Posted on: 26/12/2020 Posted by: RD Lucius Joko Comments: 0
Paroki St. Petrus Ewer

Semangat Pagi dari Timur Indonesia

Pesta St. Stefanus, Martir

“Dan kamu akan dibenci oleh semua orang karena nama-Ku, tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat,” menjadi kalimat penutup Injil hari ini, adalah gambaran bahwa menjadi murid Kristus dan bersaksi tentang kebenaran iman membutuhkan pengorbanan, bahkan nyawa. Siap untuk ditinggalkan, siap untuk dijauhi, siap untuk ditolak, siap untuk diasingkan, siap untuk mengalami penderitaan, bahkan siap saat nyawa harus menjadi taruhannya. Ini pun situasi yang dialami oleh Santo Stefanus, martir pertama. Ia harus dirajam hanya karena bersaksi tentang kebenaran iman akan Kristus. Inilah kemartiran pada zaman itu. Bagaimana dengan kemartiran kita pada zaman ini? Selalu mampu dan beranikah kita menjadi saksi kebenaran iman akan Kristus?

Kita juga dipanggil dan diutus untuk menjadi martir-martir kekinian. Saat kehidupan sudah jauh dari kebaikan dan kebenaran akan iman, hendaknya kita menjadi garda terdepan yang selalu terus memberikan kesaksian. Bukan dengan cara berbicara lantang bahkan kasar tentang Kristus atau menampakkan atribut-atribut kekatolikan kita di jalan-jalan, melainkan dengan cara menjadikan hidup sebagai saksi-saksi dari buah kebenaran iman akan Kristus. Di saat hidup dalam kasih dan persaudaraan sudah mati dan hancur, kitalah yang seharusnya menghidupkan dan membangun kembali hidup dalam persekutuan cinta. Di saat damai, saling menghormati dan toleransi dalam persaudaraan semakin terkikis dan hilang, kita mulai untuk menampilkan kerukunan dan indahnya toleransi. Di saat hidup dipenuhi dengan semakin merajalelanya amarah dan kebencian, saling menghina, mencaci dan menghujat satu sama lain, di saat itulah kita hendaknya mengubahnya menjadi hidup yang penuh cinta dan ketulusan untuk saling menghormati, saling menguatkan dan meneguhkan. Kemartiran terjadi saat kebenaran akan iman terwujud dalam hidup kita sehari-hari.

Tuhan memberkati.

Jangan lupa bahagia
Jangan lupa tersenyum
Jangan lupa berdoa

RDLJ

Leave a Comment