Posted on: 21/04/2023 Posted by: RD Lorenz Kupea Comments: 0

Komisi PSE Keuskupan Agung Merauke, Keuskupan Timika dan Keuskupan Agats serta Komisi PSE KWI menghadiri kegiatan Temu Komisi PSE Regio Papua. Sebanyak 12 orang ambil bagian dalam kegiatan ini (2 orang dari Komisi PSE KWI, 2 orang dari Keuskupan Agung Merauke, 2 orang dari Keuskupan Timika dan 6 orang dari Keuskupan Agats). Kegiatan ini dilaksanakan pada 13-17 April 2023 di Hotel Sang Surya Keuskupan Agats.

Temu Komisi PSE se-Regio Papua pada tahun ini, bertujuan melakukan evaluasi bersama dan refleksi gerak Komisi PSE selama ini lewat sharing pengalaman dan keterampilan dalam mengembangkan kerasulan sosek di setiap Keuskupan, menyusun program unggulan sebagai bentuk implementasi ARDAS dalam 3 tahun kedepan berdasarkan isu prioritas regio Papua, dan meningkatkan kapasitas Penggerak Komisi PSE Keuskupan dengan belajar bersama metode ABCD (Asset Base Community Development).

Kamis sore (13/04), Ketua Komisi PSE Keuskupan Agats, V. Adji Sayekti mengajak peserta kegiatan untuk meninjau langsung usaha ternak ayam petelur Keuskupan Agats dan gudang penyimpanan pakan ternak ayam yang bertempat di jalan Yossudarso Agats, mengunjungi ruang kantor Komisi PSE dan melihat gudang Komisi PSE Keuskupan Agats yang beralamat di jalan Frans Kaisiepo Agats.

Jumat (14/04) Pembukaan Temu PSE Regio Papua dibuka secara resmi melalui Perayaan Ekaristi kudus yang di pimpin langsung oleh Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito, OFM di Kapel Uskup. Dalam Kata Pengantar, Mgr. Alo mengingatkan peserta akan tugas pelayanannya dibidang sosial ekonomi “… Yesus dalam kutipan Injil yang akan kita dengar, menyiapkan makanan bagi para murid-Nya. Ia tidak mau membiarkan mereka lapar. Kehadiran Tuhan amat dirasakan di dalam perjamuan, di dalam makan bersama. Ekaristi yang kita rayakan merupakan sebuah ungkapan iman akan Yesus yang bangkit dan yang hadir, dan yang memberikan makan kepada kita. Kita sekaligus diajak agar supaya kita juga memberikan makan kepada saudara dan saudari kita. Melalui pelayanan kita, kita berusaha untuk ikut ambil bagian dalam upaya-upaya menyediakan makanan bagi saudara dan saudari kita. Itulah pelayanan kita dibidang sosial ekonomi…”.

Dalam Kotbah, Mgr. Alo mengingatkan “… Kita semua dipanggil dan diutus untuk terlibat dalam pelayanan kepada umat dibidang sosial ekonomi. Dari pengalaman-pengalaman menunjukkan bahwa pelayanan dibidang ini tidak mudah. Ini berkaitan dengan mengubah sikap, pikiran, hati, kelakuan dari orang-orang. Memberikan makan, sekedar memberi makan begitu saja, itu gampang. Tetapi memberdayakan orang-orang sampai mereka bisa makan dan minum, meningkatkan kebutuhan mereka, itulah yang tidak mudah. Memberdayakan jelas merupakan sebuah proses yang menuntut kita bersabar. Salah satu syarat agar supaya proses ini berjalan dan adanya kesadaran dari umat kita, dan kesadaran itu perlu ditumbuhkan dan dikembangkan oleh kita semua. Kita perlu mengubah cara-cara pandang kita juga, pendekatan-pendekatan kita juga, kadang-kadang kita masih harus melihat bahwa itu belum sempurna dan berubah. Itulah gunanya pertemuan-pertemuan seperti ini, hari-hari ini, duduk bersama dengan teman-teman yang lain, karena yang kita rasa sudah hebat itu, kadang-kadang belum apa-apa dan perlu dikomunikasikan dengan teman-teman yang lain agar supaya bisa terjadi lebih baik lagi…”.

Sekretaris Eksekutif Komisi PSE KWI, RD Ewaldus, AL., sebagai fasilitator utama dalam hari pertama ini, menegaskan dan menyegarkan kembali tentang identitas Komisi PSE KWI dan Renstra Komisi PSE KWI 2022-2025 “Mewujudkan Gerakan Sosial – Ekonomi Yang Berkeadilan Ekologis”. Romo Ewal juga mengangkat isu global/nasional tentang kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Eksploitasi planet sudah melebihi batas maksimal, padahal kita masih belum memecahkan masalah kemiskinan, arti dan proses perubahan iklim (CCA), dan perusakan besar-besaran keanekaragaman hayati, dapat mengancam keberadaan spesies manusia. Deforestasi di Papua sejak awal Januari – Juni 2022 mencapai lebih dari 1.150 Ha. Area deforestasi, paling banyak terjadi di area perusahaan perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri, yang melakukan ekspansi bisnis. Romo Ewal juga menampilkan data jumlah penduduk miskin pada September 2022 sebesar 936,32 ribu orang, meningkat 14,20 ribu orang dibanding Maret 2022. Angka stunting Kabupaten Asmat di Papua berada pada peringkat pertama sebesar 54,5% dibanding kabupaten-kabupaten lainnya. Penduduk miskin 26,16 juta tahun 2022. Romo Ewaldus juga berbagi tentang apa saja akibat dari pemanasan global serta langkah-langkah cegah perubahan iklim. Juga sekilas menjelaskan 10 masalah besar lingkungan di Indonesia. Tujuan pembangunan berkelanjutan dalam SDGs dan Laudato Si’ Goals – Laudato Si’ Action Platform.

Di akhir sesi, Romo Ewal menegaskan strategi kerasulan PSE dan kebijakan program PSE. Juga menegaskan tentang Aksi Puasa Pembangunan (APP), Hari Pangan Sedunia (HPS), Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan Tata Kelola Kerasulan PSE. Kemudian peserta di ajak masuk dalam diskusi masing-masing keuskupan tentang sharing best practice berkaitan dengan apa yang sudah dilakukan pada tahun 2022/2023. Masing-masing keuskupan berbagi tentang pengalaman baik (positif) yang selama ini sudah tumbuh dan berkembang bersama Komisi PSE Keuskupan, berkaitan dengan Lembaga: staf, dukungan finansial, dukungan Uskup/ Pastor Paroki/ dan sambutan umat; berkaitan dengan program kegiatan di lapangan. Juga terkait dengan apa yang dibutuhkan untuk melanjutkannya supaya lebih berkembang dan bermaanfaat bagi banyak umat/ masyarakat. Dan apa isu kuat/ strategis (spesifik) di bidang sosial-ekonomi-ekologi di wilayah keuskupan masing-masing. Serta apa akibat buruk isu tersebut bagi masyarakat setempat dan apa yang dapat disumbangkan/dilakukan oleh komisi PSE untuk mengatasi isu tersebut dengan mengacu pada renstra Komisi PSE KWI dan fokus pastoral keuskupan masing-masing.

Sesi hari pertama diakhiri dengan kunjungan pada rumah produksi pupuk kandang kohe ayam dan melihat longboat viber hasil produksi Komisi PSE Keuskupan Agats serta  berkunjung ke tempat ternak babi di Asrama Putera Yan Smith Agats.

Sabtu (15/04), review hari pertama dilanjutkan dengan sesi pengenalan metode ABCD (Asset Base Community Development). Bapak Ferdinandus Loke dari PSE KWI memberikan gambaran umum tentang metode ABCD. Dilanjutkan dengan pengenalan ABCD oleh Romo Ewal tentang ikhtisar ABCD, ABCD sebagai paradigma, ABCD sebagai proses, ABCD sebagai sebuah praktik. Peserta didampingi untuk mempraktekan pemetaan aset manusia berupa aset tangan, aset kepala, dan aset hati. Latihan ini membantu peserta untuk mengenali karunia dan bakat yang mereka dan orang lain miliki.

Bapak Ferdinandus Loke mendampingi proses penyusunan LFA Komisi PSE Keuskupan Agung Merauke.

Romo Ewal dalam kesempatan ini menginformasikan tata cara dan bentuk format proposal Pemanfaatan dana APPN dan HPSN, dan Laporan Pemanfaatan Dana APPN dan HPSN.

Dalam sesi akhir kegiatan ini, Keuskupan Timika ditunjuk sebagai tuan rumah Temu PSE Regio Papua pada bulan September. Kemudian secara aklamasi ditunjuk saudara Simon P. Sarkol dari Komisi PSE Keuskupan Agats sebagai Sekretaris Komisi PSE Regio Papua mendampingi Ketua Komisi PSE Regio Papua, Pastor Miller Senduk, MSC. Seluruh rangkaian kegiatan ini, ditutup dengan foto bersama dan doa serta makan siang bersama.  Peserta bersama-sama melakukan kunjungan lapangan ke Paroki Malaikat Gabriel Kapi dan mengikuti Perayaan Ekaristi hari minggu paskah kedua sekaligus pemberkatan dan peresmian Pastoran di Stasi St. Petrus dan Paulus As-Atat. *Simon P. Sarkol.

Leave a Comment