Posted on: 06/08/2025 Posted by: Petrus Letsoin Comments: 0

“Aku mengasihi-Mu, ya Tuhanku, dan satu-satunya keinginanku adalah mengasihi-Mu hingga nafas terakhir hidupku.”
Santo Yohanes Maria Vianey.

KOMSOS – Hari ini, keluarga besar Unio Keuskupan Agats bersatu dalam doa dan rasa syukur memperingati pesta pelindung para imam, Santo Yohanes Maria Vianey. Seorang imam sederhana dari Ars yang dikenal karena kesucian dan ketaannya. Keteladanannya tetap menggema kuat, mengundang para imam untuk merenung, memperbarui panggilan, dan kembali pada sumber utama kehidupan imamat: kasih yang total kepada Allah dan umat-Nya.

Dalam homilinya, Pastor Hillario Salmon, Sekretaris Jenderal Keuskupan Agats, mengangkat pesan mendalam dari bacaan Injil serta teladan hidup Vianey. Ia mengajak kita untuk bercermin pada sabda hari ini, saat Petrus berkata, “Tuhan, baiklah kita tinggal di sini dan mendirikan tiga kemah.” Sebuah ungkapan yang mewakili kerinduan manusia untuk bertahan di puncak kemuliaan, jauh dari perjuangan dan penderitaan di dunia nyata.

Namun, panggilan seorang imam sejati bukanlah untuk berdiam di gunung kemuliaan, melainkan turun dari gunung seperti Kristus dan berjalan menuju salib. Kita dipanggil untuk hadir di lembah kehidupan, di tempat-tempat yang sunyi, terpencil, dan penuh tantangan. Justru di sanalah terang Kristus sungguh dibutuhkan.

Santo Yohanes Maria Vianey tidak melayani di tempat yang nyaman dan bergengsi. Ia tinggal dan berkarya di Ars, sebuah desa kecil yang nyaris terlupakan.

Namun dari tempat yang tersembunyi itu, kemuliaan Allah bersinar lewat hidupnya yang setia dalam doa, pelayanan Sakramen Tobat yang tanpa lelah, keheningan yang penuh makna, dan kasih yang tak pernah padam bagi umatnya.

Hari ini kita diundang untuk bertanya dalam hati:
Apakah kita siap, seperti Vianey, untuk setia di tempat yang sunyi dan terpencil?
Untuk mengasihi umat yang dipercayakan kepada kita, bukan karena mereka mudah dikasihi, tetapi karena kita sendiri telah terlebih dahulu dikasihi oleh Tuhan?

Syukur hari ini adalah sebuah permenungan mendalam:

*Sudahkah kita hidup dalam kesederhanaan dan kerendahan hati seperti Vianey?

*Sudahkah doa dan Sakramen menjadi pusat dari pelayanan kita?

*Apakah kehadiran kita membawa sukacita, penghiburan, dan harapan bagi umat?

*Apakah kita bersedia berjalan bersama saudara-saudari seimamat, dalam kelemahan dan kerentanan, sebagai sahabat seperjalanan menuju kekudusan?

Maria, Bunda Para Imam, yang juga membimbing Vianey, kiranya menuntun langkah kita. Dalam segala keterbatasan dan kelemahan, kita diingatkan: kita dipanggil bukan karena hebat, tetapi karena dikasihi. Dan hanya dengan kasih yang terus-menerus diperbarui, kita mampu mengasihi hingga nafas terakhir.

Mari kita berguru pada Vianey:
Dalam kesetiaan yang sederhana,
Dalam pelayanan yang tersembunyi,
Dalam cinta yang nyata dan tanpa syarat.

Semoga perayaan ini menjadi titik tolak baru, bukan hanya untuk bersyukur karena telah sampai sejauh ini, tetapi juga untuk terus memilih berjalan… melangkah… dan mencintai… bersama Tuhan sampai akhir.

Selamat Merayakan Pesta Pelindung Para Imam!
Semoga Santo Yohanes Maria Vianey mendoakan kita semua.

Leave a Comment