraku, melalui peristiwa ini hendaknya kita mampu menyadari bahwa segala aturan, hukum, norma, kebijakan dan sebagainya itu dibuat sesungguhnya untuk menciptakan kebaikan bersama, membentuk manusia yang semakin manusiawi. Semakin manusia menaati maka hadirnya semakin mampu menciptakan kebaikan sekaligus memanusiawikan manusia. Bagaimana dengan kita?
Saudaraku, seringkali kita sibuk menjerat sesama dengan berbagai macam aturan, hukum, norma, kebijakan dan sebagainya. Hasrat kita untuk menghakimi dan menyalahkan begitu kuat. Bahkan, tak jarang banyak manusia tanpa segan membuat aturan, hukum, norma dan kebijakan dengan tujuan menjatuhkan seseorang atau pun kelompok tertentu. Saudaraku, semakin kita memahami dan menaati aturan, hukum, norma, kebijakan dan sebagainya, seharusnya semakin hidup kita mampu menghadirkan kebaikan bagi siapapun, di manapun dan kapanpun, sekaligus semakin mampu memanusiawikan setiap manusia. Semoga melalui perenungan ini kita mampu menjadi pribadi yang memahami dan menaati aturan, hukum, norma dan kebijakan untuk akhirnya menjadi pribadi yang menaburkan kebaikan, juga pribadi yang mampu memanusiawikan sesama. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 22 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Rabu Pekan Biasa A/II
Goliat yang sombong akhirnya dikalahkan oleh Daud hanya dengan alat yang sederhana. Peristiwa ini hendaknya menyadarkan kita bahwa ukuran manusia bukan ukuran Allah. Saat Allah sudah berkehendak maka semuanya terjadi. Sama halnya dengan peristiwa Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat. Melalui peristiwa tersebut Yesus ingin supaya dalam memahami dan menaati suatu hukum hendaknya kita mengutamakan kehendak Allah yang terwujud dalam tindakan kasih yang memerdekakan. Saudaraku, apakah selama ini hidup kita mencerminkan hidup yang adalah kasih yang memerdekakan?
Saudaraku, seringkali kita masih dihinggapi sikap sombong yang tinggi seperti orang-orang Farisi, merasa paling mengerti tentang segala hal dan bebas menghakimi siapapun. Sikap inilah yang menghambat kita melakukan tindakan kasih yang memerdekakan bagi sesama. Banyak kesempatan berbuat kasih dan kebaikan di depan kita tetapi kita lewatkan karena kita cenderung memandang rendah sesama yang menderita. Tindakan kasih yang memerdekakan tidak mampu kita lakukan. Sebaliknya, kita lebih senang menghakimi penderitaan sesama. Ya, sejauh ini kita masih menggunakan ukuran manusia dalam banyak hal sehingga lupa akan kehendak Allah yang sesungguhnya, yaitu hidup sebagai kasih yang memerdekakan sesama. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 23 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Kamis Pekan Biasa A/II
Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak, “Engkaulah Anak Allah!” Demikianlah sebuah kalimat dalam bacaan Injil kali ini. Ada sebuah pengakuan jujur dari roh jahat tentang Yesus, “Engkaulah Anak Allah!” Bisa jadi inilah satu-satunya kejujuran dari roh jahat. Tetapi, pengakuan roh jahat tentang Yesus adalah Anak Allah hanya sebatas pengakuan mulut karena faktanya hidup mereka tidak sejalan dengan ajaran Yesus. Bagaimana dengan diri kita sendiri?
Saudaraku, bisa jadi mulut kita selalu mengakui Yesus sebagai Anak Allah. Tetapi, sungguhkah hidup kita menjadi wujud nyata pribadi yang mengakui Yesus sebagai Anak Allah? Apakah hidup sebagai pribadi yang mengakui Yesus sebagai Anak Allah itu punya pikiran yang selalu negatif dan jahat terhadap sesamanya? Hati yang selalu membenci dan mendendam? Perkataan yang menyakitkan dan menghancurkan sesamanya? Sikap dan tindakan yang selalu merugikan sesama? Jika semua itu masih ada di dalam hidup kita, berarti hidup kita belum mengakui Yesus sebagai Anak Allah. Bahkan, kita tidak berbeda dengan roh jahat yang mengakui Yesus sebagai Anak Allah hanya melalui mulut. Semoga hidup kita adalah wujud nyata pribadi yang mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 24 Januari 2020
PW St. Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja
Inspirasi Bacaan Harian Jumat Pekan Biasa A/II
Daud tidak membunuh Saul meskipun kesempatan itu ada. Hal ini terjadi karena Daud sungguh mengutamakan apa yang menjadi kehendak Allah dalam hidupnya. Rancangan, rencana dan kehendak Allah atas hidup kita selalu yang terbaik, indah dan paling tepat. Tetapi, sejauh mana kita setia menjalaninya dengan sikap taat dan berserah total? Para murid dipanggil dan dipilih oleh Yesus juga untuk mampu bersama Yesus menjalankan rancangan, rencana dan kehendak Allah bagi keselamatan dunia. Bagaimana dengan hidup kita?
Kita adalah pribadi yang dipilih dan dipanggil juga oleh Allah lewat bentuk hidup kita masing-masing. Jelas siapapun yang dipilih dan dipanggil oleh Allah telah dibuatkan rancangan, rencana dan kehendak yang terbaik, terindah dan paling tepat dari Allah. Sayangnya, kita justru sering mengeluhkan hidup kita, bahkan lebih memilih untuk putus asa daripada terus setia berjuang melalui ketaatan dan sikap berserah total atas kehendak Allah. Banyak kesempatan dan peristiwa di hadapan kita sebagai rencana dan kehendak Allah justru kita rusak dan hancurkan karena merasa bukan keinginan kita, bukan mau kita. Saudaraku, mari belajar seperti Daud yang selalu punya kesetiaan lewat sikap taat dan berserah total atas rencana dan kehendak Allah atas dirinya, bukan malah terus bersitegang bahkan marah kepada Allah karena kita selalu memaksakan rencana dan kehendak kita yang belum tentu terbaik, terindah dan paling tepat. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 25 Januari 2020
Pesta Bertobatnya St. Paulus, Rasul
Dari Saulus menjadi Paulus adalah simbol atau wujud nyata sebuah pertobatan yang dialami oleh St. Paulus, Rasul. Ia yang awalnya adalah penganiaya dan pembunuh para pengikut Yesus Kristus akhirnya mengalami penglihatan dalam sebuah perjalanan ke Damsyik. Ia dijumpai oleh Yesus sendiri dan akhirnya setelah kebutaannya disembuhkan oleh Ananias, ia mengalami pertobatan yang nyata. Peristiwa dan pengalaman spiritual yang dialami oleh Saulus telah mengubah kehidupannya. Saulus meninggalkan kemanusiaan lamanya, menjadi manusia baru bernama Paulus dan bahkan akhirnya menjadi rasul yang hebat. Pengalaman spiritual menjadi titik tolak pertobatan Saulus.
Bagaimana sikap kita sendiri menangkap pengalaman spiritual dalam hidup kita? Apakah selama ini kita sadar sungguh terhadap pengalaman spiritual kita masing-masing? Atau jangan-jangan kita tidak memiliki kepekaan sehingga tidak pernah merasakan dan mengalami ada pengalaman spiritual dalam hidup kita? Pengalaman spiritual adalah pengalaman dekat dan intim dengan Allah. Pengalaman ini bisa hadir lewat peristiwa atau kejadian apapun. Sedih, gagal, sakit ataupun senang, berhasil, sehat. Semua adalah cara Allah menyapa manusia supaya semakin mampu hidup dalam proses pertobatan yang terus menerus. Bisa jadi selama ini kita memiliki hidup yang tidak peka terhadap sapaan Allah, peristiwa dan pengalaman spiritual tersebut sehingga membuat kita sulit melakukan pertobatan. Semoga hari demi hari kita semakin memiliki kepekaan terhadap pengalaman spiritual sehingga kita juga selalu mampu hidup dalam proses pertobatan. Proses pertobatan yang terus menerus ini yang akan membuat kita menjadi murid Kristus yang sejati dan akhirnya memampukan kita untuk memiliki hidup yang selalu mewartakan kebenaran injil bagi dunia seperti Rasul Paulus.
Tuhan memberkati
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 26 Januari 2020
Hari Minggu Sabda Allah
Inspirasi Bacaan Minggu Biasa A/III
Minggu Biasa III ditetapkan oleh Paus Fransiskus sebagai Minggu Sabda Allah. Paus ingin supaya kita semakin mampu selalu dekat dengan Sang Sumber Terang yang jelas ada di hadapan dan genggaman kita, yaitu Sabda Allah dalam Kitab Suci. Tuhan adalah terang dan keselamatan kita. Paus ingin kedekatan kita dengan Sang Terang melalui sabda-Nya semakin membuat kita hidup dalam sebuah persekutuan iman dan cinta yang nyata di dunia. Dalam bacaan minggu ini Yesus memulai karya-Nya dengan menyerukan pertobatan, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.” Setelah itu Ia mulai memanggil dan memilih murid-murid-Nya. Yesus dan murid-murid-Nya akhirnya menjadi sabda yang hidup bagi dunia. Bagaimana dengan hidup kita? Sudahkah menjadi sabda yang hidup?
Saudaraku, penetapan Minggu Biasa III menjadi Hari Minggu Sabda Allah oleh Paus Fransiskus hendaknya bisa kita maknai lebih mendalam lagi. Ternyata dalam hidup sehari-hari kita memang belum mampu sungguh menjadi sabda yang hidup. Ini menjadi bukti bahwa kedekatan kita dengan Sabda Allah belum terjalin. Kitab Suci kita lebih sering tertata rapi dan mulus di rak buku. Bahkan, dalam perayaan Ekaristi pun, saat liturgi sabda kita gunakan sebagai saat mengobrol, bermain gadget atau tidur. Bagaimana mungkin kita menjadi sabda yang hidup bagi dunia jika sabda Allah sendiri enggan kita dengar dan kita baca?
Saudaraku, mari memiliki resolusi dalam hal iman. Berjanji untuk setiap hari membuka Kitab Suci dan merenungkan sabda-Nya. Sabda Allah adalah terang dan keselamatan kita, maka dekatlah dengan sabda Allah supaya hidup kita selalu ada dalam terang dan selamat. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 27 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Senin Pekan Biasa A/III
“Ia kerasukan Beelzebul.” “Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.” Demikianlah seruan para ahli Taurat tentang Yesus saat Yesus berhasil mengusir dan membinasakan roh jahat. Kedatangan Yesus bagi dunia adalah untuk menghancurkan dan mengalahkan maut. Maut adalah tujuan akhir dari kuasa roh jahat atau setan bagi manusia, maka kedatangan Yesus mengakhiri dan menghentikan kuasa roh jahat itu. Oleh karena itu, hendaknya hidup manusia yang mengenal Yesus selalu ada di dalam dan dikuasai oleh Roh Kristus yang kudus, tidak lagi dikuasai oleh roh jahat yang mendatangkan maut. Bagaimana dengan hidup kita? Dikuasai oleh Roh Kristus atau roh jahat?
Hidup manusia yang mengenal Kristus adalah hidup yang hanya dikuasai oleh Roh Tuhan yang kudus. Lemah lembut, penuh damai, penuh cinta, saling berbagi, saling menjaga persatuan dan persekutuan dalam kasih, saling menerima dan mengampuni menjadi keutamaan hidup manusia yang dikuasai Roh Tuhan. Faktanya, hidup kita justru sering melakukan apa yang menjadi kehendak dari roh jahat. Pikiran dan perkataan kita, hati dan sikap kita terkadang justru menampakkan hidup yang dikuasai oleh roh jahat atau iblis. Kebencian, dendam, amarah, permusuhan, kesombongan, keegoisan, kehancuran dan perpecahan adalah buah dari roh jahat yang justru sering kita lakukan dan menghasilkan maut. Jika hal ini dibiarkan berlarut, berarti kita memilih dan menyerahkan hidup kita menjadi budak-budak iblis dan kita kembali ikut berperan membuat roh jahat atau iblis memiliki kuasa. Buah dari situasi ini adalah hidup yang mengalami kehancuran dan maut. Saudaraku, mari menjadikan hidup kita selalu dikuasai oleh Roh Tuhan yang kudus supaya kesudahan roh jahat atau iblis sungguh terjadi. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 28 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Selasa Pekan Biasa A/III
Seringkali manusia akan merasa bangga jika dianggap sebagai saudara dari orang yang hebat, pejabat tinggi, populer, terkenal, kaya raya, terhormat dan sebagainya. Tak jarang hidupnya sangat dijaga demi nama baik saudara yang menjadi kebanggaannya tersebut. Hal ini ternyata berbanding terbalik dengan sikap iman kita. Kita, yang oleh karena kehendak Allah telah dikuduskan satu kali untuk selamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus, seharusnya hidup untuk melakukan kehendak Allah karena kita adalah saudara Kristus. Hal ini seperti apa yang telah dinyatakan oleh Yesus sendiri, “Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” Tetapi, apakah kita bangga menjadi saudara Tuhan kita Yesus Kristus? Apakah kita sungguh menjaga rahmat itu dalam hidup kita sehari-hari?
Dalam kenyataannya, kita tidak pernah bangga menjadi saudara Kristus, juga tidak pernah mampu menjaga nama baik Tuhan Yesus Kristus sebagai saudara kita. Ya, kita telah mengkhianati persaudaraan kita dengan Kristus lewat sikap hidup kita yang selalu bertentangan dengan kehendak Allah. Allah ingin supaya hidup manusia selalu ada dalam kepenuhan cinta untuk menjadi cinta bagi sesama tetapi manusia memilih hidup dalam kebencian dan permusuhan, perang dan perpecahan. Allah juga ingin supaya manusia selalu berbuat kebaikan kepada sesama dalam kebenaran tetapi manusia justru sibuk berbuat jahat, merugikan, menyakiti dan menghancurkan sesama. Saudaraku, semoga kita bangga menjadi saudara Tuhan kita Yesus Kristus dan mampu menjaga rahmat ini dengan hidup penuh cinta dan menjadi cinta, serta selalu berbuat kebaikan bagi sesama dalam kebenaran. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 29 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Rabu Pekan Biasa A/III
Ada pepatah Jawa berbunyi “Gajah diblangkoni, iso kotbah ra iso nglakoni”, yang dalam Bahasa Indonesia berarti bisa berkotbah atau mengajar tetapi tidak bisa menjalankan ajarannya dalam kehidupan. Ada juga istilah NATO, kependekan dari No Action Talk Only, yang artinya tidak ada aksi nyata tetapi hanya bicara. Sikap dan situasi ini selaras dengan apa yang akan kita renungkan. Hidup kita yang telah dikuduskan secara sempurna oleh kurban Kristus hendaknya menjadi tanah baik yang ditaburi sabda. Sabda itu hendaknya tertanam dalam hati dan menghasilkan aksi nyata dalam sikap hidup sehari-hari. Kenyataannya, kita sering gagal menjadi tanah yang baik bagi sabda Tuhan.
Saudaraku, banyak manusia pandai mengajarkan hal baik, bicara tentang teori kebenaran, panjang lebar menjelaskan tentang kebajikan dan makna hidup tetapi sesungguhnya tidak pernah melakukan hal tersebut dalam kehidupannya. Dalam kehidupan beriman sering kita merasa banyak memahami ajaran iman, paling mengerti tentang sabda, merasa paling hebat tentang ajaran dari dokumen-dokumen gereja. Sayangnya, semua itu sering tidak kita wujud nyatakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai contoh, kita sadar bahwa sabda Tuhan mengajarkan kita untuk hidup saling mencintai tetapi kita tetap hidup saling mematikan cinta lewat kebencian dan kedengkian. Kita mengerti bahwa sabda mengajarkan kita untuk memiliki kasih dan pengampunan tetapi kita masih terus memilih untuk hidup dalam kebencian dan perselisihan. Sabda Tuhan juga mengajarkan supaya kita menjadikan hidup kita sebagai berkat dan rahmat bagi sesama tetapi kita tetap memilih egois, tidak peduli dan sulit berbagi. Saudaraku, mari menjadi tanah yang baik tempat sabda berbuah lipat. Hidup yang berbuah cinta, berbuah kebaikan dan berbuah kebenaran. Mari jadikan hidup kita sebagai sabda yang hidup dan nyata. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 30 Januari 2020
Inspirasi Bacaan Harian Kamis Pekan Biasa A/III
Pemazmur dalam Kitabnya menuliskan, “Sabda-Mu adalah pelita bagi kakiku, terang bagi jalanku.” Pernyataan tersebut sangat tepat dengan apa yang ditekankan dalam Injil bahwa manusia hendaknya menjadi pelita atau cahaya dalam kehidupan. Kita telah ditebus dan dikuduskan lewat pengorbanan Yesus Kristus, selanjutnya sabda Allah telah ditanamkan dan ditulis dalam dahi kita masing-masing. Ya, hidup kita dibuat menjadi sangat istimewa dan berharga. Oleh karena itu, sudah sepantasnya dan selayaknya hidup kita menjadi pelita atau cahaya yang menerangi kegelapan dunia. Sungguhkah hidup kita sudah menjadi pelita atau cahaya yang menerangi kehidupan?
Saudaraku, meskipun hidup kita dijadikan sangat istimewa dan berharga, ternyata kita belum mampu menjadikan hidup kita sebagai pelita atau cahaya tersebut. Kita sering berkata “ya” tetapi tidak pernah menepati janji dan komitmen kita. Kita sering merasa paling pantas dan mampu berbuat tetapi tidak pernah memulai dan menyelesaikan. Kita sering juga merasa paling memiliki dan punya segalanya tetapi tidak mampu memberi dan berbagi. Kita merasa hidup sebagai pelita tetapi hanya untuk diri sendiri. Hal ini tentu sia-sia dan tidak akan pernah berguna. Hari ini kita diingatkan untuk selalu mampu menjadi pelita atau cahaya kehidupan yang menerangi kegelapan dunia. Maka, mari kita mulai dengan memiliki cara berpikir yang baik dan sehat supaya perkataan kita menjadi baik dan sehat untuk akhirnya mampu bertindak yang baik dan sehat pula. Hidup yang selalu selaras antara berpikir, berkata dan bertindak baik dan sehat itulah pelita, itulah cahaya. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa
RDLJ
Renungan 31 Januari 2020
PW St. Yohanes Bosko, Imam
Inspirasi Bacaan Harian Jumat Pekan Biasa A/III
Dengan penuh kecurangan Daud berusaha memiliki Betsyeba, istri Uria. Daud pun berhasil karena kekuasannya yang besar sebagai seorang Raja. Namun, bagi Allah Daud telah menghina Allah dengan mengambil istri Uria. Dalam Injil, Yesus memberikan perumpamaan tentang Kerajaan Allah yang seperti biji sesawi yang ditaburkan, lalu tumbuh besar dan bercabang sehingga burung-burung dapat bersarang. Daud dengan kekuasaannya yang hebat telah gagal menjadi biji sesawi, bahkan ia justru menggunakan kekuasaannya demi memuaskan keinginannya. Dalam hal ini, Daud gagal dan menghancurkan Kerajaan Surga yang seharusnya ia ciptakan. Bagaimana dengan hidup kita?
Saudaraku, dalam hidup ini setiap pribadi kita diberi talenta. Kecerdasan, keahlian, materi, kekuasaan, kekuatan, kedudukan dan sebagainya. Semua dimaksudkan oleh Allah supaya kita mampu memiliki tanggung jawab bagi hadirnya Kerajaan Allah di dunia ini. Sayangnya, kita juga sering bersikap seperti Daud yang penuh kecurangan, memanipulasi dan menyalahgunakan kekuasaan demi kepuasan pribadi. Tak jarang kita pun menggunakan kecerdasan, keahlian, materi, kekuasaan, kekuatan dan kedudukan bukan untuk menghadirkan Kerajaan Allah bagi sesama dan dunia, melainkan demi kepuasan pribadi. Kita juga melakukan kecurangan, manipulasi dan menyalahgunakan tanggung jawab. Saudaraku, kita diingatkan bahwa sikap seperti ini adalah sikap yang menghina Allah. Semoga kita mampu menghadirkan Kerajaan Allah bagi sesama dan dunia lewat hidup dan segala talenta yang dipercayakan kepada kita. Tuhan memberkati.
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa RDLJ