Saudara-saudari seiman yang terkasih.
Tanpa terasa kita akan memasuki masa Prapaskah. Sebuah masa yang penuh rahmat di mana kita diajak mempersiapkan diri untuk menyongsong perayaan paskah, perayaan kebangkitan Yesus yang mulia. Saya mengajak segenap umat beriman di keuskupan kita ini untuk secara pribadi maupun bersama mengikuti jalan Tuhan Yesus yang menempuh jalan salib untuk menuju kepada kemuliaanNya dan membawa kita kepada keselamatan. Jalan penderitaan salib adalah jalan yang tidak mudah, bahkan terkadang sulit dimengerti dan dipahami sebagaimana yang dialami oleh murid-murid Tuhan Yesus yang pertama. Kecenderungan yang sama juga kuat pada diri kita masing-masing. Tetapi itulah jalan yang ditempuh Tuhan yang bersabda kepada para muridnya: “ Setiap orang yang mau mengikuti Aku, Ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya daan mengikut Aku ” ( Mat. 16: 24 ). Jalan menuju keselamatan dan kebahagiaan menuntut dari diri kita tindakan kasih pengurbanan.
Masa Prapaskah adalah kesempatan bagi kita semua memberi waktu dalam kesibukan keseharian hidup untuk mendengarkan sabda Tuhan. Tuhan bersabda kepada murid-muridNya dan kepada kita semua: “Inilah Putera-Ku yang terkasih, dengarkanlah Dia” ( Mat 17: 5 ). Sabda Bapa itu disampaikan pada peristiwa “transfigurasi” yang akan kita dengar pada bacaan Injil minggu ke-II masa Prapaskah ini. Kita diajak untuk mendengarkan Sabda PuteraNya Yesus Kristus. Mendengarkan suara atau sabda Tuhan Yesus bisa dilakukan melalui berbagai macam cara.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendengar sabda Tuhan; Pertama, melalui bacaan-bacaan liturgi pada hari minggu ataupun pada hari-hari biasa, setiap kali Sabda itu dibacakan, kita diajak untuk mendengarkan dengan saksama dan merenungkan apa yang kiraNya Tuhan sampaikan kepada kita. Bacaan-bacaan Sabda Tuhan itu, selain dapat kita dengarkan secara langsung dalam perayaan liturgi, juga bisa kita temukan melalui media online berupa aplikasi yang membantu kebutuhan rohani kita, atau buku-buku rohani yang sekarang banyak beredar dan menjadi pegangan umat beriman. Kedua, kita mendengarkan suara Tuhan melalui perhatian dan kepedulian kita terhadap saudara-saudari yang membutuhkan perhatian dan kepedulian kita. Tuhan Yesus menyamakan diriNya dengan mereka yang membutuhkan bantuan: melalui mereka yang haus, lapar, telanjang, dan yang berada dalam keterasingan (bdk Mat 25: 34 – 40 ) Sikap kita terhadap mereka menunjukkan sikap kita terhadap Tuhan sendiri. Pengumpulan dana Aksi Puasa Pembangunan ( APP ) merupakan ajakan kepada kita semua untuk mewujudnyatakan perjumpaan kita lewat Tuhan dan sesama. Hasil pengumpulan dana yang kita peroleh akan diteruskan kepada sesama kita yang membutuhkan.
Cara ketiga untuk mendengarkan Sabda Tuhan ialah kepedulian kita terhadap lingkungan (bdk. Mrk 16:15). Lingkungan alam semesta yang kita diami, juga ditempati oleh makhluk-makhluk lain selain manusia juga binatang, burung-burung dan tanaman dengan pelbagai jenisnya, juga alam semesta lainnya: bumi, air, udara, matahari, dlsb. Semua diciptakan Tuhan dan baik adanya. Kita diajak untuk membangun hubungan yang harmoni dengan sesama dan setiap makhluk ciptaan sebagai saudara dan saudari, bukan sebagai obyek dan kita sebagai subyek yang mau menguasai dan menggunakannya seturut selera kita sendiri. Jika cara demikian terjadi, maka tentu melahirkan sikap merusak, dan menghancurkan tata kehidupan alam yang diciptakan Tuhan. Ada berbagai macam sikap kita yang menunjukkan Tindakan semena-mena terhadap lingkungan, misalnya: membuang sampah tidak pada tempatnya, sehingga menutup kemungkinan tanah menumbuhkab tetumbuhan dan mematikan sejumlah mahluk kehidupan. Atau menebang pohon begitu saja tanpa memikirkan untuk menanam kembali.
Sudah beberapa tahun terkhir ini, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) melalui Komisi PSE baik di tingkat Konferensi maupun Keuskupan mengajak kita semua untuk melakukan apa yang disebut sebagai “pertobatan ekologis”. Pertobatan dilakukan dengan perubahan sikap dan tindakan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dimana kita tinggal. Perubahan itu adalah dari sikap yang merusak untuk kepentingan pribadi atau kelompok semata menuju kepada sikap membangun, melestarikan, dan membangun alam lingkungan demi kebahagiaan bersama. Maka pada kesempatan ini, saya mengajak segenap umat untuk memperhatikan dan membangun lingkungan hidup kita yang lebih ramah, lebih nyaman bagi segenap makhluk, seperti: tidak membuang sampah plastik di sembarang tempat,
memberdayakan pekarangan rumah menjadi sebuah kebun sayur-mayur yang memberi hidup, menciptakan ruang udara yang segar, maka perlu dibangun rumah yang sehat dengan sirkulasi udara yang baik, menanam pohon-pohon yang berjangka panjang seperti jenis kayu besi, kayu gaharu dan jenis pohon lain yang berguna untuk melestarikan alam dan memenuhi kebutuhan kita di masa depan.
Paus Fransiskus dalam tahun-tahun terakhir ini melalui dokumen pengajarannya “ Laudato Si” mengajak kita semua untuk merawat dan mengembangkan lingkungan alam kita yang telah rusak akibat ulah kita. Kita boleh saja menggunakan semuanya untuk kesejahteraan, tetapi tidak menghabiskan atau merusaknya.
Marilah kita lakukan pertobatan pada masa Prapaskah ini dengan mendengarkan Sabda Tuhan secara lebih mendalam melalui beberapa cara di atas, disertai dengan doa memohon rahmat Tuhan. Dengan bantuan rahmat Tuhan kita berupaya membangun rasa setia-kawan dengan mereka yang membutuhkan uluran kasih kita dan merawat serta memelihara lingkungan hidup kita dengan tindakan-tindakan yang nyata.
Selamat memasuki masa prapaskah 2023 dengan berkat Tuhan.
Agats, 21 Pebruari 2023
Uskup Keuskupan Agats-Asmat
Mgr. Aloysius Murwito OFM
Sumber Inspirasi :
1. Surat Gembala Prapaskah Paus Fransiskus tahun 2023
2. Bahan Pendalaman Iman APP Keuskupan Agats 2023
PERATURAN PANTANG DAN PUASA 2023
KEUSKUPAN AGATS
Tema : Peran Serta Kita dalam Mewujudkan Kesejahteraan Bersama.
Masa Prapaska/Masa Pantang dan Puasa dimulai pada hari rabu tgl 22 Februari hingga kamis 6 April 2023. Dalam masa Prapaska ini kita semua diajak untuk merenungkan pengalaman hidup kita, melakukan pembaharuan hidup agar semakin setia mengikuti Kristus. Dalam rangka pembaharuan hidup beriman, Gereja mengajak kita untuk memperhatikan beberapa ketentuan berikut ini:
1. Kita diwajibkan berpantang dan berpuasa pada hari rabu abu tgl 22 Februari dan pada hari Jumat Suci tgl 7 April 2023, sedang hari-hari Jumat yang lain pada masa Prapaska berpantang saja.
2. Yang diwajibkan berpuasa menurut Hukum Gereja adalah orang Katolik yang sudah dewasa, mulai dari usia 18 tahun- 60 tahun. ( KHK Kanon 1252 dan Kanon 97 & 1 ).
3. Puasa artinya makan kenyang satu kali sehari.
4. Yang diwajibkan berpantang adalah mereka yang berumur 14 tahun ke atas
( KHK 1252 ).
5. Pantang yang dimaksudkan di sini adalah : tiap keluarga atau kelompok atau perorangan memilih dan menentukan sendiri, misalnya berpantang daging, berpantang tidak merokok, tidak jajan, dlsb.
6. Bagi mereka yang tidak terikat wajib pantang dan puasa, hendaknya orang tua dan tokoh umat membina sikap tobat dan iman mereka.
Untuk memaknai masa pertobatan ini marilah kita memperbaiki kelakuan- kelakuan kita: rajin berdoa, mengikuti ibadat pada hari minggu di Gereja, semakin peduli kepada sesama, meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengganggu diri sendiri maupun sesame seperti mabuk-mabukan, melakukan tindakan kekerasan, dlsb. Semoga masa pertobatan ini mengantar kita semua untuk semakin pantas merayakan Paska sumber keselamatan kita. Tuhan memberkati kita semua. Dormomo.
Agats, 21 Februari 2023
Mgr. Aloysius Murwito OFM Uskup Agats