Pewarta: Peter Letsoin
Keuskupanagats.or.id, Asmat – Uskup Agats, Mgr. Aloysius Murwito, OFM didampingi Bupati Asmat, Staf Ahli Kementrian Pariwisata dan Ekonomi kreatif serta Asisten II sekda Provinsi Papua Selatan membuka secara resmi Festival Asmat Pokman (FAP) 36 di lapangan Yos Sudarso Agats. Sabtu (7/10/2023).
Dalam sambutanya, Uskup menyampaikan apresiasi kepada pemerintah daerah kabupaten Asmat, peserta dan panitia FAP 36.
“Terimkasih kepada saudara pengukir, penganyam. Kalian menjadi kebanggan kami semua. Apa yang ditanamkan dan diwariskan masih terjaga hingga kini,” Ucap Uskup.
Saya mengucapkan limpah terimkasih kepada pemerintah daerah, kata uskup, atas dukungan secara istimewa dari waktu ke waktu bisa mendukung kegiatan kagiatan seperti ini, untuk melestarikan budaya Asmat sehingga semakin eksis dan tidak dimakan oleh arus global seperti yang diharapkan oleh para perintis.
Uskup agats menilai, pagelaran festival budaya ini semakin baik karena melibatkan etnis lain untuk memeriahkan festival tersebut sebagai wujud persaudaraan dan kekeluargaan.
“Para penggagas, almarhum Bapak uskup Alfons suwada dan teman teman pasiti merasa bersyukur di alam sebalah, alam surga bahwa apa yang ditanamkan tidak sia sia. Dalam perkembangan ada sebuah progress, ada kemajuan. Tahun tahun terakhir ini dibawa dorong Bapak Bupati, Asmat bukan menjadi miliki orang Asmat tetapi juga milik kami saudara saudara di luar Asmat. Festival Asmat Pokman kali ini disemarakan dengan keterlibatan saudara dari etnis lain yang secara kongkrit mau mengungkapkan kegembiraan bersama saudara saudara Asmat. Hal ini semacam penegasan bahwa Festival ini juga milik segala macam suku yang ada di Asmat ini,” jelas Uskup.
Menurut Uskup, kondisi geografis Asmat yang memiliki keterbatasan aksesibilitas bukan menjadi penghalang karena Asmat memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri untuk mengundang banyak orang untuk melihat Asmat lebih dekat.
“Asmat adalah daerah yang sulit. Daerah yang menantang. Banyak orang timbang menimbang untuk datang di daerah ini. Tetapi nilai plusnya, ada keunikan keunikan yang tidak ditemukan di daerah lain adalah Seni ukir, seni anyam, seni bernyanyi yang masih hidup hingga kini,”ujar uskup.
Dibalik semua seni ukir, lanjut Uskup, ada sikap sikap hidup yang ditanamkan, pesan pesan, ceritera ceritara yang mengandung pengajaran bagaimana kita hidup dalam relasi dengan sesama, dengan Tuhan dengan alam semesta harus dibangun sebagai ungkapan jati diri orang Asmat. Di tengah arus perubahan yang begitu cepat tetapi jati diri ini masih tetap hadir ditengah kita semua.
“Semoga Festival Asmat Pokaman ke 36 ini membawa berkat untuk keluarga keluarga di Asmat. Semoga kita semua diberkati,” tutup uskup dalam sambutannya.
Editor: RD Lorenz Kupea