Oleh: RD. Hilarius Salmon & J. Kristanto S, Pr
Pada awal tahun 2022 ini Komisi Seminari KWI berinisiatif untuk menawarkan kursus bagi para Formator dan calon Formator baik yang berkarya di Seminari Menengah (SMP dan SMU), TOR (Tahun Orientasi Rohani), Seminari Tinggi, maupun yang (akan) mendampingi para Aspiran, Postulan, Novis. Patut diapresiasi niat baik dan usaha KOMSEM KWI ini, walau masih dalam situasi Pandemi Covid -19. Pandemi yang semakin surut memberi keberanian untuk menadakan kursus formator ini. Kursus Formator (KF) ini sangat penting bagi para Formator untuk siap diformat terus-menerus sebelum memformat para Seminarisnya.
Mengapa kursus ini sangat penting? Para Formator mesti dibekali dengan berbagai macam ilmu pertama-tama untuk membentuk dirinya agar lebih matang dan dewasa baik secara Manusiawi, Spiritual, Intelektual, Emosional, maupun Pastoral.
Kursus formator sebelumnya terjadi pada tahun 2018, sebelum kasus Covid -19. Pada saat itu waktu kursusnya agak panjang yaitu dilakukan selama enam bulan, karena ada Retret Agug dan live-in di Pondok Pesantren, Wihara, Pura, dan komunitas Kristen lainnya. Atas berbagai pertimbangan, masukan, dan evaluasi kursus sebelumnya terlalu lama, maka tahun ini dibuat selama empat bulan. Karena waktunya empat bulan, maka jadual kegiatannya lebih padat. Kursus sebelumnya dalam waktu satu minggu dilaksanakan selama lima hari yaitu dari hari Senin – Jum’at, sementara hari Sabtu dan Minggu waktu pribadi. KF tahun ini lebih padat materinya, sehingga waktu satu minggu dari Senin – Sabtu terisi, kecuali hari minggu dapat diisi untuk mengerjakan refleksi mingguan dan juga waktu pengendapan materi yang sudah diterima dengan membaca kembali materi kuliah/pertemuan selama sepekan dan buat ringkasan; apa yang didapat bagi diri, nilai-nilai yang ditemukan, apa yang dikembangkan bagi diri dan formandi.
Kursus Formator tahun 2022 ini diadakan dari tanggal 27 Februari – 03 Juli 2022. Peserta yang mengikuti KF 2022 berjumlah 21 orang, dari 14 Keuskupan di Indonesia dan 4 Tarekat Hidup Bakti (rinciannya: 16 Imam Diosesan, 1 Diakon, 2 Imam Tarekat, dan 2 Suster). Hal yang sungguh menarik dan mengesankan dari kursus ini adalah boleh berjumpa dengan teman-teman formator dari seluruh Indonesia, dari Timur sampai Barat sebagai satu saudara, sahabat dan teman sekerja Allah. Suasana komunitas KF 2022 ini sungguh dirasakan bahagia, suka cita, dan gembira. Kami mudah berbagi cerita pengalaman di tempat tugas masing-masing dan saling menimba pengalaman ssehingga memperkaya dan menambah wawasan sebagai formator yang handal secara kognitif, afektif dan konatif. Selain itu, rahmat perjumpaan ini memberi spirit saling mengenal dan mempererat tali persaudaraan sebagai formator dan sekaligus menjadi moment yang sangat berharga bagi kami untuk saling mendukung, meneguhkan, memberi motivasi, serta mendoakan sebagaiorang-orang yang terpanggil.
DAFTAR PESERTA KURSUS FORMATOR PANJANG
(Komisi Seminari KWI,27 Februari – 03 Juli 2022)
NO | NAMA PESERTA | KEUSKUPAN/THB |
1 | RD. Prian Saut Doni Dongan Malau | Padang |
2 | RD. Agustinus Handi Setyanto | Purwokerto |
3 | RD. Emanuel Wahyu Widodo | Malang |
4 | RD. Alexius Dwi Aryanto | Semarang |
5 | RD. Hieronymus Roni Suryo Nugroho | Semarang |
6 | RD. Bernardinus Penta Putra Hennardi | Palangkaraya |
7 | RD. Yosep Kaju | Ketapang |
8 | RD. Silpanus Dalmasius | Samarinda |
9 | RD. Mateus Syukur | Manokwari – Sorong |
10 | RD. Hilarius Salmon | Agats – Asmat |
11 | RD. Melyanus Bidana | Jayapura |
12 | RD. Robby Hodo | Jayapura |
13 | RD. Emanuel da Santo Meo Djogo | Merauke |
14 | RD. Petrus Kanisius | Makassar |
15 | RD. Jifon Motikas | Manado |
16 | Dkn. Kristiano Mokili | Manado |
17 | RD. Petrus Ece Muda | Larantuka |
18 | RP. Adharius Dharmawan, SX | SX Padang |
19 | RP. Thomas Maduwu | OFM.Cap – Nias |
20 | Sr. M. Barbara, OSF | OSF Semarang |
21 | Sr. M. Diana, AK | AK Ungaran |
REGIO JAWA | 4 |
REGIO SUMATRA | 1 |
REGIO KALIMANTAN | 3 |
REGIO MAMPU | 8 |
REGIO NUSRA | 1 |
THB | 4 |
TOTAL | 21 |
Kursus dibuka dengan Misa yang dipimpin oleh Romo VikJend Keuskupan Agung Semarang, Rm. Yohanes Rasul Edy Purwanto, Pr mewakili Ketua Komisi Seminari KWI, Mgr. Robertus Rubiyatmoko (Uskup Agung Semarang). Romo VikJend dalam homilinya menegaskan bahwa KF ini menjadi kesempatan yang baik untuk mengolah dan menata diri sendiri dahulu secara sungguh-sungguh sehingga berguna bagi kematangan diri. Harapannya nanti dapat menjadi formator yang baik, setia, rendah hati, teladan dan bijaksana dalam membina para formandi.
Salah satu sosok yang sangat setia mendampingi, menemani, hadir, dan berjalan bersama kami sebagai seorang bapak tetapi juga sebagai sahabat selama proses kursus ini adalah Rm. Joseph Kristanto, Sekretaris Komisi Seminari KWI. Rm Kris dalam sambutan/pengantar awal membicarakan arah dan perjalanan kursus formator sekaligus mengajak para peserta untuk secara aktif dan disiplin mengikuti seluruh proses selama kursus berjalan. Diharapkan, dengan kedisiplinan, para peserta dapat memperoleh pengetahuan yang memadai tentang formatio dan mampu menghayati serta mengejawantahkannya dalam hidup dan tugas sebagai formator. Para Dosen yang akan membantu kita selama kursus ini sebagian besar dari Fakultas Teologi Wedabhakti (FTW) Yogyakarta. Nantinya, sertifikat KFP akan dikeluarkan oleh Komisi Seminari KWI dan FTW untuk diberikan kepada para peserta yang menyelesaikan KFP ini dengan baik.
Kursus formator tahun ini dilaksanakan di tiga tempat yaitu di Rumah Retret Maria Pangesthi Wening Ambarawa, Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (PPSM), dan terakhir di RPCB Syantikara – Yogyakarta. Proses kegiatannya berlangsung di beberapa tempat karena alasan Covid-19 tetapi juga supaya para peserta kursus tidak merasa jenuh apabila dilakukan hanya di satu tempat saja.
Satu hal yang menarik dari proses ini bahwa ada waktu-waktu tertentu di mana kami mengadakan rekreasi bersama di luar komunitas (outing) dengan melakukan visitasi di beberapa spot/situs rohani milik Keuskupan Agung Semarang seperti Gua Maria Kerep Ambarawa, Gua Maria Sendangsono, selain itu juga kami melakukan visitasi ke Biara Trapis Rawaseneng, Biara Suster – Suster Abdi Kristus – Gedanganak – Ungaran, Wisma Keuskupan dan Katedral Semarang, serta TOR (Tahun Orientasi Rohani) Jangli, dan juga situs sejarah lainnya seperti; Lawang Sewu dan Candi Borobudur.
Program kursus formator ini mengajakkami untuk mengembangkan diri agar mampu hidup optimal dalam anugerah Tuhan dengan memahami anugerah kehidupan melalui kreativitas dalam rangka membangun/memprogram sikap diri dan memprogram sukses diri sehingga hidup ini menjadi lebih bermutu serta bermakna bagi diri dan orang lain. Hidup dapat bermakna bagi orang lain ketika mampu mengembangkan interaksi efektif dan suskes melalui komunikasi.
Pastoral kehadiran dan komunikasi memiliki daya kekuatan yang mengubah dan menyembuhkan. Sebagai formator dan calon formator, nilai yang sangat penting adalah mampu membangun diri sebagai formator dalam komunitas formatio. Formator mampu hadir secara total dan membangun komunikasi yang efektif transformatif bagi pengembangan diri dan juga para formandi.
Arah dan perjalanan kursus ini sangat jelas yaitu pengolahan diri dan On Going Farmation (OGF) untuk membantu kami, para (calon) formator dalam membentuk dan menata diri. Berbagai materi diberikan kepada para peserta, seperti: Teologi Panggilan, Spiritualitas, Psikologi, KHK dan Formatio, Genogram dan Formatio, Pengolahan Seksualitas, Sexual Abuse, Bundaries bagi para calon imam dan Imam (biarawan), Appreciatif Inquiry, serta belajar dari kasus-kasus yang sering terjadi dalam formatio (seminari, novisiat). Formator mesti memiliki kompetensi yang baik dengan mau terus menekuni berbagai ilmu secara komprehensif sehingga mampu menerapkannya dalam proses pembinaan para formandi di rumah-rumah studi.
Akhir kata, saya meminjam kata-kata yang sangat menarik dari Paus Fransiskus, “Kita punya tugas dan tanggung jawab atas anugerah yang kita terima, yaitu: iman yang bersinar dalam diri kita melalui Kristus karena karya Roh Kudus. Hendaknya kita tidak menyimpannya sebagai kekayaan pribadi. Kita dipanggil untuk membuatnya bersinar dan mempersembahkannya kepada sesama melalui karya yang baik”.***