Posted on: 08/03/2022 Posted by: RD Lorenz Kupea Comments: 0

Paus Fransiskus selama Angelus pada Minggu, 6 Maret 2022 mengajukan banding terhadap serangan Rusia yang “menabur kematian, kehancuran dan kesengsaraan”. Paus juga menyatakan penolakan atas istilah “operasi militer” yang digunakan Rusia untuk menyebut invasinya terhadap Ukraina. Menurutnya, Ukraina dihantam perang dan bukan operasi militer dan mendesak agar pertempuran segera dihentikan. “Di Ukraina, sungai darah dan air mata sedang mengalir. Ini bukan hanya operasi militer tetapi perang yang menabur kematian, kehancuran dan kesengsaraan,” kata paus dalam khotbah mingguannya di Lapangan Santo Petrus, dilansir dari Channel News Asia, Senin, 7 Maret 2022.
Paus kembali menyerukan perdamaian, penciptaan koridor kemanusiaan dan dilanjutkannya negosiasi. Sekali lagi Paus memohon agar “serangan bersenjata dihentikan” karena jelas bahwa kita berbicara tentang perang agresi, dimana ada yang menyerang dan ada yang membela diri. Dan dimana ada orang yang membayar konsekuensi yang mengerikan: kematian, penderitaan, keluarga yang terpecah, jutaan pengungsi. “Di negara martir itu, kebutuhan akan bantuan kemanusiaan semakin bertambah setiap jam,” ucap paus. “Perang adalah kegilaan, tolong berhenti,” tegasnya.
Sehari setelah Rusia melancarkan invasi, Paus Fransiskus mengunjungi kedutaan Rusia untuk menyampaikan kekhawatirannya. Aksi Paus ini merupakan penyimpangan protokol diplomatik yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Rusia mengaku operasi militernya tidak bertujuan untuk mengambil alih kekuasaan di Ukraina, tapi untuk menghancurkan kemampuan militer Ukraina dan menangkap “nasionalis yang berbahaya”.
Terlihat banyak orang berkumpul di depan Basilika Santo Petrus untuk mendengarkan khotbah paus kali ini. Beberapa diantaranya memegang bendera perdamaian, juga bendera biru-kuning Ukraina.
“Takhta Suci bersedia melakukan segalanya untuk menempatkan dirinya dalam pelayanan perdamaian,” kata Paus.
Dalam kesempatan itu, paus pun mengatakan bahwa dua kardinal Katolik Roma telah pergi ke Ukraina untuk membantu mereka yang membutuhkan, yakni Konrad Krajewski dari Polandia dan Michael Czerny dari Kanada. Duta Besar Ukraina untuk Vatikan, Andriy Yurash, mengatakan dirinya “sangat, sangat senang” mengetahui paus menyebut konflik di Ukraina sebagai sebuah perang.
“Walau sang Paus tidak menyebut kata ‘Rusia’, semua orang di dunia mengetahui siapa penyerang yang menginvasi kami dan siapa yang memulai perang tak beralasan ini,” kata Yurash.
Paus juga mengucapkan terima kasih kepada wartawan yang mempertaruhkan hidup mereka untuk meliput pertempuran yang berlangsung, demi melaporkan kekejaman dan penderitaan yang dialami masyarakat di Ukraina. *(Dirangkum dari berbagai sumber)

Leave a Comment