Posted on: 17/06/2021 Posted by: RD Lucius Joko Comments: 0

Bapa Uskup mengadakan kunjungan dan tatap muka dengan para pengelola Sekolah Pertukangan Santo Yosef ATSJ, Rabu (15/6). Disambut para pengurus sekolah, Mgr. Alo menanyakan perkembangan dan keadaan sekolah secara umum.

Dari pihak sekolah, pertemuan dihadiri Kristianus Yamlean (Kris) selaku pimpinan, Emus sebagai guru pengajar, Paul, Humas, Mikel, Keamanan, dan juga Iwal, bagian rumah tangga. Sementara hadirin dari Keuskupan meliputi Mgr. Alo sendiri, didampingi RP Eko, OSC, Pastor Paroki St. Paulus ATSJ, RD Lucius Joko, Ketua Komsos Agats-Asmat, dan Kevin Sanly Putera.

Rapat Mgr. Alo dan rombongan bersama pengurus Sekolah Pertukangan St. Yosef Atsj, Rabu (16/6).

Mengawali penjelasan, Kris menyampaikan perkembangan jumlah peserta didik sampai sekarang. “Ada 6 orang, Suator 1 anak, Senggo 4 anak, dan 1 dari Amanamkai. Dalam perjalanan banyak gangguan. Minat untuk sekolah susah. Khusus untuk anak-anak dari Atjs tidak ada niat menjadi tukang. Terlihat di angkatan pertama dari 20 anak tersisa tinggal 7 anak sebagai angkatan pertama. Untuk saat ini total tinggal 3 orang anak,” tukas Kris di forum. Tiga anak tersebut adalah Yansen Neno dari Suator, Karel dan Donatus dari Senggo.

Dari kiri: Yansen, Karel, Donatus, tiga murid Sekolah Pertukangan St. Yosef Atsj, Rabu (16/6).

Dari kerja praktik, mereka menunjukkan hasil yang cemerlang. Mereka sudah membangun rumah sehat di Kampung Wagi, Awyu dengan luas 45 m². Mereka dapat mengerjakannya sendiri.

Keadaan Sekolah
Kris mengaku, pihak sekolah sementara dihadapkan dengan isu keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia. “Pegawai masuk sesuka hati mereka, kurang bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Gaji dituntut tetapi tanggung jawab tidak dilakukan,” ujar Pak Kris di forum. Hal ini harus segera dituntaskan mengingat pendaftaran tahun ajaran baru akan dibuka 1 Juli mendatang. Masih ada pula persoalan lain seperti kurangnya fasilitas belajar mengajar, terutama untuk praktik. “Generator listrik diperlukan karena Atsj tidak memiliki arus listrik 24 jam. Beberapa alat pertukangan sampai sekarang juga masih menggunakan milik saya pribadi. Ini menjadi kendala ketika saya sendiri mendapat pekerjaan dari luar,” ungkap Kris.

Kristianus Yamlean, Kepala Sekolah Pertukangan St. Yosef Atsj

“Anak Asmat sendiri justru tidak begitu berminat terhadap sekolah pertukangan ini. Mereka kurang sadar pentingnya pendidikan,” tambah Paul selaku Humas Sekolah Pertukangan Atsj.

Menanggapi seluruh masukan, Mgr Alo memutuskan untuk membuka pendaftaran tahun ajaran berikut bagi calon murid di seluruh Asmat. Awalnya, Sekolah Pertukangan St. Yosef ini hanya terbuka bagi anak-anak di wilayah Distrik ATSJ. Selanjutnya, seluruh paroki akan ditawarkan untuk mengirimkan calon siswa kemari. “Harus ada seleksi ketat karena kapasitas hanya 20 murid,” tegas Mgr. Alo. “Mereka harus sehat secara jasmani dan rohani, punya karakter yang baik,” tambahnya.

Semoga kunjungan Bapa Uskup kali ini menjadi warta gembira seraya memunculkan sikap optimis, pengharapan, dan kemajuan untuk Sekolah Pertukangan Santo Yosep ATSJ. Dormom.


Foto & Video: Kevin Sanly Putera

Leave a Comment