
Mgr. Aloysius Murwito,OFM – Uskup Keuskupan Agats
Saudara dan saudari yang seiman dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Hari ini kita memasuki masa persiapan diri menyongsong perayaan misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan, yang membawa kita semua kepada penebusan dari belenggu dosa dan turut serta dalam keselamatan yang dikerjakan Kristus.
Kita menandai diri kita dengan menerima abu yang dioleskan pada dahi kita, sebagai tanda pengakuan diri bahwa kita orang yang lemah dan rapuh. Makhluk yang diciptakan dari abu/tanah dan akan kembali menjadi tanah. Kita orang yang membutuhkan bantuan Rahmat Tuhan agar supaya mampu memperoleh daya hidup Ilahi. Selama 40 hari mendatang kita sediakan waktu untuk membaharui hidup kita dengan menekuni hidup doa dengan mempraktekan perintah cintakasih.
Secara khusus kita mau membangun hidup pertobatan dengan memusatkan perhatiaan kita pada apa yang disebut dengan pertobatan ekologis. Kita ingin membaharui hidup kita secara khusus dalam hubungan kita dengan lingkungan hidup kita. Pertobatan ternyata bukan saja menata kembali hubungan kita dengan Tuhan dan dengan saudara dan saudari kita tetapi juga dengan lingkungan hidup di mana kita tinggal dan berelasi dengannya.

Bila kita mengamati apa yang terjadi di sekitar hidup kita, muncullah pelbagai kejadian yang menimpa hidup manusia dan merupakan bencana kehidupan. Misalnya, tanah longsor, banjir besar yang mengancam tempat pemukiman, udara kotor yang mengandung pelbagai virus penyakit, kekeringan akibat kemarau panjang, punahnya pelbagai makhluk satwa, Kita lihat beberapa tempat tinggal pemukiman yang kumuh penuh dengan sampah dimana-mana, pelbagai situasi lingkungan hidup ini adalah masalah-masalah yang muncul berhubungan dengan lingkungan hidup dan mengancam kehidupan baik manusia maupun mahluk lain yang tinggal di sekitar kita. Pelbagai masalah yang membawa penderitaan ini sering disebabkan oleh perbuatan dan ulah manusia. Sikap dan perbuatan manusia yang sering sewenang-wenang dan tanpa pikir panjang ini menyebabkan lingkungan hidup terganggu dan mengancam hidup manusia.
Perbuatan dosa ekologis adalah perbuatan yang sewenang-wenang terhadap lingkuan hidup dengan segala isinya. Sikap dan perbuatan yang sering bertujuan untuk mencari keuntungan semata sering bersifat merusak lingkungan hidup dan menggoncangkan tatanan alam semesta. Misalnya pembabatan kayu besi atau kayu gaharu yang tanpa berpikir penanaman kembali, berburu binatang hutan sampai habis dan tidak ada sisa lagi, memanfaat lahan-lahan tanah untuk pembanguan yang mengakibatkan tanah longsor dan banjir, dan masih ada contah-contoh lainnya.
Sikap manusia yang cenderung tidak menghargai dan menaruh rasa tidak hormat kepada ciptaan-ciptaan lain seperti disebutkan pada contoh-contoh di atas menyebabkan kegoncangan-kegoncangan dalam hubungan hidup manusia dengan lingkungannya. Kegoncangan itu membawa kerusakan lingkungan dan penderitaan manusia.
Kesadaran untuk membangun lingkungan hidup yang lebih baik inilah yang menjadi pesan permenungan PraPaskah ini. Setiap orang diajak memberikan sumbangan baik secara pribadi maupun bersama untuk memulihkan lingkungan hidup yang telah dicemari dan dirusak oleh perbuatan manusia. Gerakan-gerakan seperti menanam kembali pohon, memisahkan sampah plastik dan sampah yang lain, membuang sampah di tempat-tempat yang telah disediakan, menghentikan kebiasaan buruk berburu burung apa saja, menyiapkan lahan-lahan yang bisa ditanami sayur-mayur, menanam kembali pohon sagu dan kayu gaharu adalah contoh-contoh memulihkan kembali lingkungan hidup yang telah rusak.
Kita diajak untuk mengubah sikap-sikap yang hanya memandang lingkungan dengan segala isinya sebagai barang konsumsi yang bisa memuaskan kebutuhan manusia, menuju sikap menghargai dan menghormati terhadap ciptaan-ciptaan lain. Memang Tuhan bersabda kepada manusia untuk menundukkan bumi dan segala isinya, tetapi tidak berarti bertindak sewenang-wenang berdasarkan keinginan hati semata.
Para saudara terkasih, marilah dalam masa praPaskah ini baik secara perorangan maupun bersama membangun suatu gerakan pertobatan ekologis ini. Carilah usaha-usaha nyata di pekarangan rumah, di perkampungan, di pekarangan sekolah, yang sifatnya memperbaiki keadaan lingkungan sedemikain sehingga tercipta lingkungan yang bersih, yang ditanami pelbagai tanaman yang berguna, yang bebas dari kotoran sampah, dan lain sebagainya.
Maka di hadapan Tuhan Allah Sang Pencipta, kita bersama semesta alam dengan segala isinya dapat memuji dan memuliakan Dia.