KOMSOS AGATS – Namanya Longginus Hadi, Seorang Guru honorer dan relawan Agats yang mengabdi di Kampung Per, Distrik Agats. Pengabdian sebagai Guru dan relawan berjalan normal sembari mengamati berbagai masalah sosial, sampai Longginus menemukan banyak fenomena yang menggugah nurani untuk terlibat dan berjuang bersama masyarakat dari pada berdiam diri di bilik Gereja Per.
Longginus melihat banyak anak anak enggan terlibat dalam proses belajar di Sekolah maupun Gereja karena berbagai alasan yang berhubungan dengan ekonomi. Alasan lain bahwa setiap kegiatan pemerintah maupun keagamaan selalu dirayakan dengan pesta. Walaupun pengertian Pesta yang dimaksudkan adalah sebuah perayaan kecil sederhana untuk keluarga rumah.
Melihat fenomena itu, Guru Longgi, mencoba membuat sebuah habitus baru dengan mengedukasi finansial bagi anak-anak setempat. Ia berusaha memberikan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya menabung. Baginya kegiatan ini selain untuk membentuk perilaku hemat, menabung juga membiasakan anak-anak bisa lebih bijak mengelola uangnya sendiri.
“Waktu itu bulan Oktober tahun 2022, ketika 34 anak akan menerima Komuni Pertama di Gereja, tiba-tiba saya dikejutkan beberapa anak mengundurkan diri, karena alasan nanti tidak bisa buat pesta. Padahal pesta yang diamksudakan adalah sekadar makan minum bersama keluarga”, ungkap Pak Guru Longgi.
Tidak hanya kegiatan Gereja, kata Pak Guru, tapi juga di sekolah. Misalnya setiap tahun anak anak kelas 6 mengikuti ujian di Agats maka tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Keterbatasan fasilitas pendidikan di kampung, menuntut mereka harus siap pergi ke kota kabupaten untuk mengenyam pendidikan lanjut.
Dua realitas inilah yang menggerakkan Pria 49 tahun ini untuk melakukan kegiatan menabung baik yang aktif terlibat dalam komunitas Gereja maupun anak anak kelas 6 yang akan dipersiapkan ke pendidikan selanjutnya.
“Waktu saya mulai gerakan menabung ini pada Juni 2023, awalnya saya pesimis, namun ternyata diluar dugaan, anak anak bersemangat menyimpan uang (tabung sebutan mereka). Mulai dari Rp 1000, 2000 bahkan ada yang simpan Rp 20.000,” Ungkap Pak Guru Longgi.
Pelan tapi pasti, anak anak mulai melakukan penyesuaian bahkan mulai terlihat perilaku menabung uang. Namun demikian, ia selalu menekankan agar dalam menabung, anak anak ini tidak kemudian memaksa atau meminta uang dari orang tua, namun jika mendapat rezeki dari orang tua atau siapapun harus disisihkan sebagian untuk ditabung.
“Doktrin inilah yang saya selalu ingatkan anak anak dan Puji Tuhan mereka bisa mengerti” Cerita Guru Longgi.
Guru Longgi mengaku uang hasil tabungan sudah dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan anak anak terutama pada kegiatan keagamaan.
“Saat 29 anak anak Per menerima Komuni Pertama akhir tahun 2023 lalu mereka sudah bisa mendapat manfaat dari uang yang mereka tabung. Satu minggu sebelum hari H saya bagikan hasil tabungan mereka dan mereka riang gembira bisa beli pakaian dan sepatu juga makanan dan minuman,” Kenang Guru Longgi.
Pun saat Kelas 6 akan ujian pada Mei 2024 lalu, anak anak mengambil manfaat setelah lebih dari 11 bulan mereka menabung. Ada yang hasilnya 600.000 rupiah, 580.000, 400.000 sampai yang minimal 275.000.
Bagi Pak Guru Longgi, angka angka rupiah dalam tabungan masing-masing anak bukan tujuan utama, yang terpenting anak anak punya kesadaran dan semangat untuk menabung. Menurutnya, menabung sejak dini ini sangat bermanfaat sekali. Karena menabung tidak hanya mengajarkan anak meraih apa yang mereka inginkan, tetapi juga untuk mempersiapkan hal yang tidak terduga di masa depan.
“Gerakan ini sederhana dan pasti sudah banyak dilakukan di banyak tempat. Tapi bagi kami di pedalaman, sebuah kegiatan yang berdampak pada anak anak dan orangtua karena gerakan ini baru mereka mulai,” jelas Pak Guru.
Pak Guru Longgi dikenal akrab dan dekat dengan banyak anak anak mulai dari Balita hingga anak anak remaja. Kehadirannya sejak April 2022 lalu sebagai Relawan untuk Keuskupan Agats sekaligus Guru Honorer pada SD Inpres Per membawa suasana baru di Kampung itu. Kegiatan Menabung hanya salah satu dari sekian banyak kegiatan yang sudah dilakukan bersama anak anak dan masyarakat.
“Mulailah dari hal kecil dan sederhana tetapi berdampak besar,” pungkasnya.