Posted on: 06/05/2025 Posted by: Petrus Letsoin Comments: 0

Laporan : Robert Piran

Editor : Petter Says

KOMSOS – Dalam semangat Paskah yang membawa pesan kebangkitan dan harapan baru, umat Paroki St. Martinus De Porres Ayam Akat mendapat sebuah sapaan istimewa. Usai perayaan Ekaristi pada Minggu Paskah III, 4 Mei 2025, Sr. M. Dorothea, FSGM, Ketua Komisi Kateketik (Komkat) Keuskupan Agats, berdiri di hadapan umat untuk menyampaikan sesuatu yang lebih dari sekadar informasi—ia membawa ajakan penuh cinta akan pentingnya pendidikan Katolik dan kehidupan berasrama yang membentuk karakter.

Dalam suasana yang hangat dan penuh perhatian, Sr. Dorothea memperkenalkan asrama-asrama yang berada di bawah tanggung jawabnya. Namun, ia menegaskan bahwa kunci untuk memasuki kehidupan asrama adalah terlebih dahulu bergabung sebagai siswa di sekolah-sekolah YPPK Keuskupan Agats: SMP Santo Yohanes Pemandi dan SMA Katolik Yan Smit.

“Kami memiliki tiga asrama besar di Keuskupan Agats. Untuk anak putra yang melanjutkan ke SMA Yan Smit, mereka akan tinggal di Asrama Putra Yan Smit, didampingi oleh Pastor Ambrosius Warasman Bille, Pr. Sedangkan anak putri yang melanjutkan ke SMA dapat tinggal di Asrama Santa Theresia yang dibina oleh para suster dari Tarekat Maria Mediatrix (TMM),” jelasnya dengan penuh semangat.

Tak hanya jenjang SMA, Sr. Dorothea juga menuturkan bahwa Keuskupan Agats menyediakan pilihan untuk jenjang SMP. Anak laki-laki dapat tinggal di Asrama Santo Martinus De Porres, dan anak perempuan di Asrama Santa Theresia.

Lebih dari sekadar tempat tinggal, asrama adalah ruang pembinaan karakter dan kehidupan. “Kalau anak mau belajar baik, makan baik, hidup sehat, maka masuklah dan tinggallah di asrama. Pendidikan di asrama tidak berjalan sendiri, tapi berkolaborasi dengan sekolah. Anak akan dibimbing secara menyeluruh,” ujar suster dengan penuh keyakinan.

Dialog: Suara Iman yang Hidup

Yang membedakan momen ini dari sekadar sosialisasi biasa adalah pendekatan dialogis yang digunakan Sr. Dorothea. Dengan rendah hati dan penuh kasih, ia mengajak umat untuk mengambil bagian aktif.

“Saya sudah berbicara dengan Pastor Paroki. Kirimlah delapan anak ke Agats: empat putra dan empat putri. Bapak-mama, mau atau tidak kirim anak-anak ke Agats? Mau atau tidak?” tanyanya.

Sontak, suara umat bergema dengan jawaban serempak: “Mau!”

Salah satu umat yang hadir, Bapak Pius, menyampaikan suara hati umat yang mewakili semangat orang tua. “Kalau anak-anak sekolah, bapak dan mama mau sekali. Anak-anak harus betul-betul berjuang untuk terus sekolah,” ucapnya dengan tegas.

Namun, kesempatan ini bersifat terbatas. Setiap paroki hanya dapat mengirim dua anak putra dan dua anak putri untuk jenjang SMP. Siapa cepat, dia dapat. Sr. Dorothea menjelaskan lebih lanjut bahwa dari delapan anak yang dikirim, komposisinya terdiri dari: dua anak putra dan dua putri untuk SMP, serta dua putra dan dua putri untuk SMA.

Membangun Masa Depan Lewat Pendidikan Katolik

Apa yang dilakukan oleh Sr. Dorothea bukan sekadar promosi program. Ia sedang menanam benih harapan. Dalam setiap anak yang disekolahkan dan dibina di asrama, ada potensi untuk tumbuh menjadi pribadi Katolik yang cerdas, tangguh, dan penuh iman. Pendidikan bukan hanya tentang mengisi pikiran, tetapi membentuk hati.

Asrama dan sekolah YPPK adalah ladang misi. Ladang untuk membentuk generasi baru yang mampu menjawab tantangan zaman dengan nilai-nilai Kristiani. Dan hari itu, di Ayam- Akat, benih-benih itu mulai ditaburkan.

Leave a Comment