Posted on: 30/06/2023 Posted by: RD Lorenz Kupea Comments: 1

Keuskupanagats.or.id, Asmat – Film Messenger karya Komisi Kepemudaan (Komkep) Keuskupan Agats menempati uratan pertama dari seluruh Keuskupan dalam pemutaran Film Indonesian Youth Day (IYD) III di Jakabaring Sport City Palembang, Kamis (29/06/2023).

Film yang diperankan Orang Muda Katolik (OMK) Stasi Syuru ini mendapat apresiasi dan sukses membuat para penonton terharu. Betapa tidak, film ini menampilkan sekelumit persoalan Orang Muda Katolik yang terlilit dengan begitu banyak persoalan di masa kini. Ia memotret praktek sinisme yang berkelanjutan pada orang-orang muda, hingga upaya untuk menerima diri sendiri dan sesama lewat kabar sukacita.

Sebelum menonton film tersebut, Pastor Ferdinand sebagai salah satu sutradara mengaku sempat deg-degan. Ia khawatir adaptasi filmnya kurang pas karena dialek bahasa yang digunakan, apalagi film ini ditonton oleh peserta IYD perwakilan OMK se-Indonesia dan juga sejumlah Uskup yang hadir.

“Ternyata mereka mengerti dan pesan itu sampai. Saat pemutaran film banyak yang terharu, menangis, bahkan mereka meminta untuk putar ulang. Ada juga yang meminta filmnya. Kami semua terharu karena film ini berhasil menghibur sekaligus memberi inspirasi bagi banyak orang,” tutur Pater Ferdinand yang dihubungi Komsos Keuskupan Agats.

Film yang berdurasi 17 menit ini sengaja dibuat sedikit berbeda dengan balutan budaya Asmat yang kental, dengan konsep natural sehingga mampu menghipnotis peserta IYD. Masseger pun menuai ragam pujian.

“Bagus konsepnya, Natural abis, keren sekali. Sudah sangat mengerti romo, penampilan yang war byasahh, kereen bingits,” tulis peserta Keuskupan lain lewat pesan singkat kepada Pastor Ferdinand Ketupapa, OSC.

Menariknya, film ini dipersiapkan 7 hari mulai dari penulisan skrip, casting, syuting. Semuanya itu diproduksi dengan semangat urunan, baik dari pendanaan dan juga bantuan fasilitas serta tenaga yang melibatkan banyak pihak.

“Tidak ada budget sama sekali. Kami hanya saling membantu, baik dari Komkep dan pribadi kami masing-masing untuk kebutuhan snack dan makan minum. Dari awal memang kami tidak perpikir untuk keluarkan biaya pembuatan film,” tandasnya.

Bagi Pater Ferdinand, film ini adalah bentuk kesaksian kepada orang lain tentang Asmat. Semua ini dilakukan demi Kemuliaan Allah. (*Peter Letsoin).

1 people reacted on this

Leave a Comment