KOMSOS – Festival Asmat Pokman (FAP) ke-38 Tahun 2025 kembali menggelar salah satu tahap pentingnya: Seleksi Ukiran dan Anyaman. Proses ini menjadi pintu awal bagi karya-karya seni terbaik Asmat untuk tampil di panggung festival, sekaligus menjaga kelestarian warisan budaya yang sudah turun-temurun.
Rombongan tim seleksi yang berjumlah 8 orang dipimpin oleh John Ohoiwirin, Ketua Tim sekaligus Direktur Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat yang adalah Komisi Budaya Keuskupan Agats. Ia didampingi oleh RD. Lukas Lega Sando, Direktur SKP Keuskupan Agats, serta Paulus Wurbopan, perwakilan Lembaga Musyawarah Adat Asmat.
Anggota tim seleksi terdiri dari:
Rosa – Data Base, Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat
Janet Biakai – Data Base, Generasi Muda Asmat
Devy Rahawarin – Dokumentasi
Esau – Helper
Thomas Rumlus – Driver

Sebelum proses penilaian dimulai, para juri memberikan arahan kepada seluruh peserta. Arahan ini menegaskan kembali ketentuan dan kriteria penilaian yang sebelumnya telah disampaikan lewat surat edaran beberapa bulan lalu.
“Keputusan tim juri adalah sah, mutlak, dan tidak dapat diganggu gugat,” tegas Ketua Tim Seleksi, mengingatkan bahwa penilaian ini bertujuan menjaga standar kualitas karya seni Asmat yang akan ditampilkan di FAP.
Di titik pertama, Kronkel, tercatat:
Peserta Pengukir (Wowopits): kurang lebih 155 karya ukiran dari sejumlah pengukir. Setelah penilaian ketat, terpilih 23 ukiran terbaik.
Peserta Penganyam (Ese Cuwuts): Kurang lebih 140 karya anyaman. Hasil seleksi menetapkan 7 anyaman terbaik.

Peserta berasal dari 8 kampung untuk kategori ukiran dan 8 kampung untuk kategori anyaman dari total 10 kampung yang diundang.
Para juri mengaku terkesan dengan kualitas karya tahun ini. “Persaingan sangat ketat, banyak karya yang punya kekuatan artistik dan makna simbolik yang mendalammendalam,”.
Usai dari Kronkel, tim seleksi bergerak ke Aworket dan Pirimapun, lalu menuju titik ketiga, Fayit. Di Fayit, seleksi diikuti oleh 17 kampung, dengan hasil:
28 ukiran lolos seleksi dan 11 anyaman lolos seleksi.
Hari ini, Jumat, 15 Agustus 2025, tim seleksi melanjutkan perjalanan menuju Youw sebagai titik seleksi berikutnya. Proses ini akan terus berlanjut hingga seluruh wilayah yang berpartisipasi dalam FAP ke-38 tahun ini terjaring karyanya.
Seleksi ukiran dan anyaman ini selain sebagai sebuah kompetisi karya, tetapi bagian dari upaya pelestarian seni dan budaya Asmat. Melalui proses seleksi yang ketat, hanya karya terbaik yang akan tampil mewakili identitas dan kebanggaan masyarakat Asmat di ajang FAP, sekaligus memperkenalkan kepada dunia bahwa seni Asmat bukan hanya indah dipandang, tetapi juga sarat makna dan cerita.


Karya ukiran dan anyaman para Wowipits (pengukir) dan Ese Cuwuts (penganyam) memperkuat kebanggaan dan kepercayaan diri bagi Suku Asmat dan suku-suka lokal di Kabupaten Asmat yang terus berusaha merawat eksistensi dan kearifan lokal di tengah gempuran modernisasi.
Terima kasih Om Peter, dormom