KomsosAgats.co.id – Pembukaan Festival Asmat Pokman 37 ditandai dengan misa syukur yang dipimpin oleh Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito, OFM didampingi oleh tujuh imam konselebran.
Misa ini tampak begitu khusk, dibalut nuansa budaya Asmat. Mulai dari busana, ornamen, hingga nyanyian berbahasa Asmat. Pemandangan tak biasa juga datang dari uskup Murwito yang tampak menggunakan facin (Mahkota adat) yang terbuat dari anyaman dan bulu kasuari.
Dalam khotbanya Uskup Murwito berbicara soal keunikan dan kekaguman kebudayaan Asmat yang sungguh berbeda dengan daerah manapun.
“Ketika kita berkunjung dan menyaksikan pesta budaya Asmat. Kita akan menemukan karya tangan manusia yang sungguh menggugah decak. Ketika Bapak dan mama yang membuat ukiran dan anyaman, disitulah ada kekaguman. Kekaguman akan buatan tangan manusia. Tidak semua orang bisa,” jelas Uskup.
Lanjut Uskup, maka itu adalah sesuatu yang amant unik dan aman istimewa. Yang istimewa itu Tuhan telah berikan kepada dia. Dia itu adalah orang orang Asmat. Kita menjadi kagum, menjadi tidak mengerti. Dan disitulah kita berhadapan dengan rahasia.
Di luar orang Asmat memang ada yang bisa mengukir tetapi tidak bisa seperti orang Asmat yang mengukir tanpa sketsa. Kayu bagi sebagaian orang hanyalah kayu bakar. Orang Asmat lalu mengambil pahat, kemudian diotak atik akhirnya menjadi sesuatu yang bermakna. Inilah disebut karunia. Allah telah memberikan karunia ini kepada orang Asmat.
Menurut Uskup, itulah alasan untuk terus bersyukur dan berterima kasih. Segala ciptaan Allah memiliki arti jika kita memanfaatkan dengan baik.
“Saudara saudara, kita diajak untuk semakin tajam melihat dan menyaksikan hasil karya tangan saudara saudara kita. Asmat bukan tempat yang menyiksa manusia. Kita mesti bangga dengan Asmat. mari bersama sama memeriakan hari hari ini. Semoga kita ikut terlibat dan merasakan bahwa hari hari ini adalah hari hari suka cita. Tuhan begitu baik bagi umatnnya,” pungkasnya.