Posted on: 01/11/2019 Posted by: RD Lucius Joko Comments: 0
Keuskupan Agats

Renungan 1 Oktober 2019

Pesta St. Teresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Misi

Yesus berkata, “Sungguh, jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Barangsiapa menyambut anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.” Hal ini dikatakan Yesus kepada para murid saat mereka bertanya tentang siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga.

Saudaraku, siapa yang tidak memiliki keinginan masuk dalam Kerajaan Surga, apalagi menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Surga? Inilah tujuan hidup iman kita. Syaratnya adalah menjadi anak kecil. Bukan secara fisik melainkan spiritualitas dari anak kecil. Pertama, anak kecil adalah manusia yang pandai bersyukur. Ia mampu bangga dan mencintai apapun yang ada dan apapun yang bisa ia lakukan dalam hidupnya meskipun itu hal yang paling sederhana sekalipun. Sedangkan, kita yang dewasa terkadang tidak pandai bersyukur, bahkan lebih senang mengeluh dan mengutuki hidup. Kedua, anak kecil adalah manusia yang mudah memaafkan dan mengampuni, cepat melupakan peristiwa buruk di masa lalu. Sedangkan, kita yang dewasa justru lebih senang hidup dalam kebencian dan dendam terhadap sesama. Ketiga, anak kecil adalah manusia yang paling berserah dan tidak khawatir akan masa depannya. Ia hanya mengerti bahwa orang tuanya penuh cinta dan kasih bagi dirinya. Sedangkan, kita yang dewasa selalu hidup dalam ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran. Kita tidak punya sikap berserah dan percaya total kepada kasih Tuhan.

Saudaraku, tanpa mampu menjadi anak kecil seperti yang Yesus katakan, maka kita tidak akan pantas dan layak masuk dalam Kerajaan Surga, apalagi menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Semoga spiritualitas anak kecil yang pandai bersyukur, yang mudah mengampuni dan berserah total kepada kasih Tuhan ada dalam diri kita yang mengaku sudah dewasa ini. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 2 Oktober 2019

PW Para Malaikat Pelindung

Inspirasi Bacaan Harian Rabu Pekan Biasa C/XXVI

Tuhan mengutus malaikat-Nya kepada setiap pribadi yang dikasihi-Nya. Malaikat ini akan menjaga dan menjadi penasehat supaya manusia tetap ada dan selalu ada di jalan perintah-Nya. Jika manusia menuruti dan tidak mendurhakai malaikat-Nya, maka apapun dan siapapun musuh manusia itu akan dihancurkan oleh Tuhan. Malaikat Tuhan ini akan selalu berjalan di depan. Saudaraku, sungguhkah kehadiran malaikat pelindung ini kita alami dan rasakan kehadirannya?

Malaikat sebagai pelayan-pelayan Tuhan menjaga, melindungi, menyertai dan memimpin manusia untuk selalu ada dan tetap di jalan Tuhan, juga supaya manusia terhindar dari segala godaan, bujukan dan rayuan si jahat. Perlu sikap kerendahan hati dan keterbukaan hati untuk mampu mengalami dan merasakan kehadiran Malaikat Tuhan ini. Jika sikap kita sombong dan merasa kuat tanpa penyertaan Tuhan melalui malaikat-Nya dan hati tertutup, maka kita pun sulit untuk mengalami dan merasakan kehadiran malaikat pelindung kita. Saudaraku, mari menjadi rendah hati dan terbuka untuk mengalami dan merasakan kehadiran malaikat Tuhan. Wujudkan hal ini lewat doa, “Malaikat Allah, engkau yang diserahi oleh kemurahan Tuhan untuk melindungi aku, terangilah, lindungilah, bimbinglah dan hantarlah aku. Amin.” Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 3 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Kamis Pekan Biasa C/XXVI

Bulan Oktober ini selain menjadi Bulan Rosario, oleh Paus Fransiskus dijadikan sebagai Bulan Misi Luar Biasa. Hal ini ditetapkan dalam rangka memperingati 100 tahun Surat Apostolik Maximum Illud tentang tugas misi gereja. Saudaraku, bacaan Injil hari ini juga menyadarkan dan mengingatkan kita kembali akan tugas misi tersebut. Kita telah dibaptis dan diutus untuk mampu menjalankan misi gereja, yaitu mewartakan Injil ke seluruh dunia sehingga Kerajaan Allah hadir kapanpun, di manapun dan bagi siapapun. Apakah hidup kita sudah menjalankan tugas ini?

Misi gereja adalah mewartakan Injil ke seluruh dunia sehingga Kerajaan Allah hadir dan dialami oleh semakin banyak manusia. Wujud paling sederhana adalah hidup yang mampu menjadi pembawa damai, pembawa cinta kasih dan pembawa sukacita pengharapan. Inilah misi yang harus selalu kita wujudkan sebagai gereja di tengah dunia. Mari berhenti menjadi pribadi dengan hidup yang saling memusuhi dan memecah belah persaudaraan, ubah menjadi pribadi yang menciptakan dan menghadirkan damai bagi sesama. Mari berhenti menjadi pribadi yang cenderung menghancurkan cinta kasih dengan kebencian dan amarah, ubah menjadi pribadi dengan hidup yang penuh kasih bagi sesama. Mari berhenti juga menjadi pribadi yang senang menciptakan kesedihan dan keputusasaan, ubah menjadi pribadi dengan hidup yang menghadirkan sukacita dan harapan. Mulai dari komunitas terkecil kita terlebih keluarga kita masing-masing sehingga tugas misi gereja ini dapat kita jalankan sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 4 Oktober 2019

PW St. Fransiskus dari Asisi

Inspirasi Bacaan Harian Jumat Pekan Biasa C/XXVI

Lewat Kitab Barukh, dituliskan bahwa bangsa Israel menyesali segala perbuatan dosa mereka. Mereka tidak mampu mendengarkan sabda kebaikan Tuhan bahkan menyembah tuhan buatan mereka sendiri. Dalam Injil, Yesus mengecam beberapa kota seperti Korazhim, Betsaida dan Kapernaum karena tidak mampu mendengarkan sabda kebaikan Tuhan dan kesaksian para murid Yesus. Kota-kota tersebut dikutuk karena menolak mendengarkan sabda kebaikan Tuhan dari para murid. Bagaimana dengan hidup iman kita? Sudahkah selalu mampu menjadi pendengar yang baik terlebih sabda kebaikan Tuhan?

Saudaraku, dalam kenyataan kita belum mampu menjadi pendengar yang baik, terlebih tentang sabda kebaikan Tuhan, kesaksian akan kasih Tuhan. Kita sibuk untuk terus bicara tentang diri kita, kesibukan kita, kehebatan kita, keberhasilan kita, kepandaian kita, keahlian kita dan sebagainya. Apapun warta tentang sabda kebaikan Tuhan, warta tentang kesaksian kasih Tuhan sering justru kita tolak dan hindari karena membosankan. Saudaraku, mungkin saja kita sulit menjadi pendengar yang baik, menolak sabda-Nya karena sudah merasa aman dan nyaman dengan kedosaan kita. Yesus bersabda, “Barangsiapa mendengarkan kalian, ia mendengarkan Daku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.” Semoga kita mampu menjadi pendengar yang baik terlebih tentang sabda kebaikan Tuhan dan kesaksian kasih Tuhan. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 5 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Sabtu Pekan Biasa C/XXVI

Ada sukacita saat tujuh puluh murid yang diutus Yesus kembali dengan rasa bangga terkesan sombong karena berhasil membuat setan-setan takluk, iblis jatuh dan kalah. Kuasa yang diberikan oleh Yesus sungguh dinyatakan dalam diri para murid. Tetapi, Yesus berkata, “Namun demikian, janganlah bersukacita karena roh-roh takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu terdaftar di surga.” Selanjutnya Yesus pun gembira dalam Roh Kudus  dan berkata, “Aku bersyukur kepada-Mu ya Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Kau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai, tetapi Kau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan dihati-Mu.”

Saudaraku, terkadang kita mengalami sukacita karena merasa berhasil secara duniawi dalam hal iman. Bangga telah berbuat kebaikan, bangga telah berbuat kebenaran, bangga telah melakukan tindakan kasih. Kuasa Tuhan dinyatakan lewat hidup kita. Namun, hari ini Yesus mengingatkan kepada kita untuk tidak bersukacita karena perbuatan-perbuatan baik, benar dan kasih telah kita lakukan demi keberhasilan duniawi, tetapi bersukacitalah karena perbuatan baik, benar dan kasih membuat nama kita tercatat di surga. Inilah keberhasilan surgawi. Kita hanya akan menjadi sombong dengan perbuatan baik, benar dan kasih kita jika dilihat dan diukur dengan keberhasilan duniawi. Maka, memilih untuk tetap menjadi yang kecil, dalam artian tidak jatuh dalam kesombongan adalah sikap yang tepat. Seperti yang telah Yesus katakan bahwa semuanya disembunyikan bagi orang yang bijak dan pandai, tetapi dinyatakan kepada yang kecil. Saudaraku, mari memilih menjadi yang kecil dan terus melakukan kebaikan, kebenaran dan tindakan kasih untuk sukacita surgawi kita kelak. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 6 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Minggu Biasa C/XXVII

Yesus bersabda kepada para rasul yang meminta supaya imannya ditambahkan, “Sekiranya kamu memiliki iman sebesar biji sesawi, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini, ‘Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut’ dan pohon itu akan menuruti perintahmu.” Yesus ingin menegaskan bukan besar kecilnya iman yang seharusnya dipersoalkan, tetapi bagaimana iman itu dijadikan sebagai sebuah kesaksian akan kekuatan Tuhan. Untuk mampu melakukannya, kita tidak boleh jatuh ke dalam kesombongan, melainkan merendahkan diri sebagai hamba di hadapan Tuhan, bukan sebaliknya menjadi tuhan-tuhan kecil yang mengatur Tuhan.

Sebagai orang yang memiliki iman, tak jarang kita sering meragukan kekuatan Tuhan, terlebih saat banyak kejahatan, kerusuhan, perang, bencana dan situasi ‘chaos’ yang menghancurkan cinta dan damai. Kita bertanya kenapa Tuhan diam dan tidak bertindak. Ini adalah situasi kesombongan diri karena kita menganggap Tuhan sebagai obyek, bisa kita atur sesuka kita, bahkan kita menganggap diri sebagai tuan atas Tuhan. Padahal, dalam Nubuat Habakuk dikatakan bahwa orang sombong tidak lurus hatinya, dan orang benar akan hidup berkat imannya. Saudaraku, iman kita ternyata belum seberapa karena kita tidak sungguh yakin bahwa Tuhan paling mengerti apa yang terbaik, terindah dan paling tepat bagi hidup kita.

Saatnya bagi kita untuk berhenti mengatur Tuhan, berhenti menjadikan Tuhan sebagai obyek. Jauhkan diri dari sikap sombong dan jadikan diri kita hamba yang mampu merendahkan diri di hadapan Tuhan sehingga hidup kita adalah kesaksian akan kasih dan kekuatan Tuhan. Wujud pribadi yang memiliki iman adalah hamba Tuhan yang selalu berserah diri secara total. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 7 Oktober 2019

PW St. Perawan Maria, Ratu Rosari

Inspirasi Bacaan Harian Senin Pekan Biasa C/XXVII

Apapun yang sudah menjadi rencana dan kehendak Tuhan, maka pasti terjadi. Inilah yang dialami oleh Yunus saat ia mencoba melarikan diri dari Tuhan yang mengutusnya pergi Niniwe. Rencana dan kehendak Tuhan bagi manusia telah dirancang demi kebaikan dan keselamatan. Tetapi, manusia memang cenderung senang melarikan diri dari rencana dan kehendak Tuhan lewat sikap menolak dan memilih jalan lain di luar jalan Tuhan.

Saudaraku, hidup menjadi dan sebagai cinta bagi sesama ini juga merupakan rencana dan kehendak Tuhan bagi manusia. Hidup yang saling mengasihi satu sama lain, seperti Tuhan telah mengasihi kita. Sayangnya, kita juga sering melarikan diri dari kehendak Tuhan ini. Kita bukan saling mengasihi tetapi saling membenci, saling menghina, saling menghujat juga menghakimi. Kita tidak mampu menangkap apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita karena kita sibuk dengan keinginan kita yang disdasari oleh nafsu kedagingan. Doa menjadi kekuatan penting bagi kita untuk semakin mampu mengenal dan memahami rencana dan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Mari memiliki hidup doa yang baik, salah satunya dengan doa rosario supaya hidup kita tidak terus melarikan diri dari rencana dan kehendak Tuhan. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 8 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Selasa Pekan Biasa C/XXVII

Niniwe mengalami pertobatan setelah mendengarkan pewartaan Yunus. Mereka berbalik dari tingkah laku yang jahat karena perkataan Yunus tentang sabda Tuhan. Ya, penduduk Niniwe mengalami keselamatan karena mau mendengarkan sabda Tuhan. Maria pun dipuji Yesus karena memilih yang terbaik. Maria lebih memilih duduk mendengarkan Yesus bersabda daripada sibuk melayani Yesus seperti yang dilakukan oleh Marta. Oleh Yesus, Marta dianggap terlalu khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara.

Saudaraku, seringkali kita pun tidak mau dan tidak mampu mendengar suara Tuhan lewat sabda-Nya. Kita cenderung sibuk dan khawatir akan banyak perkara duniawi sehingga kehilangan pilihan terbaik dalam hidup. Mungkin kita merasa sudah banyak berbuat kebaikan, banyak melayani di gereja, banyak mengikuti kegiatan kerohanian, tetapi jika semua itu tidak didasari dengan sikap mau dan mampu mendengarkan suara Tuhan lewat sabda-Nya, maka selamanya kita pun hanya akan hidup dalam kekhawatiran, kekecewaan dan menyusahkan diri dengan banyak perkara duniawi seperti yang dialami oleh Marta. Wujudnya, kita membandingkan kebaikan dan pelayanan kita dengan orang lain, kita kecewa kepada orang lain yang tidak menghargai kebaikan dan pelayanan kita, kita menuntut supaya orang lain berbuat kebaikan dan pelayanan seperti yang kita lakukan, dan sebagainya. Dalam hal ini, kegagalan memilih yang terbaik akan membuat kita kehilangan keselamatan. Saudaraku, semoga hidup kita semakin mampu peka untuk mendengarkan suara Tuhan lewat sabda-Nya sehingga kita tidak kehilangan pilihan terbaik yang menyelamatkan. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 9 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Rabu Pekan Biasa C/XXVII

Yunus kecewa dan mengeluh karena Tuhan menyelamatkan kota Niniwe. Ia pun tidak berhenti kecewa dan mengeluh sampai Tuhan bertanya, “Layakkah engkau marah?” Akhirnya melalui peristiwa pohon jarak yang melindungi kepalanya dari terik matahari, Yunus menyadari bahwa Tuhan begitu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya. Untuk mampu menyadari sekaligus mengalami Tuhan yang begitu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya, perlu relasi yang intim dengan Tuhan, terlebih melalui doa.

Saudaraku, sikap Yunus pun ada dalam diri kita. Kita tak pernah berhenti kecewa dan mengeluh kepada Tuhan. Saat situasi hidup tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, saat hidup orang lain terlihat lebih diberkati, saat hidup sesama lebih dirahmati, saat keadaan kita lebih buruk dari yang lain, pasti kita cepat kecewa dan mengeluh. Kita marah kepada Tuhan atas hidup ini. Inilah situasi di mana kita tidak mampu menyadari dan mengalami Tuhan yang pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya. Sikap mudah kecewa, mengeluh dan marah ini terjadi karena relasi intim kita dengan Tuhan tidak terjaga lewat doa. Doa akan membuat kita semakin mampu mengenal Tuhan dan kehendak-Nya, sehingga akhirnya kita sungguh mengalami Tuhan yang pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya. Saudaraku, mari miliki relasi intim dengan Tuhan melalui doa sehingga kita tidak lagi kehilangan kesadaran akan Tuhan yang pengasih, penyayang, sabar dan penuh kasih setia. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 10 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Kamis Pekan Biasa C/XXVII

Dalam bacaan pertama, dijelaskan tentang perbedaan pandangan tentang Tuhan antara orang fasik dan orang takwa. Orang fasik merasa tidak perlu hidup menyembah Tuhan, beribadah dan memelihara sikap dan perbuatan yang diinginkan Tuhan. Meskipun hidup dalam kejahatan, mereka tetap merasa mujur dan luput dari penderitaan duniawi. Orang takwa selalu yakin Tuhan memerhatikan dan mendengarkan mereka. Mereka yakin sebagai orang kesayangan Tuhan dan memiliki rahmat membedakan yang baik dan yang jahat. Dalam Injil, Yesus bersabda, “Mintalah maka kamu akan diberi, carilah maka kamu akan mendapat, ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu.” Apakah sabda ini sungguh kita alami? Jika belum, mengapa?

Saudaraku, untuk dapat mengalami sabda Tuhan Yesus yang berbunyi, “Karena setiap orang yang meminta akan menerima, dan setiap orang yang mencari akan mendapat, dan setiap orang yang mengetuk, akan dibukakan pintu.” adalah lewat sikap sebagai orang takwa, bukan sikap sebagai orang fasik. Permohonan orang takwa kepada Tuhan akan dilandasi hati yang tenang, damai, lepas merdeka, penuh keyakinan dan berserah. Sedangkan, permohonan orang fasik kepada Tuhan dilandasi oleh hati yang gegabah, penuh ambisi, kecurigaan dan kecemasan. Jangan-jangan selama ini kita banyak melakukan permohonan dengan sikap sebagai orang fasik sehingga sabda Tuhan tentang siapa meminta akan menerima, siapa mencari akan mendapat dan siapa mengetuk maka pintu akan dibukakan tidak terjadi dan teralami. Mari mulai melakukan permohonan dengan sikap sebagai orang takwa yang memiliki hati tenang, damai, lepas merdeka, penuh keyakinan dan berserah supaya sungguh saat kita meminta kita menerima, saat kita mencari kita mendapat dan saat kita mengetuk maka pintu akan dibukakan. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 11 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Jumat Pekan Biasa C/XXVII

Apapun yang Yesus lakukan selalu dianggap salah dan negatif oleh beberapa orang. Salah satunya saat Yesus mengusir setan. Ia justru dianggap mengusir dengan kuasa Beelzebul. Kebaikan dan kebenaran yang Yesus lakukan tidak mampu ditangkap oleh hati yang jahat dan negatif. Dalam bacaan pertama dari kitab Yoel, dikisahkan tentang bagaimana umat diharapkan melakukan pertobatan, imam diharapkan mengenakan pakaian berkabung dan kembali mempersembahkan kurban. Ini adalah simbol refleksi dan introspeksi diri atas kedosaan. Hati manusia yang jahat dan negatif pun hanya bisa disembuhkan dan dihilangkan lewat keterbukaan refleksi dan introspeksi diri atas dosa.

Saudaraku, sesungguhnya banyak hal baik dan benar pun terjadi di sekitar kita. Lewat sesama bahkan terkadang lewat mereka yang selama ini tidak kita anggap. Kebaikan dan kebenaran itu sulit kita tangkap karena hati kita cenderung dirasuki oleh kejahatan dan kenegatifan. Hati seperti ini cirinya selalu menciptakan perpecahan bukan persekutuan, menciptakan permusuhan bukan perdamaian, dan menciptakan kebencian bukan kasih. Saatnya bagi kita juga mulai merefleksikan diri dan introspeksi diri atas dosa kita. Hati yang jahat dan negatif adalah wujud sikap dan tindakan dosa yang menghancurkan. Semoga kita mampu mengobati hati kita yang cenderung jahat dan negatif lewat refleksi dan introspeksi diri yang menghasilkan buah-buah pertobatan nyata dalam hidup kita. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 12 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Sabtu Pekan Biasa C/XXVII

Yesus bersabda: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya.” Hal ini diungkapkan oleh Yesus kepada seorang wanita yang sungguh mengagumi Yesus dan berkata: “Berbahagialah ibu yang mengandung dan menyusui Engkau.” Saudaraku, ada dua jenis kebahagiaan yang terungkap dalam percakapan Yesus dan seorang wanita. Ungkapan kebahagiaan wanita tersebut menggambarkan kebahagiaan duniawi, sedangkan ungkapan kebahagiaan Yesus adalah kebahagiaan surgawi.

Hidup kita pun tak jarang lebih mengejar dan mencari kebahagiaan duniawi, yaitu saat mendapatkan pujian dan sanjungan, saat menempati jabatan dan kedudukan tinggi dan terhormat, saat memiliki kekayaan dan sebagainya. Bagi Yesus, manusia akan mengalami kebahagiaan sejati saat ia mampu mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya. Hidup yang berakar pada sabda Allah, tumbuh dan berkembang oleh sabda Allah dan berbuah dari sabda Allah. Inilah kebahagiaan surgawi. Faktanya, benar bahwa tak selamanya manusia dengan banyaknya pujian dan sanjungan mengalami bahagia, tak selamanya manusia dengan menempati jabatan dan kedudukan terhormat mengalami bahagia, tak selamanya manusia dengan memiliki kekayaan mengalami bahagia. Kebahagiaan duniawi itu terbatas, temporal, sedangkan kebahagiaan surgawi itu kekal, perpetual, selamanya. Saudaraku, mari menjadi pribadi yang mampu mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya sehingga kita sungguh mengalami kebahagiaan sejati, kebahagiaan surgawi yang kekal selamanya. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 13 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Minggu Biasa C/XXVIII

Naaman kembali dengan sikap dan rasa syukur yang hebat kepada Elisa setelah ia tahir dari sakit kustanya. Orang Samaria juga kembali dengan suara nyaring memuliakan Allah, jatuh tersungkur di kaki Yesus karena telah sembuh dari sakit kustanya. Inilah sikap dan rasa syukur yang ia lakukan, sedangkan sembilan orang lain yang juga disembuhkan tidak kembali dan memuliakan Allah. Saudaraku, kita diharapkan memiliki kemampuan bersyukur dalam segala hal. Apakah selama ini hidup kita penuh dengan sikap dan rasa syukur?

Tidak semua orang ternyata pandai bersyukur. Masih sangat banyak manusia yang hidup dalam kekecewaan, putus asa bahkan mengutuki dirinya sendiri karena sulitnya bersyukur. Hidup menjadi gelap dan tanpa harapan, tinggal menunggu kematian. Apakah kita mau hidup seperti ini? Bagi Paulus, manusia yang tidak mampu bersyukur hanya karena belenggu penderitaan berarti ia adalah manusia yang kehilangan keselamatan Kristus dalam kemuliaan yang kekal. Kita sudah memilih dan memiliki iman akan Kristus, maka jika kita mati bersama Kristus, kita pun akan hidup bersama Dia. Jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah bersama Dia. Jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita. Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak bisa menyangkal diri-Nya.

Maka, mari belajar bersyukur dengan karakteristik sebagai berikut. Pertama, manusia yang pandai bersyukur adalah manusia yang bangga dan mencintai apapun yang ia miliki dan ia punya. Kedua, manusia yang pandai bersyukur adalah manusia yang mencintai dan bangga atas apapun kebaikan yang dapat ia lakukan, meskipun tindakan kecil sekalipun. Bersyukur tidak harus menunggu melakukan tindakan baik yang besar dan spektakuler. Ketiga, manusia yang pandai bersyukur adalah manusia yang mampu berdamai dengan dirinya sendiri, cepat melupakan peristiwa buruk di masa lalu, bukan pendendam tetapi pemaaf. Keempat, manusia yang pandai bersyukur adalah manusia yang percaya dan berserah. Ia hanya sadar bahwa Tuhannya penuh cinta dan tidak akan pernah mengecewakannya. Saudaraku, marilah menjadi pribadi yang pandai bersyukur supaya tidak kehilangan keselamatan dalam Kristus. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 14 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Senin Pekan Biasa C/XXVIII

Yesus bersabda, “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menuntut suatu tanda, tetapi mereka tidak akan diberi tanda selain tanda nabi Yunus.” Yesus yang telah hadir sebagai tanda yang mewartakan pertobatan dan keselamatan ternyata tidak mampu ditangkap dan dialami oleh bangsa Israel. Sudah tidak mampu menangkap dan mengalami tanda pertobatan dan keselamatan, mereka justru memaksa untuk meminta suatu tanda. Saudaraku, apakah kita golongan mereka yang juga tidak mampu menangkap dan mengalami tanda pertobatan dan keselamatan dari Yesus?

Tak jarang kita jatuh dalam sikap arogansi yang luar biasa dalam hidup ini. Merasa bahwa segala apa yang ada dan bisa kita lakukan karena usaha kekuatan kita sendiri. Sikap ini sesungguhnya yang membuat kita tidak mampu menangkap dan mengalami tanda pertobatan dan keselamatan dari Yesus. Kita tegar hati dalam kesombongan sehingga sulit mendengar suara Tuhan. Paulus menyadarkan kepada kita bahwa segala apa yang ada dan bisa kita lakukan semata-mata adalah karena kasih karunia Tuhan. Tidak ada alasan bagi kita untuk memiliki sikap arogansi yang luar biasa dalam hidup ini. Sebaliknya, segala hal baik apapun yang ada dan bisa kita perbuat adalah suatu tanda kekuatan Tuhan yang membawa manusia menuju pertobatan dan keselamatan. Semoga kita mampu menjadi pribadi yang jauh dari arogansi, jauh dari ketegaran hati sehingga mampu mendengar suara Tuhan yang memampukan kita menangkap dan mengalami tanda pertobatan dan keselamatan. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 15 Oktober 2019

PW Santa Theresia dari Yesus, Perawan dan Pujangga Gereja

Inspirasi Bacaan Harian Selasa Pekan Biasa C/XXVIII

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menegaskan bahwa orang benar akan hidup karena imannya. Sesungguhnya manusia sangat mengenal kemuliaan Allah lewat segala rencana karya keselamatan-Nya bagi manusia. Manusia tidak dapat menyangsikan hal ini, tetapi sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah. Hal ini terjadi karena manusia lebih mementingkan iman luaran, iman permukaan, iman penampilan. Ini pula yang dikritik oleh Yesus dari orang-orang Farisi yang begitu mengutamakan tampilan luar dalam beriman tetapi hatinya sesungguhnya jauh dari iman. Bagaimana dengan diri kita?

Saudaraku, kita pun terkadang jatuh dalam situasi ini. Kita cenderung mengutamakan iman luaran, iman permukaan, iman penampilan. Kita ingin dianggap paling mengenal Allah lewat apa yang terlihat dari penampilan luar kita. Padahal, hati kita jauh dari iman itu sendiri. Hidup kita tidak memuliakan Allah dan mengucap syukur. Pikiran kita sia-sia dan hati menjadi bodoh, seolah hidup penuh hikmat, nyatanya tidak, bahkan lebih percaya kepada hal keduniawian. Saudaraku, mari berhenti menyusahkan diri hidup dalam kemunafikan dengan memiliki iman luaran, iman permukaan, iman penampilan. Lebih baik kita bersihkan, sucikan dan kuduskan hati kita supaya Allah bersemayam dan apapun yang keluar dan terlihat dari hidup kita memang sesuatu yang murni dari Allah. Hal ini juga yang telah diteladankan dan diajarkan oleh Santa Theresia dari Yesus. Jika hati kita bersih, maka segala sesuatu yang keluar dan terlihat pun akan bersih. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 16 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Rabu Pekan Biasa C/XXVIII

Yesus mengecam gaya hidup orang Farisi dan para ahli Taurat. Ada kemunafikan dan sikap mementingkan diri sendiri dan juga kelompok demi sebuah keamanan dan kenyamanan. Seolah suci dan paling mengerti ilmu Taurat tetapi mengabaikan kasih Allah dan keadilan. Hidup bagaikan sebuah kubur, mengejar kehormatan lewat penampilan rohani yang palsu. Saudaraku, bagaimana dengan hidup kita? Jangan-jangan sikap hidup orang Farisi dan para ahli Taurat ini juga kita lakukan.

Dalam keseharian seringkali kita mudah menghakimi sesama. Menganggap diri lebih baik dan benar, lebih sempurna dari yang lain. Ini adalah sikap kemunafikan dan mementingkan diri sendiri. Padahal, saat kita menghakimi sesama sesungguhnya kita sedang menghakimi diri kita sendiri. Kita menuntut orang lain berbuat padahal kita sendiri tidak melakukan. Kita melarang orang lain berbuat padahal kita sendiri sembunyi-sembunyi melakukan. Saudaraku, kita tak ubahnya orang Farisi dan para ahli Taurat yang dikecam Yesus. Mari perbaiki hidup kita dengan mulai tekun berbuat baik, kejar kemuliaan surgawi, kehormatan yang abadi, taat pada kebenaran bukan pada kelaliman. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 17 Oktober 2019

PW St Ignasius dari Antiokhia, Uskup dan Martir

Inspirasi Bacaan Harian Kamis Pekan Biasa C/XXVIII

Banyak manusia mengaku bangga punya agama karena beriman tetapi sesungguhnya hanya sibuk dengan aturan-aturan dan hukum di dalam agamanya. Bahkan tak jarang aturan-aturan itu bukan memerdekaan manusia tetapi semakin memasung, mengikat kemerdekaan manusia untuk mampu mengalami cinta Tuhan sekaligus menjadi cinta bagi sesama. Ya, kedalaman dari iman yang seharusnya menyelamatkan justru tidak teralami dan terselami. Hal ini yang menjadi inti pesan dari surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma. Yesus pun tetap dalam ketegasan mengecam orang Farisi dan para ahli Taurat karena mengaku sebagai manusia beriman tetapi berhenti pada kesibukan bagainana menjalankan aturan dan hukum agamanya, bukan menuju kepada kedalaman relasi yang intim dengan Tuhan. Hidup taat aturan dan hukum agama dijalankan sebagai sebuah kemunafikan untuk menutupi iman yang hancur dan rapuh.

Saudaraku, bisa jadi selama ini kita beragama tetapi tanpa kedalaman iman. Bagaimana mungkin kita akan selamat jika kita tidak memiliki kedalaman relasi intim dengan Tuhan karena cara beriman kita berhenti pada bagaimana taat pada aturan-aturan  dan hukum agama. Seolah aturan dan hukum itu yang menyelamatkan, padahal kedalaman iman itu yang menyelamatkan. Kedalaman iman tampak bukan karena manusia terlihat taat pada aturan dan hukum agama, tetapi ketika manusia mampu mengalami cinta dari Tuhan sekaligus hidup sebagai cinta bagi sesama. Banyak manusia beragama, terlihat taat pada aturan dan hukum agamanya tetapi hidupnya menjadi perusak dan penghancur cinta bagi sesama lewat sikap membenci, memusuhi, menghujat, menyakiti bahkan sampai membunuh. Inilah ciri manusia beragama tetapi tanpa kedalaman iman. Semoga kita adalah bagian dari manusia beragama yang memiliki kedalaman iman, bukan manusia yang terlihat beragama tetapi tanpa iman. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 18 Oktober 2019

Pesta St. Lukas, Penulis Injil

Hidup sebagai murid Yesus tidak mudah. Banyak hal menghalangi, merintangi dan menghancurkan hidup untuk menjadi murid Yesus yang sejati. Paulus sendiri ditinggalkan oleh murid-muridnya seperti Demas karena lebih mencintai dunia. Murid lain seperti Kreskes dan juga Titus ikut meninggalkan Paulus. Hanya Lukas yang memiliki kesetiaan sampai akhir. Bagaimana dengan hidup kemuridan kita sendiri?

Kegagalan menjadi murid Yesus yang sejati disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini. Pertama, gagal karena lebih mencintai dunia daripada mencintai Yesus. Hidup mengejar kemuliaan duniawi, bukan kemuliaan surgawi. Kedua, gagal karena tidak mampu hidup sebagai hamba yang melayani. Murid Yesus hendaknya hidup untuk melayani, bukan dilayani. Selama kita tidak mampu menjadi hamba yang melayani, maka kita akan gagal sebagai murid Yesus yang sejati. Ketiga, gagal karena tidak mampu menerima dan memikul salib. Yesus tidak menolak salib. Murid Yesus hendaknya selalu siap hidup menderita bersama Kristus. Ada penolakan, penghinaan, dibenci, difitnah, dihujat bahkan dibunuh. Semua harus dihadapi dan dialami demi kemenangan dan keselamatan. Saudaraku, mari berjuang dan berusaha menjadi murid Yesus yang sejati karena bukan kita yang memilih Allah, tetapi Allah yang telah memanggil dan memilih kita untuk menjadi rekan kerja-Nya demi keselamatan dunia. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 19 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Sabtu Pekan Biasa C/XXVIII

Kebenaran atas dasar iman telah membuat Abraham yakin akan janji Tuhan. Ia taat dan setia dalam kebenaran meskipun hidupnya tak luput dari kegagalan, kegelapan, kesedihan, kehancuran dan sebagainya, terlebih janji Tuhan seolah tidak kunjung terwujud. Dalam Injil, Yesus bersabda, “Siapapun yang mengakui Anak Manusia akan diakui, tetapi siapapun yang menyangkal Anak Manusia akan disangkal di hadapan para malaikat Tuhan. Setiap orang yang berkata melawan Anak Manusia dosanya akan diampuni, tetapi siapa menghujat Roh Kudus dosanya tidak diampuni.” Saudaraku, apakah hidup kita juga memiliki kebenaran atas dasar iman?

Tetap taat dan setia kepada Tuhan meskipun hidup ada dalam situasi tidak membahagiakan adalah wujud hidup yang memiliki kebenaran atas dasar iman. Inilah hidup yang mengakui Anak Manusia, hidup yang tidak menghujat Roh Kudus. Hidup taat dan setia adalah hidup yang membawa keselamatan. Sebaliknya, tidak taat dan tidak setia artinya menolak keselamatan, menolak untuk diampuni. Menolak keselamatan berarti menghujat Roh Kudus yang telah diutus demi keselamatan dunia. Semoga kita mampu berbenah untuk memiliki ketaatan dan kesetiaan yang luar biasa seperti Abraham sehingga keselamatan ada dalam hidup kita. Saudaraku, mari mulai hidup dalam kebenaran atas dasar iman. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 20 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Minggu Biasa C/XXIX

Yesus menegaskan kepada para murid-Nya supaya selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Berdoa dengan iman. Inilah yang Yesus maksud. Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya. Ia tidak akan pernah mengulur waktu untuk menolong. Saudaraku, bagaimana berdoa dengan iman?

Selama ini kita sudah berdoa, bahkan sering berdoa. Kita sudah banyak berdoa, tetapi kita tetap merasa Allah belum  mendengarkan, belum menjawab, belum mengabulkan. Kita lelah, kita bosan, kita marah, kita tidak lagi berdoa. Ya, selama ini kita hanya berdoa secara kuantitas, yang penting banyaknya berdoa. Bukan kualitas berdoa, yaitu berdoa dengan iman.

Berdoa dengan iman pertama-tama bukan perkara dikabulkan atau tidak dikabulkan doa kita. Doa yang berkualitas adalah doa yang membuat manusia semakin mampu mengenal Allah dan rencana-Nya. Doa bukan untuk mengatur dan mendikte Allah melainkan untuk mengalami cinta Allah dan mengubah hidup kita menjadi cinta itu sendiri. Doa berkualitas adalah juga doa yang disertai dengan usaha dan perjuangan, bukan menunggu dan berharap tanpa usaha dan perjuangan.

Saudaraku, selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu yang diharapkan oleh Yesus adalah supaya kita semakin mampu mengenal Allah dan mengalami cinta Allah sehingga mampu hidup dalam kebenaran. Semoga doa-doa kita adalah doa dengan iman, doa yang berkualitas. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 21 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Senin Pekan Biasa C/XXIX

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menegaskan tentang Abraham yang tidak pernah ragu dan bimbang akan janji Tuhan. Ketaatan, kesetiaan dan sikap berserah total Abraham semakin kuat karena imannya akan janji Tuhan. Dalam Injil, Yesus menegaskan supaya kita berjaga-jaga dan waspada terhadap segala ketamakan. Ketamakan muncul karena ada sikap ragu, takut, cemas, gelisah dan khawatir akan hari esok. Bagaimana dengan hidup kita sendiri?

Saudaraku, meskipun beriman terkadang kita sulit untuk mampu bersikap seperti Abraham yang memiliki ketaatan, kesetiaan dan sikap berserah total. Ia tidak pernah ragu dan bimbang akan janji Tuhan. Sebaliknya, kita terkadang justru sibuk hidup dalam keraguan, ketakutan, kecemasan, kegelisahan dan kekhawatiran akan hari esok. Seolah hidup adalah milik kita, seolah kita yang menguasai hidup, padahal 1 detik, 1 menit di depan adalah milik Tuhan, karena hidup kita adalah memang milik Tuhan. Tanpa sadar kita jatuh dan terlena dalam ketamakan karena sikap ragu dan bimbang kita akan kekuatan Tuhan, selalu muncul kekhawatiran akan hari esok, akhirnya merusak sikap taat, setia dan berserah total kita terhadap Tuhan. Saudaraku, semoga karena iman yang kita miliki kita mampu menghindarkan diri dari ketamakan karena sikap ragu dan bimbang akan kekuatan Tuhan,  sehingga mampu taat, setia dan berserah total terhadap janji Tuhan seperti Abraham. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 22 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Selasa Pekan Biasa C/XXIX

Dosa dan kejahatan jelas hanya akan menghasilkan maut. Maka, kita yang jahat dan berdosa ini hanya akan mendapatkan maut. Tetapi, Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma menegaskan bahwa kedatangan Yesus telah mengubah maut menjadi keselamatan. Yesus menebus semua dosa dan kejahatan kita secara tuntas dan lunas. Kasih karunia Tuhan berkuasa karena Tuhan kita Yesus Kristus membenarkan kita untuk hidup kekal. Untuk menggapai ini semua, Yesus dalam Injil mengingatkan kita untuk selalu berjaga-jaga, menjaga martabat keselamatan yang telah diwariskan kepada kita.

Saudaraku, berjaga-jaga untuk tidak jatuh ke dalam dosa dan kejahatan adalah wujud dari kita menjaga martabat keselamatan dari Yesus. Sayangnya, terkadang kita masih sulit untuk mampu berjaga-jaga. Hidup setia dalam kebaikan dan kebenaran begitu berat. Berbuat baik dan berbuat benar sifatnya masih musiman, sementara dan bersyarat. Kebaikan dan kebenaran bukan menjadi sifat dan sikap sejati kita sebagai murid Yesus, melainkan hanya instrumen atau alat demi menunjukkan kesombongan diri, instrumen dan alat demi tujuan kepentingan diri, dan sebagainya. Hidup seolah berbuat baik dan benar tetapi penuh syarat, tidak total dan tulus hati. Inilah keadaan yang membuat kita gagal untuk berjaga-jaga. Gagal berjaga-jaga berarti gagal menjaga martabat keselamatan yang telah diwariskan oleh Yesus. Saudaraku, mari jadikan hidup baik dan benar sebagai sifat dan sikap sejati kita sebagai murid Yesus demi terjaganya martabat keselamatan kita. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 23 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Rabu Pekan Biasa C/XXIX

Paulus mengingatkan kita bahwa dulu kita memang hamba dosa, tetapi oleh Kristus kita telah ditebus dan dengan segenap hati menaati ajaran-Nya, maka kita telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran. Perkaranya, sungguhkah kita telah menjadi hamba kebenaran atau masih bertahan menjadi hamba dosa? Saudaraku, Yesus ingin supaya kita selalu berjaga-jaga dan siap sedia lewat taat setia hidup dalam kebenaran.

Hidup sebagai hamba kebenaran hendaknya menjadi roh dan jati diri kita sebagai murid Kristus. Taat setia untuk hidup dalam kebenaran, hidup untuk melakukan yang terbaik lewat tugas, pekerjaan, tanggung jawab dan pelayanan entah sebagai apapun dan dimana pun. Entah menjadi imam, biarawati, pengusaha, dosen, dokter, karyawan, ayah, ibu, anak, suami, istri dan sebagainga hendaknya hidup taat setia dalam kebenaran, melakukan yang terbaik. Inilah sikap berjaga dan siap sedia. Hidup sebagai hamba kebenaran adalah senjata bagi kita untuk tidak lagi jatuh menjadi hamba dosa. Berani untuk tidak lagi kompromi terhadap dosa, memulai hidup dalam kebenaran dan bertahan untuk hidup di dalam kebenaran. Saudaraku, mari mulai tekun dalam ketaatan dan kesetiaan untuk hidup dalam kebenaran, menjadi hamba kebenaran di dalam keseharian hidup kita. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 24 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Kamis Pekan Biasa C/XXIX

Yesus mengatakan kepada para murid-Nya bahwa Dia datang bukan untuk membawa damai, melainkan untuk membawa pertentangan. Pertentangan itu terjadi karena api kebenaran yang telah dilemparkan oleh Yesus ke dalam dunia dan diharapkan terus menyala sebagai cahaya kebenaran menjadi redup bahkan mati saat manusia kembali menjadi hamba dosa. Hidup kita pun mungkin menjadi bagian yang ikut meredupkan dan mematikan cahaya kebenaran tersebut.

Saudaraku, kita yang telah dimerdekakan dari dosa memiliki tugas untuk mampu menjaga cahaya kebenaran itu terus menyala. Meskipun cahaya kebenaran ini sering ditolak dan dimusuhi oleh dunia bahkan menimbulkan pertentangan, hendaknya kita terus berjuang dan berusaha untuk menjaga nyalanya. Cinta kasih, keadilan, pengampunan, kejujuran, kerendahan hati, kemurahan hati dan sebagainya adalah sikap yang harus ada dan kita miliki supaya cahaya kebenaran terus terjaga nyalanya. Semoga sebagai apapun, di manapun dan kapanpun, kita adalah pribadi-pribadi yang mampu menjaga cahaya kebenaran selalu menyala lewat sikap sehari-hari, bukan sebaliknya ikut andil meredupkan bahkan mematikan cahaya tersebut. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 26 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Sabtu Pekan Biasa C/XXIX

“Tuan, biarkanlah pohon ini tumbuh selama setahun ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya, dan memberi pupuk kepadanya. Mungkin tahun depan akan berbuah. Jika tidak, tebanglah!” Saudaraku, kalimat terakhir dalam Injil hendaknya menjadi gambaran iman kita. Iman yang kita miliki hendaknya selalu menghasilkan buah. Paulus jelas menegaskan bahwa kita telah hidup menurut Roh Allah, bukan hidup menurut daging. Keinginan daging ialah maut, tetapi keinginan Roh ialah hidup dan damai sejahtera. Jelas, dalam hal ini karena kita seharusnya telah hidup menurut Roh berarti hidup kita hendaknya menghasilkan buah, yaitu buah-buah Roh.

Saudaraku, apakah sungguh hidup kita telah menghasilkan buah-buah Roh seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri?  Bukankah terkadang hidup beriman kita justru berbuat sebaliknya, yang artinya kita masih hidup menurut daging? Kasih kita ubah menjadi kebencian, sukacita menjadi kesedihan, damai sejahtera menjadi permusuhan, kesabaran menjadi kemarahan, kemurahan menjadi keegoisan, kebaikan menjadi kejahatan, kesetiaan menjadi pengkhianatan, kelemahlembutan menjadi sikap kasar, dan penguasaan diri menjadi sikap liar. Ya, kita yang seharusnya hidup menurut Roh ternyata terus memilih hidup menurut daging. Mari berbenah supaya hidup kita berbuah dan tidak ditebang oleh Sang Pemilik Kehidupan. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 27 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Minggu Biasa C/XXX

Yesus bersabda, “Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan oleh Allah, sedangkan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.” Pernyataan ini dikatakan Yesus kepada orang banyak yang selalu menganggap diri benar dan senang merendahkan orang lain. Lewat perumpamaan doa antara seorang Farisi dan seorang pemungut cukai, Yesus ingin memperlihatkan bahwa doa orang Farisi penuh dengan kecongkakan hati, sedangkan doa pemungut cukai penuh dengan kerendahan hati. Ternyata, pemungut cukai justru pulang sebagai orang yang dibenarkan oleh Allah, sedangkan orang Farisi tidak.

Saudaraku, kita juga sering jatuh ke dalam sikap merasa paling benar dan senang merendahkan sesama. Bahkan, hal ini terjadi dalam kehidupan doa kita. Sering kita terlihat taat berdoa hanya supaya dilihat, rajin berdoa supaya dipuji, kita tekun berdoa supaya dikagumi, pandai berdoa supaya diakui dan sebagainya. Doa dengan sifat, sikap dan cara seperti inilah yang oleh Yesus disebut doa dengan kecongkakan seperti yang dilakukan oleh orang Farisi. Wujud nyata dari manusia yang berdoa dengan kecongkakan akan terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Berdoa tetapi mudah membenci, berdoa tetapi memelihara permusuhan, berdoa tetapi tidak peduli dan sulit berbagi, berdoa tetapi berlaku curang dan tidak jujur, dan lain sebagainya. Akibat dari doa dengan kecongkakan bukan membuat kita semakin dekat dan mengenal Allah tetapi semakin menjauh dan gagal mengenal Allah. Berdoalah dengan kerendahan hati seperti yang dilakukan oleh pemungut cukai. Semakin kita berdoa dengan sungguh hendaknya semakin kita menyadari sebagai manusia yang penuh kelemahan, penuh keterbatasan dan penuh dosa.

Saudaraku, mari miliki hidup doa dengan sifat, cara dan sikap kerendahan hati supaya setiap kita selesai berdoa kita pulang sebagai manusia yang dibenarkan oleh Allah. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 28 Oktober 2019

Pesta St. Simon dan Yudas, Rasul

Lewat suratnya, jelas Paulus menegaskan dan mengingatkan kita bahwa kita ini adalah anggota keluarga Allah, saudara dengan orang kudus dan dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus sebagai batu penjuru. Kita dipilih dan dipanggil sebagai keluarga besar Allah untuk ikut serta dalam karya kerasulan Kristus di dunia. Saudaraku, apakah selama ini kita sungguh merasa sebagai anggota keluarga Allah?

Identitas sebagai anggota keluarga Allah, didirikan di atas dasar para rasul, yang jelas mempunyai tugas perutusan kerasulan di mana Kristus sebagai penjuru, tidak sungguh kita sadari dan hidupi. Sering kita jatuh sebagai anggota keluarga yang bukan saling mengasihi tetapi saling membenci, bukan membawa damai tetapi menciptakan permusuhan, bukan menyembuhkan tetapi menyakiti, bukan mendoakan tetapi menghujat dan mencaci, bukan saling menghormati tetapi saling merendahkan. Jika semua anggota bersikap seperti ini, apakah sungguh tugas kerasulan kita di dunia dapat kita jalankan? Saudaraku, semoga kita mampu menyadari identitas kita sebagai anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul, dan Kristus sebagai penjuru sehingga tugas perutusan bagi karya kerasulan di dunia dapat kita jalani dan hidupi. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 29 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Selasa Pekan Biasa C/XXX

Dalam Injil, Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah yang digambarkan oleh-Nya seumpama biji sesawi yang diambil dan ditabur, tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang di ranting-rantingnya. Juga, Kerajaan Allah seumpama ragi yang diambil oleh seorang wanita dan diaduk-aduk dalam tepung tiga sukat sampai seluruhnya beragi. Saudaraku, perumpamaan tentang Kerajaan Allah ini menjadi gambaran bagi kita bahwa yang layak hidup dalam kemuliaan bersama Allah di dalam Kerajaan-Nya kelak adalah mereka yang memiliki hidup bermanfaat, berguna, menjadi berkat dan rahmat bagi kehidupan lain. Pohon sesawi dan ragi adalah gambaran hidup yang bermanfaat, berguna, menjadi berkat dan rahmat bagi kehidupan lain.

Kendala bagi kita untuk mampu menjadikan hidup sebagai manfaat, berguna, rahmat dan berkat bagi yang lain adalah karena kita sibuk dengan diri kita sendiri. Kita belum selesai dengan segala perkara diri. Kita masih selalu berpikir apa yang bisa saya dapatkan, apa untung saya. Bukan berpikir sebaliknya, untuk apa saya hidup, apa yang bisa saya berikan lewat hidup saya. Ya, ternyata hidup kita terkadang belum mampu bermanfaat karena sibuk mencari manfaat diri, belum mampu berguna karena sibuk menggunakan banyak hal bagi kepentingan diri sendiri, belum mampu menjadi berkat dan rahmat tetapi justru menjadi kutuk dan laknat lewat sikap dan tindakan. Saudaraku, layak dan pantaskah kelak kita mengalami kemuliaan dalam Kerajaan Allah? Semoga kita mampu menjadikan hidup kita seperti pohon sesawi dan ragi. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 30 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Rabu Pekan Biasa C/XXX

“Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” tanya seseorang kepada Yesus. Yesus menjawab, “Berusahalah masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu, banyak orang berusaha untuk masuk, tetapi tidak dapat.” Setelah menjelaskan hal tersebut, Yesus pun bersabda lagi, “Ingatlah, ada orang terakhir yang akan menjadi terdahulu, dan ada orang terdahulu yang akan menjadi yang terakhir.” Saudaraku, untuk mengalami keselamatan ternyata bukan hal yang mudah, tetapi kita diharapkan berusaha dan berjuang untuk selamat. Apakah hidup kita saat ini ada dalam proses perjuangan itu?

Jelas, kita adalah orang yang terdahulu yang dikenalkan tentang keselamatan oleh Yesus. Tetapi, sayangnya kita akan menjadi yang terakhir karena hidup kita tidak mampu ada dalam proses menuju keselamatan itu. Hidup dalam proses menuju keselamatan adalah hidup yang selalu dipimpin oleh Roh Allah sendiri. Hidup akan dipimpin oleh Roh Allah saat manusia sungguh mengasihi Allah karena buah dari mengasihi Allah adalah hidup dalam kebaikan. Hidup dalam kebaikan inilah proses menuju kepada keselamatan. Apakah kita sudah hidup dalam kebaikan? Bukankah selama ini kita lebih banyak hidup dalam kejahatan? Saudaraku, mari hidup untuk mengasihi Allah supaya hidup kita dipimpin oleh Roh Allah dan akhirnya memiliki hidup dalam kebaikan dan mengalami keselamatan. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Renungan 31 Oktober 2019

Inspirasi Bacaan Harian Kamis Pekan Biasa C/XXX

Warta kebaikan dan kasih keselamatan Yesus ternyata banyak ditolak oleh bangsa Yahudi. Bahkan, mereka sungguh ingin melenyapkan dan membunuh-Nya. Benar bahwa Yesus sungguh wafat dibunuh di Yerusalem, seolah Yesus menjadi manusia gagal, pecundang dan memiliki hidup yang sia-sia. Tetapi, apakah warta kebaikan dan kasih keselamatan dari Yesus itu adalah sebuah kegagalan? Tidak, peristiwa itu terjadi justru sebagai penggenapan sabda keselamatan. Paulus menegaskan bahwa kita tidak akan pernah terlepas dari cinta kasih Allah yang ada di dalam Yesus Kristus. Maka, kita pun diharapkan mampu menjadi pewarta kebaikan dan kasih keselamatan di masa kini.

Sayangnya, kita mudah sekali merasa kecewa dan putus asa. Hidup terasa sebagai pecundang dan sia-sia terlebih saat mengalami penolakan. Penolakan membuat kita berhenti berbuat baik, berhenti menjadi pewarta kasih keselamatan. Kita akhirnya sibuk meratapi kegagalan, kegelapan, kehancuran dan kejatuhan dalam hidup kita sampai tidak lagi mampu mengalami cinta kasih Allah. Saudaraku, dikatakan dalam surat Paulus bahwa tidak ada peristiwa mengerikan atau makhluk apapun di dunia ini yang mampu memisahkan kita dari cinta kasih Allah dalam Yesus Kristus. Mari berhenti meratapi dan mengutuki kegagalan diri apalagi sampai putus asa dan menganggap hidup sia-sia karena kita akan menang oleh Dia yang mengasihi kita. Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia

Jangan lupa tersenyum

Jangan lupa berdoa

RDLJ

Leave a Comment