SURAT GEMBALA PRAPASKAH USKUP KEUSKUPAN AGATS-ASMAT
Para saudara seiman dalam Tuhan kita Yesus Kristus,-
Damai Tuhan menyertai para saudara dan saudari sekalian,-
Kita mulai memasuki masa Pra Paskah, masa persiapan menyambut Perayaan Paskah, Perayaan misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang mendatangkan keselamatan penebusan bagi kita semua yang percaya kepadaNya. Masa persiapan menyambut Pesta Paskah itu ditandai penerimaan abu yang ditaburkan pada kepala atau dioleskan pada dahi kita dengan mengucapkan kata “Amin “ atas ajakan untuk bertobat dan percaya kepada Injil. Marilah kita membangun sikap tobat kita dengan menepati apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus yakni berdoa, beramal dan berpuasa yang bertujuan pertama-tama bukan
untuk dilihat orang tetapi untuk memupuk semangat cinta kasih kita kepada Tuhan dan sesama. Sambil melaksanakan keutamaan-keutamaan di atas kita diajak merenungkan sebuah tema Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan kita yaitu: “ Memulihkan Kehidupan”. Hidup kita sehari-hari yang ditandai dengan relasi-relasi dengan pelbagai pihak: dengan Tuhan, sesama, diri sendiri dan lingkungan, mengalami luka parah yang membutuhkan penyembuhan dan pemulihan.
Kehidupan kita sehari-hari bercirikan relasional. Satu kehidupan yang bagaikan satu jaring ikan dengan banyak mata (jaring ). Kehidupan yang berjejaring dengan Tuhan, dengan para leluhur, dengan sesama, diri sendiri dan lingkungan hidup kita. Kita diajak untuk merenungkan hubungan-hubungan itu, menjaga, merawat dan memeliharanya. Hubungan yang sudah baik dilanjutkan dan hubungan yang merugikan entah diri kita atau diri yang lain, kita tinggalkan dan perbaiki. Pertobatan kita berupa usaha membangun relasi-relasi itu menjadi SEIMBANG. Hubungan hanya seimbang bila dalam hidup kita ditemukan nilai persaudaraan yang setara, terciptanya keadilan, dan kedamaian. Haruslah kita akui bahwa pada saat ini hubungan-hubungan yang kita lakukan baik secara pribadi maupun secara terstruktur sering tidak mendekatkan satu sama lain tetapi malah menjauhkan, tidak menguntungkan tetapi merugikan bahkan salah satu pihak dikorbankan. Amat sering hubungan kita dengan Tuhan dan sesama bahkan dengan diri sendiri dan lingkungan hidup, menciptakan luka dan derita, bahkan membawa kepada bencana yang membawa derita bagi banyak orang. Pertengkaran antara suami-isteri dalam keluarga, perselisihan yang berujung dengan kekerasan yang terjadi dalam hidup masyarakat; Konflik-konflik rebutan kepentingan; dlsb merupakan contoh-contoh sebuah relasi satu sama lain yang saling menjauhkan dan bukan mendekatkan dan mempersatukan sebagai saudara.
Sikap dan kelakuan yang mesti kita bangun mengarah kepada apa yang namanya keseimbangan. Keseimbangan dalam relasi. Bapak Yuvent Biakai tokoh budaya
Asmat kita, berkali-kali dalam pelbagai kesempatan menyatakan pentingnya kita hidup menjaga keseimbangan dalam relasi dengan Tuhan dengan para leluhur, sesama, diri sendiri dan alam ciptaan lain. Asanakat. Keseimbangan itu akan dirasakan manfaatnya bagi siapa saja. Sebuah keserasian satu sama lain dalam perjalanan bersama. Masing-masing tinggal dalam kedudukan dan peranannya dan tidak ada yang merasa dirugikan. Semuanya kerasan tinggal dalam keseimbangan hidup bersama itu. Keseimbangan hidup bersama dengan yang lain tidak berarti membangun keseragaman. Semua kadang dipaksakan agar semua sama. Keseimbangan tetap dimungkinkan adanya perbedaan-perbedaan di antara kita. Perbedaan itu tidak memisahkan dan menjauhkan satu sama lain tetapi bisa dikomunikasikan dengan baik dan didengarkan dengan hati terbuka. Perbedaan membuka dialog damai satu sama lain.
Para saudara kita prihatin betapa masih banyak keluarga-keluarga di mana suami-isteri sering bertengkar dan berselisih, bahkan terjadi kekerasan. Kita prihatin menyaksikan anak-anak yang tidak mengalami kasih dari orangtua mereka akibat mereka sering berselisih bahkan melakukan tindak kekerasan di hadapan anak-anak. Kita prihatin menyaksikan sejumlah orang muda yang mabuk-mabuk di jalan gara-gara minuman beralkohol yang menyenangkan sebentar, tetapi merugikan Kesehatan mereka dan punya pengaruh dalam hidup berkeluarga dan masyarakat.
Kita turut prihatin di sejumlah daerah kita terjadi konflik dan kekerasan. Berkali-kali kita mendengar berita terjadinya penembakan dan pembunuhan dengan alasan keamanan, dengan alasan pembalasan, dengan alasan luhur yang lain. Tindakan-tindakan seperti itu tidak bisa dibenarkan dengan alasan apa pun karena amat menggoncangkan keseimbangan hidup bersama dalam masyarakat. Hubungan kekerasan itu menjauhkan hidup bersaudara,semakin menyalakan kebencian dan akhirnya melanggengkan permusuhan. Suasana seperti itu tidak menerbitkan pengharapan dan sukacita, sebaliknya menciptakan ketakutan bagi masyarakat biasa. Mereka harus berlelah-lelah pergi mengungsi meninggalkan kampung halaman kebun dan dusunnya yang dijadikan ajang perang, mencari tempat-tempat yang relatif aman tetapi harus bekerja keras mempertahankan hidup mereka.
Para saudara dan saudari terkasih. Para leluhur Asmat kita mewariskan sebuah pandangan hidup: Ja Asamanam Ap Camar. Membangun hidup dalam Keseimbangan. Sebuah keharmonisan terus menerus: baik masa lampau, sekarang dan masa depan harus berkesinambungan. Tuhan Yesus memberi kata kunci untuk membuka hidup baru dalam keserasian dengan yang lain. Kata kunci itu adalah KASIH. Hanya dengan KASIH kita bisa membangun hidup bersama dalam harmoni. Bukan dengan kebencian, kekerasan, ketamakan, kerakusan kita bisa membangun hidup bersama, tetapi dengan semangat KASIH. Dengan kepedulian dan semangat saling melayani. Kasih itu pertama-tama memberi dan bukan mengambil untuk diri sendiri.
Sekali lagi budaya leluhur kita mengajak kita semua untuk belajar menjadi seperti SEYBENAKIPITS, seorang yang diberi kepercayaan membagi makanan di rumah adat kita. Seorang yang punya kemurahan hati, tanggap dan peka siapa yang harus diberi dan bukan orang yang mendahulukan kepentingan diri sendiri.
Marilah dalam masa pra paskah ini, dengan bantuan rahmat Tuhan kita membentuk diri kita dari hati keras bagaikan batu menjadi hati yang lembut, dari hati yang tertutup menjadi hati yang peka, hati yang diliputi oleh belas kasih. Hanya dengan demikian kita bisa berjalan bersama menuju ASANAKAT, hidup bersaudara dan berkeadilan. Tuhan memberkati kita semua.
Selamat memasuki masa Pra Paska. Tuhan memberkati kita semua.
Rabu Abu, 2 Maret 2022
Uskup Keuskupan Agats
Mgr. Aloysius Murwito OFM
.