Posted on: 17/03/2023 Posted by: RD Lorenz Kupea Comments: 0

Saudara-saudari seiman yang terkasih.

Tanpa   terasa kita  akan   memasuki  masa  Prapaskah. Sebuah masa  yang  penuh rahmat  di  mana  kita  diajak   mempersiapkan  diri  untuk   menyongsong  perayaan paskah,  perayaan kebangkitan  Yesus  yang  mulia.  Saya  mengajak  segenap umat beriman di keuskupan kita ini untuk secara pribadi maupun bersama mengikuti jalan Tuhan  Yesus yang  menempuh jalan  salib untuk  menuju  kepada kemuliaanNya dan membawa kita kepada keselamatan. Jalan penderitaan salib adalah jalan yang tidak mudah, bahkan terkadang sulit dimengerti dan  dipahami sebagaimana yang dialami oleh  murid-murid Tuhan  Yesus yang  pertama. Kecenderungan yang  sama juga kuat pada  diri  kita   masing-masing.  Tetapi   itulah   jalan   yang   ditempuh  Tuhan   yang bersabda kepada para  muridnya:  “ Setiap  orang  yang  mau  mengikuti Aku, Ia harus menyangkal dirinya, memikul  salibnya daan mengikut Aku ”  ( Mat.  16: 24  ). Jalan menuju  keselamatan dan kebahagiaan menuntut dari diri kita tindakan kasih pengurbanan.

Masa  Prapaskah  adalah  kesempatan  bagi   kita   semua  memberi  waktu   dalam kesibukan keseharian hidup  untuk  mendengarkan sabda  Tuhan.  Tuhan  bersabda kepada murid-muridNya dan  kepada kita  semua: “Inilah Putera-Ku yang  terkasih, dengarkanlah Dia” ( Mat 17: 5 ). Sabda Bapa itu disampaikan pada peristiwa “transfigurasi” yang akan  kita dengar pada bacaan Injil minggu  ke-II masa Prapaskah ini. Kita diajak untuk  mendengarkan Sabda PuteraNya Yesus Kristus. Mendengarkan suara atau  sabda Tuhan Yesus bisa dilakukan  melalui berbagai macam cara.

Ada  beberapa cara  yang  bisa dilakukan  untuk  mendengar sabda Tuhan; Pertama, melalui  bacaan-bacaan liturgi pada hari minggu  ataupun pada hari-hari biasa, setiap kali  Sabda itu  dibacakan,  kita  diajak  untuk  mendengarkan dengan saksama  dan merenungkan  apa   yang  kiraNya  Tuhan   sampaikan  kepada kita.    Bacaan-bacaan Sabda Tuhan itu, selain dapat kita dengarkan secara langsung dalam perayaan liturgi, juga   bisa  kita  temukan  melalui   media   online   berupa  aplikasi  yang   membantu kebutuhan rohani  kita,  atau  buku-buku  rohani  yang  sekarang banyak beredar dan menjadi pegangan umat  beriman. Kedua, kita  mendengarkan suara Tuhan  melalui perhatian   dan    kepedulian   kita   terhadap  saudara-saudari   yang   membutuhkan perhatian dan  kepedulian kita.   Tuhan  Yesus menyamakan diriNya dengan mereka yang  membutuhkan bantuan:  melalui  mereka yang  haus, lapar, telanjang, dan  yang berada dalam keterasingan (bdk  Mat  25:  34  – 40  )  Sikap  kita  terhadap mereka menunjukkan  sikap  kita  terhadap Tuhan  sendiri.  Pengumpulan  dana Aksi  Puasa Pembangunan  (  APP  )  merupakan  ajakan  kepada  kita  semua  untuk mewujudnyatakan perjumpaan kita  lewat  Tuhan  dan  sesama. Hasil pengumpulan dana yang kita peroleh akan diteruskan kepada sesama kita yang membutuhkan.

Cara   ketiga   untuk   mendengarkan  Sabda  Tuhan   ialah   kepedulian  kita  terhadap lingkungan  (bdk.   Mrk  16:15).   Lingkungan  alam   semesta  yang   kita  diami,  juga ditempati oleh  makhluk-makhluk lain selain manusia juga  binatang, burung-burung dan  tanaman dengan pelbagai jenisnya, juga alam  semesta lainnya: bumi, air, udara, matahari,  dlsb.  Semua  diciptakan  Tuhan   dan   baik   adanya.    Kita  diajak   untuk membangun hubungan yang  harmoni dengan sesama dan  setiap makhluk  ciptaan sebagai  saudara dan  saudari,  bukan  sebagai  obyek  dan  kita  sebagai  subyek yang mau     menguasai  dan   menggunakannya  seturut    selera  kita  sendiri.  Jika  cara demikian terjadi, maka  tentu  melahirkan sikap merusak, dan   menghancurkan tata kehidupan alam   yang  diciptakan Tuhan.      Ada  berbagai macam sikap kita  yang menunjukkan Tindakan semena-mena terhadap lingkungan, misalnya: membuang sampah  tidak   pada  tempatnya,  sehingga  menutup  kemungkinan  tanah menumbuhkab tetumbuhan dan  mematikan sejumlah mahluk  kehidupan. Atau menebang pohon  begitu  saja tanpa memikirkan untuk menanam kembali.

Sudah   beberapa tahun   terkhir  ini,  Konferensi  Waligereja   Indonesia  (KWI)  melalui Komisi PSE  baik  di tingkat  Konferensi maupun Keuskupan mengajak kita  semua untuk   melakukan  apa   yang   disebut  sebagai  “pertobatan  ekologis”.  Pertobatan dilakukan  dengan perubahan sikap dan  tindakan yang  berkaitan dengan lingkungan hidup  dimana  kita  tinggal.   Perubahan itu  adalah  dari  sikap  yang  merusak  untuk kepentingan pribadi atau  kelompok semata menuju  kepada sikap membangun, melestarikan, dan  membangun alam  lingkungan demi  kebahagiaan bersama. Maka pada  kesempatan  ini,  saya  mengajak  segenap umat   untuk   memperhatikan  dan membangun lingkungan hidup  kita  yang  lebih  ramah, lebih  nyaman bagi  segenap makhluk,    seperti:    tidak    membuang  sampah   plastik    di   sembarang   tempat,

memberdayakan  pekarangan  rumah    menjadi  sebuah  kebun   sayur-mayur  yang memberi hidup, menciptakan ruang  udara yang  segar, maka  perlu  dibangun rumah yang   sehat  dengan  sirkulasi   udara  yang   baik,   menanam  pohon-pohon   yang berjangka panjang seperti jenis kayu  besi, kayu  gaharu dan  jenis pohon  lain yang berguna untuk melestarikan alam  dan memenuhi kebutuhan kita di  masa depan.

Paus Fransiskus  dalam  tahun-tahun  terakhir   ini melalui  dokumen pengajarannya “ Laudato Si” mengajak kita semua untuk merawat dan mengembangkan lingkungan alam  kita yang telah  rusak akibat  ulah kita.  Kita boleh  saja menggunakan semuanya untuk kesejahteraan, tetapi tidak menghabiskan atau  merusaknya.

Marilah  kita  lakukan  pertobatan pada masa Prapaskah ini dengan mendengarkan Sabda Tuhan  secara lebih mendalam melalui  beberapa cara  di atas, disertai dengan doa   memohon  rahmat  Tuhan.   Dengan   bantuan  rahmat  Tuhan   kita   berupaya membangun rasa setia-kawan dengan  mereka yang membutuhkan uluran kasih kita dan merawat serta memelihara lingkungan hidup kita dengan tindakan-tindakan yang nyata.

Selamat memasuki masa prapaskah 2023 dengan berkat  Tuhan.

Agats, 21 Pebruari 2023

Uskup Keuskupan Agats-Asmat

Mgr. Aloysius Murwito OFM

Sumber Inspirasi :

1.  Surat Gembala Prapaskah Paus Fransiskus tahun  2023

2.  Bahan Pendalaman Iman APP Keuskupan Agats 2023

PERATURAN PANTANG DAN PUASA 2023

KEUSKUPAN AGATS

Tema  : Peran Serta  Kita dalam Mewujudkan Kesejahteraan Bersama.

Masa Prapaska/Masa Pantang dan  Puasa dimulai  pada hari  rabu  tgl  22  Februari hingga   kamis  6  April 2023.   Dalam  masa  Prapaska ini  kita  semua diajak  untuk merenungkan pengalaman hidup  kita, melakukan pembaharuan hidup  agar  semakin setia   mengikuti   Kristus.   Dalam   rangka  pembaharuan   hidup   beriman,   Gereja mengajak kita untuk memperhatikan beberapa ketentuan berikut ini:

1.  Kita diwajibkan  berpantang dan  berpuasa pada hari rabu  abu  tgl 22 Februari dan  pada hari Jumat Suci tgl 7 April 2023, sedang hari-hari Jumat yang  lain pada masa Prapaska berpantang saja.

2.  Yang diwajibkan  berpuasa menurut Hukum  Gereja  adalah orang  Katolik yang sudah dewasa,  mulai  dari  usia  18  tahun-  60  tahun. ( KHK Kanon  1252  dan Kanon 97 & 1 ).

3.  Puasa artinya makan kenyang satu kali sehari.

4.  Yang diwajibkan  berpantang adalah  mereka yang  berumur 14 tahun  ke atas

( KHK 1252 ).

5.  Pantang yang dimaksudkan di sini adalah : tiap keluarga atau  kelompok atau perorangan memilih  dan  menentukan sendiri, misalnya berpantang daging, berpantang tidak merokok, tidak jajan, dlsb.

6.  Bagi mereka yang tidak terikat  wajib pantang dan puasa, hendaknya orang  tua dan tokoh umat  membina sikap tobat dan iman mereka.

Untuk   memaknai  masa  pertobatan  ini  marilah   kita   memperbaiki  kelakuan- kelakuan kita: rajin berdoa, mengikuti ibadat pada hari minggu  di Gereja, semakin peduli  kepada sesama,  meninggalkan  kebiasaan-kebiasaan  yang  dapat mengganggu diri sendiri maupun sesame  seperti mabuk-mabukan, melakukan tindakan kekerasan, dlsb. Semoga masa  pertobatan  ini  mengantar  kita  semua  untuk   semakin  pantas merayakan Paska  sumber  keselamatan  kita.  Tuhan   memberkati  kita  semua. Dormomo.

Agats, 21 Februari  2023

Mgr. Aloysius Murwito OFM Uskup Agats

Leave a Comment